Meningkatkan prestasi olahraga
Jerat kaki yang membelenggu kemajuan sepak bola telah lepas. Timnas sepak bola Indonesia yang dahulu dipandang sebelah mata kini mulai diperhitungkan di kawasan Asia. Tim Garuda yang sebelumnya menempati posisi ke-173 dalam rangking FIFA telah melesat, bahkan kini menduduki posisi ke-129 untuk mendekati 100 besar. Peningkatan prestasi sepak bola ini sejalan dengan Desain Besar Olahraga Nasional 2021-2045 yang mengusung konsep pembangunan olahraga jangka panjang dalam bingkai visi Indonesia Emas 2045.
Video
Sepuluh tahun atau dua periode masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo banyak hal telah berubah di sektor olahraga, baik dari pembinaan, prestasi, maupun kesejahteraan atlet. Pemerintahan Jokowi telah melalui tiga edisi pesta olahraga nasional maupun internasional mulai dari Pekan Olahraga Nasional (PON)/Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) sampai Olimpiade/Paralimpiade.
Tonton VideoSepak bola Indonesia mendunia
Pencapaian-pencapaian apik dan bagusnya relasi PSSI dan Pemerintah membuat FIFA menaruh kepercayaan kepada Indonesia untuk menyelenggarakan turnamen dunia yaitu Piala Dunia U-17 2023.
Baca ArtikelMenjaga warisan investasi
Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) bak sebuah investasi, yang dijalankan pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Baca ArtikelSepak bola Indonesia mendunia
Oleh: Michael Teguh Adiputra SiahaanDi pelataran Istana Merdeka, Jakarta, 23 Oktober 2019, dalam suasana yang tampak santai--bahkan sambil duduk, Presiden Joko Widodo memperkenalkan para menterinya di Kabinet Indonesia Maju.
Satu per satu menteri maju ketika namanya dipanggil Presiden, tetapi yang paling diingat tentu saja ketika nama Zainudin Amali sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) disebut.
Sebab, ketika itu, pesan Presiden kepada Zainudin Amali dibalut dalam dua kata sederhana yang, di kemudian hari, ternyata mengubah wajah persepakbolaan Indonesia.
"Sepak bolanya, Pak!", kata Presiden singkat lalu tersenyum.
Karena disampaikan dalam kondisi yang rileks, awalnya banyak yang mengira dua kata sederhana dari Presiden kepada Menpora periode 2019--2023 itu hanyalah semacam candaan untuk memecah keheningan.
Namun, realitasnya sangat jauh berbeda. Diksi itu rupanya mengandung banyak hal penting mulai dari menggambarkan bagaimana karut marutnya persepakbolaan Indonesia sebelum itu dan strategi untuk memajukannya demi prestasi dunia di masa depan.
Pada periode pertama kepemimpinan Presiden Joko Widodo, tahun 2014--2019, sepak bola Indonesia memang lebih banyak mengurusi perihal luar lapangan.
Bisa dikatakan, masa itu dikenang sebagai saat-saat kelam sepak bola Indonesia lantaran masalah demi masalah datang silih berganti hingga prestasi seolah berhenti.
Bulan April 2015, Pemerintah melalui Menpora--kala itu--Imam Nahrawi membekukan PSSI lantaran persoalan dualisme organisasi yang tidak kunjung usai.
Oleh FIFA, kebijakan itu dianggap intervensi Pemerintah yang membuat federasi sepak bola dunia itu juga menghukum PSSI dengan mencabut hak keanggotaannya yang membuat tim nasional dan klub-klub Indonesia tidak dapat beraktivitas di seluruh kompetisi di bawah naungan FIFA.
Tentu saja itu menjadi tamparan keras bagi semua pihak yang mencintai sepak bola Indonesia.
Lebih dari setahun kemudian, tepatnya Mei 2016, kelegaan muncul begitu mendengar FIFA akhirnya mencabut sanksi mereka untuk PSSI dengan alasan Pemerintah sudah membatalkan pembekuan terhadap organisasi yang berdiri pada 19 April 1930 itu.
Baru mau melesat, sepak bola Indonesia dirundung masalah anyar sekitar 2 tahun kemudian saat terbongkarnya kasus pengaturan skor. Itu membuat Satgas Antimafia Bola Polri pada Desember 2018 menangkap anggota Komite Eksekutif PSSI 2016-2020 Johar Lin Eng.
Kemudian, Maret 2019, giliran Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI Joko Driyono yang ditahan oleh Satgas Antimafia Bola Polri karena dianggap merusak beberapa dokumen yang diduga terkait kasus pengaturan skor.
