Kicau suara burung menyeruak keheningan ditengah hijaunya belantara mangrove yang ada di Kawasan Pantai Timur Surabaya. Pagi itu, matahari masih sepenggalan saat berbagai satwa mulai menunjukkan aktivitasnya di kawasan wisata baru yang ada di ibu kota Jawa Timur tersebut.
Tak hanya menjadi tempat hidup burung, tetapi juga berbagai satwa seperti biawak, burung kuntul, monyet ekor panjang, ikan glodok, hingga kepiting pemanjat pohon hidup di kawasan yang memiliki luas 31,5 hektare tersebut.
Kebun Raya Mangrove (KRM) Surabaya telah menjadi tujuan wisata baru dengan menawarkan panorama nuansa hijau. Kehadiran kebun raya tersebut seakan menjadi oase bagi Surabaya, yang selama ini dikenal sebagai kota perdagangan dan jasa.
Kebun raya tersebut juga menjadi kebun raya mangrove terbesar di Asia Tenggara, dengan tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Tercatat, setidaknya 59 jenis mangrove, seperti bruguiera parviflora, bruguiera gymnorhiza, ceriops tagal, avicennia marina, heritiera littoralis, kandelia candel, dan lainnya di kebun raya itu. Saat ini, terdapat setidaknya 157 jenis mangrove yang ada di dunia.
Puluhan mangrove ditempatkan di 12 vak atau petak berbeda di Kecamatan Gunung Anyar, dengan luasan 3,2 hektere dari 11 hektare di wilayah tersebut. Area vak tersebut bisa diakses pengunjung dengan melintasi jembatan kayu sepanjang 650 meter.
Kebun raya yang diresmikan oleh Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang juga Presiden ke-5 RI dan Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia Megawati Soekarnoputri itu, membentang di dua wilayah yakni 11 hektare di Gunung Anyar, 16 hektare di Medokan Sawah, dan 4,5 hektare mangrove di kawasan Pusat Informasi.
Kepala Bidang Pertanian Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya, Rahmad Kodariawan, mengatakan kawasan itu dinilai memenuhi lima aspek kebun raya, yakni wisata, konservasi, edukasi, penelitian, dan jasa lingkungan.
Saat pertama kali pertama diresmikan, KRM memiliki koleksi 57 spesies mangrove. Setelah dilakukan eksplorasi, DKPP Surabaya mencatat koleksi mangrove pun bertambah.
"Kami melakukan eksplorasi dan juga barter. Seperti beberapa waktu lalu, kami melakukan eksplorasi ke Alas Purwo dan juga barter dengan kebun raya lainnya di Indonesia," kata Rahmad.
Tambahan dua koleksi baru itu, jenis heritiera littoralis dari Kabupaten Gresik dan kandelia candel dari Provinsi Kalimantan Barat. Mangrove dengan jenis kandelia candel merupakan salah satu jenis mangrove langka yang ada di Indonesia.
"Kami akan terus berupaya menambah koleksi karena ingin menyediakan banyak opsi untuk kebutuhan edukasi dan penelitian," imbuh dia.
Mangrove menjadi pelindung bagi ekosistem yang ada di pesisir. Produksi dan kelestarian ikan tangkap dan budidaya sangat tergantung pada keutuhan mangrove. Tak hanya itu, kayu hasil tebangan hutan mangrove telah lama digunakan sebagai bahan baku arang yang dikenal dengan istilah bioenergy.
Selain itu, mangrove juga memiliki peran melakukan pembersihan air berbagai pencemar termasuk logam berat (bioremediation). Ekosistem mangrove dipercaya dapat menjadi penyaring alami yang membebaskan badan air dari kontaminasi senyawa berbahaya dan tidak aman bagi kesehatan manusia dan biota lainnya.
Sejak diresmikan pada Juli lalu, kunjungan ke KRM Surabaya terus mengalami peningkatan. Pada mulanya rata-rata kunjungan per minggunya mencapai 700 orang, kemudian setelah peresmian, jumlahnya meningkat signifikan hingga berkisar di angka 2.000 pengunjung dalam sepekan.
DKPP Surabaya menyebut peningkatan tersebut juga disebabkan dampak promosi tidak langsung yang dilakukan masyarakat melalui media sosial.
"Misalnya mereka datang ke Surabaya, merekam dan mengunggah videonya di media sosial. Itu juga turut mempengaruhi peningkatan kunjungan ke KRM Surabaya," jelas dia lagi.
Selain itu, peningkatan kunjungan juga dipengaruhi kedatangan rombongan pelajar dari sekolah-sekolah di Surabaya maupun pergurun tinggi dalam rangka pengenalan lingkungan, hingga penelitian seputar mangrove.
Seperti halnya yang dilakukan oleh para pelajar kelas 8 SMP Negeri 40 Surabaya yang mengunjungi mangrove dalam rangka implementasi Profil Pelajar Pancasila.
Selama berada di lokasi itu, para pelajar diarahkan untuk mengenali berbagai jenis mangrove dan manfaatnya bagi lingkungan. Seorang pelajar SMP Negeri 40, Jovia Kezia, merasa kegiatan kunjung ke KRM sangat menguntungkan baginya karena bisa meningkatkan pengetahuan dan pemahaman soal keseimbangan alam.
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya juga membangun berbagai wahana wisata di lokasi itu, seperti ATV, perahu bebek, buggy car, sepeda listrik, hingga menara pantau. Pemkot menerapkan pembayaran tiket melalui pembelian bibit mangrove, yakni pada wahana perahu bebek.
