Jakarta (ANTARA) - Operator Liga Bola Basket Indonesia (IBL), PT Bola Basket Indonesia, menunjuk Junas Miradiarsyah menjadi Direktur Utama IBL menggantikan Hasan Gozali, demikian diumumkan pihak liga lewat laman resminya, Jumat.
Penunjukkan Junas menjadi bagian dari hasil Rapat Umum Pemegang Saham PT Bola Basket Indonesia pada 24 Juli 2019, yang juga menunjuk Maulana Fareza 'Mocha' Tamrella sebagai salah satu direktur.
Hasan, yang memimpin IBL sejak kompetisi basket profesional tertinggi itu kembali mengusung nama tersebut sejak 2015, masih terlibat di dalam PT Bola Basket Indonesia dan kini menjabat sebagai Komisaris Utama.
"Terima kasih kepada Pak Hasan yang sudah penuh dedikasi membesarkan IBL, kami akan terus berinovasi dan meningkatkan kompetisi bola basket profesional tertinggi di Indonesia ini," kata Junas.
Pria yang juga menjabat sebagai COO Mahaka Sports Group itu menyatakan masih mengharapkan dukungan dan masukan dari Hasan untuk perkembangan IBL selanjutnya.
"Saya akan selalu memberikan dukungan," kata Hasan sembari menegaskan keyakinannya IBL akan terus maju berkembang.
Baca juga: Sponsor anyar bikin pemain Hangtuah optimistis songsong musim baru
Hasan sejak 2015 mengemban tugas sebagai operator liga basket profesional dengan bendera perusahaan Starting 5 Sports, menyusul keputusan PT Deteksi Basket Lintas tak berkenan membicarakan kontrak baru sebagai operator.
Pada musim pertama kembalinya liga mengusung nama IBL --setelah menggunakan nama Liga Bola Basket Nasional (NBL) Indonesia selama 2010-2015--, kompetisi masih mengusung semangat yang sama dengan jumlah pertandingan musim reguler mencapai 33 gim per tim, namun sejak musim berikutnya jumlah itu terpangkas separuh dan sampai kini musim reguler bahkan tak lagi mencapai 20 pertandingan per tim.
Pada 2016 Starting 5 Sports diakuisisi oleh PT Bola Basket Indonesia dan sejak itu perjalanan IBL banyak menemui rintangan seperti mundurnya Stadium Jakarta serta "konflik" mengenai regulasi klub harus berbadan hukum yang "memaksa" jawara 2016 CLS Knights Surabaya memutuskan mundur karena enggan menanggalkan status yayasan.
Kemudian ada juga skandal pengaturan skor yang antara lain karena penunggakan gaji oleh tim-tim peserta, perselisihan mengenai aturan yang membuat Pacific Caesar Surabaya walk-out dari putaran pertama playoff 2017/18, kesimpangsiuran regulasi tinggi badan pemain asing dan kritik keras terhadap kondisi permukaan sejumlah lapangan yang dianggap rentan mencederai cedera.
Selepas musim 2018/19 berakhir, IBL juga menjatuhkan sanksi terhadap Bogor Siliwangi yang melakukan penunggakan gaji pemain sehingga lisensinya dicabut.
Baca juga: Grand Final IBL 3x3, Satria Muda berharap Laurentius Oei bisa bermain
Kini, sudah empat bulan berlalu selepas Stapac Jakarta menjuarai IBL 2018/19 dan belum ada tanda-tanda jadwal musim 2019/20 diumumkan.
Hal itu tidak lepas dari kekhawatiran adanya benturan dengan kesibukan tim nasional basket yang bakal berlaga dalam SEA Games 2019 di Manila, Filipina, pada Desember, serta kesimpangsiuran jadwal pertandingan kualifikasi Piala FIBA Asia 2021.
Belakangan, kualifikasi Piala FIBA Asia 2021 diundur jendela pertamanya ke Februari dari rencana awal November, yang seharusnya jadi lampu hijau bagi IBL untuk segera mengumumkan jadwal musim 2019/20.
IBL 2019/20 rencananya juga bakal melibatkan timnas yang kini dibesut pelatih asal Serbia Rajko Toroman untuk ambil bagian di dalamnya sebagai upaya meningkatkan menit bermain sebagai sebuah tim.
Baca juga: IBL belum bisa pastikan jadwal liga musim terbaru
Baca juga: IBL perketat mekanisme pengukuran tinggi badan pemain asing
Baca juga: IBL seleksi empat tim pengganti Bogor Siliwangi
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2019