Kebangkitan
Dihantam permasalahan berkali-kali, sepak bola Indonesia babak belur. Presiden Joko Widodo menyadari itu benar-benar dan tidak ingin cabang olahraga yang paling diminati di tanah air tersebut tenggelam makin dalam.
Langkah itu dimulai sejak awal tahun 2019, di mana Presiden Jokowi mengesahkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional. Sepak bola pun menjadi satu-satunya cabang olahraga di Indonesia yang memiliki inpres khusus.
Isi penting dari inpres itu adalah kolaborasi antarkementerian dan lembaga untuk mengembangkan sepak bola nasional.
Salah satu wujud pelaksanaan inpres itu, Pemerintah melalui Kementerian Umum dan Pekerjaan Rakyat (PUPR) merenovasi 21 stadion sepak bola di 11 provinsi agar berstandar internasional yang menelan biaya Rp2,87 triliun dari APBN 2024.
Ke-11 provinsi tersebut yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Banten, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.
Stadion-stadion yang direnovasi mulai dari Stadion Harapan dan Stadion Dimurthala di Aceh, Stadion Utama Sumatera Utara dan Stadion Teladan di Sumatra Utara, Stadion Bumi Sriwijaya di Palembang, Stadion Kanjuruhan di Malang, hingga Stadion Segiri, Samarinda.
Pemerintah juga memberikan dana dari APBN untuk pengembangan sepak bola kepada PSSI melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Pada tahun 2024, misalnya, Pemerintah pun menyalurkan Rp127,10 miliar yang ditujukan untuk memenuhi perlengkapan dan biaya operasi pusat pelatihan PSSI di Ibu Kota Nusantara (IKN), pemusatan latihan timnas putra dan putri baik di dalam maupun luar negeri, berbagai kegiatan juga kompetisi seperti Liga 3 Indonesia serta penajaman wawasan teknis dan tata kelola sepak bola dengan pelatihan pelatih dan wasit.
Besarnya perhatian Pemerintah menebarkan titik-titik terang di sepanjang jalan sepak bola Indonesia bahkan ketika kemuraman mengepung Indonesia dalam bentuk pandemi COVID-19.
Pada tahun 2020, seluruh kompetisi sepak bola nasional harus dihentikan karena merebaknya penyakit pernapasan yang sangat menular itu.
Akan tetapi, berkat koordinasi yang erat antara PSSI dan Pemerintah Indonesia, sandungan demi sandungan dapat disingkirkan pelan-pelan.
Bulan ketiga tahun 2021, dengan dukungan penuh dari Pemerintah Indonesia, sepak bola Indonesia kembali melalui turnamen pramusim Piala Menpora. Bukan cuma itu, dengan instruksi Presiden Joko Widodo, Pemerintah menyokong dengan sungguh-sungguh persiapan tim nasional mulai dari kelompok umur hingga senior, putra, dan putri, dalam kondisi pembatasan-pembatasan akibat pandemi.
Hasilnya tidak main-main. Berkat latihan selama pandemi, Timnas Senior lolos ke Piala Asia 2023 dan Timnas U-20 ke Piala Asia U-20 2023. Lalu Timnas U-16 juara Piala AFF 2022, dan Timnas Putri lolos ke Piala Asia 2022 untuk pertama kali setelah 32 tahun.
Ketua Umum PSSI 2019--2023 Mochamad Iriawan menggambarkan situasi saat pandemi tersebut seperti "rolller coaster" atau kereta luncur.
"Ibaratnya 'roller coaster', turunnya curam dan naik tajam," kata Iriawan.
Seiring, sejalan
Semakin harmonisnya hubungan Pemerintah dan PSSI sejak tahun 2019 membawa berkah bagi persepakbolaan nasional.
Sepak bola Indonesia seperti lepas dari jeratan rantai yang membelenggu kaki. Ketua Umum PSSI periode 2019--2023 Mochamad Iriawan dan periode 2023--2027 Erick Thohir memperlihatkan keduanya mampu berderap seiring dan sejalan dengan Pemerintah untuk memajukan sepak bola nasional.
Seperti saat PSSI mempertahankan Shin Tae-yong sebagai Pelatih Timnas Indonesia, Pemerintah menyangganya dengan bantuan-bantuan dan serangkaian kemudahan agar juru taktik asal Korea Selatan itu nyaman dalam menjalankan tugasnya.
Shin pun mampu mencatatkan banyak prestasi bersama skuad "Garuda", julukan Timnas Indonesia, seperti membawa Indonesia lolos dua kali beruntun ke putaran final Piala Asia yaitu Piala Asia 2023 dan Piala Asia 2027.
Di Piala Asia 2023, Indonesia dibawa Shin hingga babak 16 besar untuk pertama kali sepanjang sejarah keikutsertaan Garuda di ajang tersebut.