Tujuannya agar masyarakat bisa terlibat dalam upaya penanaman mangrove. Juga dibuka jasa penyewaan buggy car, mobil bertenaga listrik ramah lingkungan yang siap membawa pengunjung menyusuri kawasan KRM. Ada lima jenis buggy yang disewakan dengan harga Rp150.000 hingga Rp300.000 dengan durasi satu jam.
Pengelola juga menyediakan kendaraan roda dua jenis listrik yang bisa dimanfaatkan pengunjung mengitari kawasan itu, dengan tarif sewa sebesar Rp50.000 per jam.
Tak hanya itu, di KRM juga memiliki wisata susur sungai dengan menaiki perahu kayu, dengan tarif Rp25.000 per penumpang. Wahana tersebut menghadirkan pengalaman berbeda, pengunjung dibawa menyusuri sungai sepanjang 1,5 kilometer, dari dermaga di KRM menuju bagian muara yang langsung mengarah ke laut dengan menghadirkan pengalaman berbeda.
Wisatawan juga bisa melihat pemandangan berbagai satwa liar di sana, mulai kera ekor panjang yang melompat dari atas pohon mangrove ke sungai, biawak, ikan glodok, hingga sejumlah jenis burung.
Butuh sekitar 40 menit jika kondisi air sedang pasang untuk menyusuri area perairan di KRM, sedangkan jika kondisi surut, waktunya bisa lebih panjang, sekitar 50 menit.
Petugas di area itu memanfaatkan aplikasi "tides" untuk memantau perkembangan ketinggian gelombang, jam pasang, suhu udara, hingga kondisi cuaca.
Pemkot Surabaya berupaya melakukan penambahan wahana wisata, salah satunya membangun zona penangkaran burung di tengah area jogging track. KRM Surabaya juga menyediakan beragam kuliner dan juga produk UMKM setempat mulai dari produk olahan dari mangrove, batik, kaos, hingga minuman.
Tak hanya sebagai kawasan konservasi dan wisata, KRM Surabaya juga mengajak masyarakat untuk peduli dengan kelestarian lingkungan melalui kesadaran akan pentingnya mangrove bagi kehidupan.***
Di kawasan Pantai Timur Kota Surabaya, terdapat Kebun Raya Mangrove (KRM). Luasnya mencapai 27 hektare dan berada di dua kecamatan, yaitu 11 hektare di wilayah Gunung Anyar dan 16 hektare di Medokan Sawah.
Berstatus sebagai Kebun Raya Mangrove pertama di Indonesia, di sana saat ini menjadi destinasi wisata favorit baru bagi warga Surabaya maupun luar Kota Pahlawan. Sejak dibuka 26 Juli 2023, jumlah pengunjung meningkat signifikan dari 700 pengunjung menjadi 2.000 orang dalam sepekan.
KRM Surabaya diresmikan bertepatan dengan peringatan Hari Mangrove Sedunia oleh Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia yang juga Presiden Ke-5 RI dan Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Selain tempat berwisata, KRM kini menjadi sarana edukasi bagi pelajar, mahasiswa maupun masyarakat. Saat berjalan menyusuri sepanjang jalur ‘jogging track’ atau jembatan kayu sepanjang 650 meter, di situ pengunjung dapat melihat mangrove berbagai jenis.
Hingga kini terdapat 59 jenis mangrove, di antaranya adalah bruguiera parviflora, bruguiera gymnorhiza, ceriops tagal, avicennia marina, heritiera littoralis, dan kandelia candel. Koleksi mangrove tersebut rimbun berjajar di 12 vak atau petak berbeda.
Pengunjung dapat mengetahui jenis mangrove cukup melalui gawainya karena dilengkapi akses informasi dengan memindai kode batang yang telah dipasang.
Tak hanya mangrove, di KRM juga dapat dijumpai aneka fauna atau binatang, khususnya berhabitat di kawasan pesisir, seperti biawak, burung kunthul, monyet ekor panjang, ikan glodok, hingga kepiting pemanjat pohon.
Bahkan, tak jarang KRM menjadi lokasi singgah bagi burung-burung dari luar daerah maupun berbagai negara yang sedang bermigrasi.
Hamparan mangrove tumbuh hijau di Kebun Raya Mangrove (KRM) Surabaya.
Mangrove yang berfungsi sebagai benteng untuk mencegah abrasi tersebut juga sebagai tempat berkembang biak aneka fauna.
Selain menyimpan keanekaragaman tanaman mangrove, KRM juga menjadi rumah bagi aneka jenis fauna. Dengan luas 27 hektare, KRM menjadi destinasi baru untuk berwisata sekaligus sarana edukasi bagi warga Kota Pahlawan dan sekitarnya.
Berbagai jenis burung lokal maupun lintas benua pun singgah untuk beristirahat dan mencari makan di area mangrove tersebut. Seperti Raja udang kalung biru (Alcedo euryzona), Kipasan belang (Rhipidura javanica), Blekok sawah (Ardeola speciosa), Kuntul (Egretta Alba), Koreo Padi (Amaurornis phoenicurus), Bambangan kuning (Ixobrychus sinensis) dan berbagai burung lainnya.
Selain burung kawanan Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang berlompatan antar pohon juga dapat dijumpai disana.
Di kawasan perairan ikan-ikan Gelodok (Periophthalmus) berlompatan dari air menuju ke daratan. Ada juga Kepiting pemanjat pohon (Episesarma sp) yang dapat dijumpai di batang bakau saat air pasang.
Surga hijau di wilayah timur Surabaya tersebut juga berperan penting untuk mitigasi perubahan iklim. Berkembangbiaknya fauna tak luput dari peran pemerintah yang mengelola secara baik wilayah konservasi tersebut.
Termasuk menjadi tanggung jawab pengunjung maupun warga sekitar untuk menjaga KRM tetap menjadi destinasi wisata unggulan Kota Pahlawan.