Yang patut diingat lagi, Shin mengantarkan anak-anak asuhnya lolos pertama kalinya ke Piala Asia U-23, yakni pada Piala Asia U-23 2024 dan langsung memimpin skuadnya sampai semifinal.
Shin juga menerbangkan peringkat FIFA Timnas Indonesia dari posisi 173 ke 133 (data FIFA sampai 18 Juli 2024).
Tidak sampai di sana, Timnas Indonesia dituntun Shin Tae-yong sampai ke putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, di mana Indonesia mampu mengimbangi Arab Saudi (peringkat ke-56 FIFA) di markasnya, Jeddah, dengan skor 1-1 dan menahan 0-0 Australia (posisi ke-24 FIFA) di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, di Grup C fase tersebut.
Pencapaian-pencapaian apik dan bagusnya relasi PSSI dan Pemerintah membuat FIFA menaruh kepercayaan kepada Indonesia untuk menyelenggarakan turnamen dunia yaitu Piala Dunia U-17 2023.
FIFA pun menyalurkan dana hibah sekitar Rp85,6 miliar untuk membantu Indonesia membangun Pusat Latihan Nasional di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Bukan hanya itu saja, FIFA dengan yakin pula menghadirkan kantornya di Jakarta yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada November 2023.
"Keputusan FIFA untuk membangun kantor tetap Asia-hub di Jakarta membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi yg sangat besar untuk mengembangkan dan memajukan persepakbolaan Indonesia di tingkat global," tutur Presiden Joko Widodo.
Deretan prestasi yang dijalani dengan penuh liku dalam membangun sepak bola nasional selama beberapa tahun ini, kini mulai menuai hasil.
Optimisme menyongsong masa depan sepak bola Indonesia saat ini begitu membuncah. Mulai ada titik terang dalam menggapai impian bisa berada di pentas utama sepak bola dunia.
Menjaga warisan investasi
Oleh: Arindra MeodiaSekira empat tahun berlalu investasi itu mulai menunjukkan keberhasilan.
Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) bak sebuah investasi, yang dijalankan pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga.
Penyusunan desain besar tersebut dilakukan berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo yang pada Peringatan Hari Olahraga Nasional ke-37 pada September 2020 lalu meminta dilakukannya kajian total terhadap ekosistem pembinaan prestasi olahraga nasional.
Kala itu, usia negeri ini sudah menjelang 76 tahun, tetapi belum mempunyai Desain Besar. Presiden meminta untuk menggunakan big data dan sport science sebagai unsur utama dalam pembinaan olahraga nasional.
Sejumlah pihak berkepentingan seperti Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI), Komite Olimpiade Indonesia (KOI), National Paralympic Committee of Indonesia (NPCI), perguruan tinggi, akademisi, hingga praktisi olahraga telah dilibatkan dalam penyusunan desain.
Bersama mereka, Kemenpora melakukan uji publik desain keolahragaan nasional dan memperoleh masukan-masukan yang digunakan selama proses pengembangan desain.
DBON memberikan panduan perencanaan di bidang olahraga mulai dari hulu hingga hilir yang ditujukan untuk peningkatan prestasi olahraga nasional di kancah dunia.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menjelaskan pentingnya DBON untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat, kuat dan cerdas.
Menurutnya, tiga hal yakni olahraga pendidikan, olahraga masyarakat dan olahraga prestasi harus dijalankan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang sehat.
Membentuk talenta
Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional sudah berjalan selama kurang lebih tiga tahun.
Pelaksanaan DBON akan dimulai berbasis dari sekolah melalui skema olahraga pendidikan.
Pencarian bibit mungkin sudah banyak dilakukan, namun talenta yang ditemukan perlu diasah. Seperti halnya berlian yang sebenarnya adalah sebuah batu, maka bongkahannya perlu diasah agar setiap cutting-an-nya dapat memancarkan sinar yang menjadikannya mahal.
DBON berbicara dari sumber potensi talenta, yakni para siswa dari tingkat SMP, hingga pelatihan yang bertujuan untuk membentuk atlet-atlet nasional yang tangguh.
Pembinaan tersebut merupakan sebuah rangkaian panjang yang menurut para pakar membutuhkan waktu kurang lebih 10 tahun atau kira-kira 10 ribu jam untuk dapat mencapai prestasi yang membanggakan.
Hal itu tampaknya ditangkap jelas oleh Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI). Federasi yang baru diresmikan pada 2020 itu bergerak cepat membentuk akademi pada 2022.
Akademi Esports Garudaku mengusung konsep pembinaan, pembelajaran dan pelatihan yang mencakup keterampilan teknis dan nonteknis atau soft skill dengan melibatkan para akademisi dan praktisi di bidang esports, psikologi, public speaking, personal branding, kesehatan dan nutrisi, kebugaran fisik, serta hukum.
Akademi tersebut juga dijadikan PBESI sebagai program strategis untuk menjawab berbagai tantangan terkait pembangunan ekosistem esports berprestasi, berkarakter, dan berintegritas.
Tidak cukup sampai di situ, PB ESI juga menindaklanjuti dengan menjalankan menjalankan program ekstrakulikuler esport di sejumlah sekolah.
Menggandeng pengembang dan penerbit game, Akademi Esports Garudaku bermitra dengan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Tercatat, hingga Juli 2024 ada 192 sekolah yang tersebar di Indonesia yang sudah memiliki ekskul, program atau komunitas esport.
Bahkan, sejak 2021 PBESI telah mengusulkan esports masuk kurikulum sekolah.
Meraih prestasi
Desain Besar Olahraga Nasional merupakan program Pembangunan Olahraga Jangka Panjang 2021-2045 yang mencakup olahraga pendidikan, olahraga masyarakat dan olahraga prestasi.
Dalam pelaksanaannya, DBON menjadi acuan dalam pengembangan olahraga nasional.
Indonesia tampak tak ketinggalan dalam sejumlah olahraga yang baru dipertandingkan di ajang multievent dunia.
Di skala regional SEA Games, yang merupakan kompetisi antarnegara Asia Tenggara, Indonesia berhasil meraih hasil positif dengan berada di bawah tuan rumah Vietnam dalam perolehan medali.
Tim nasional esport Indonesia berhasil membawa pulang dua emas, tiga perak, dan tiga perunggu pada SEA Games Vietnam 2020, yang dilaksanakan pada 2021 karena pandemi.
Hasil lebih baik diperoleh timnas esport Indonesia pada edisi selanjutnya, SEA Games Kamboja 2023 dengan menjadi juara umum setelah memborong tiga emas dan dua perak.
Sebelumnya pada 2019, Indonesia juga nyaris menjadi juara umum dalam SEA Games Filipina pada cabang olahraga selancar ombak. Padahal, Pengurus Besar Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PB PSOI) baru dikukuhkan pada 2021.
Pembentukan federasi menjadi awal persiapan untuk Olimpiade Tokyo yang digelar pertengahan tahun 2021 di mana Indonesia berhasil menempatkan satu atletnya, Rio Waida, yang melaju hingga babak 16 besar.
Rio kembali berhasil mendapatkan tiket untuk mewakili Indonesia di Olimpiade Paris 2024. Meski belum dapat tampil maksimal, peselancar yang membawa bendera Merah Putih dalam upacara pembukaan Olimpiade Tokyo itu berhasil mengukuhkan tempat di peringkat sembilan dunia pada akhir musim liga selancar ombak World Surfing League (WSL).
Selancar ombak Indonesia kembali mencatatkan prestasi menjadi juara umum dalam kualifikasi Asian Games Aichi-Nagoya 2026 dengan medali emas dan perak kategori putra, serta lolos ke final putri. Hal itu berarti Indonesia berhasil menyegel tiket satu putra dan satu putri.
Potensi "olahraga baru" tersebut jelas tidak bisa dikesampingkan. Bahkan, ada satu lagi cabang olahraga yang tak mungkin luput dari ingatan, yaitu medali emas yang diraih Veddriq Leonardo pada Olimpiade Paris 2024.
Atlet asal Pontianak tersebut mengukir sejarah setelah menjadi yang tercepat di nomor nomor speed putra ketika panjat tebing untuk pertama kalinya dipertandingkan dalam Olimpiade.
Tentunya kita tidak boleh menutup mata atas kerja keras Rizky Juliansyah dan Gregoria Mariska Tunjung yang masing-masing meraih medali emas dan perunggu di Paris 2024.
Raihan Olimpiade tersebut menjadi contoh penting untuk memperhatikan potensi sambil meneruskan tradisi medali di bulutangkis dan angkat besi.
Indonesia Emas
Salah satu target dari DBON yakni Indonesia mampu meraih prestasi terbaik di Olimpiade 2024.
Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus demografi beberapa tahun ke depan, tepatnya pada 2030 hingga 2040.
Bonus demografi yang dimaksud adalah masa di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.
Pmerintah saat ini tengah menggodok berbagai program untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045, termasuk di bidang olahraga.
DBON jelas menjadi investasi di bidang olahraga untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045 bila pelaksanaannya benar-benar diawasi juga dievaluasi.
Jangan sampai investasi tersebut sekadar warisan yang bahkan tidak ada kelanjutan.