Perjalanan panjang menuju era transportasi modern di Indonesia telah mencapai puncaknya dengan kehadiran Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Dengan teknologi dan sistem keamanan terbaru, proyek ini mewakili tonggak sejarah dalam pengembangan infrastruktur kereta di Indonesia.
Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), kereta cepat pertama di Indonesia dan Asia Tenggara baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (2/10).
Kereta yang mampu melaju dengan kecepatan operasional hingga 350 km/jam ini menjadi tonggak baru dalam dunia transportasi.
Proyek merupakan besutan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang merupakan kerja bareng antara BUMN Indonesia, yang diwakili oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), dan konsorsium perusahaan kereta api Tiongkok melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd. Perusahaan ini fokus pada sektor transportasi publik dengan model bisnis yang berorientasi pada kerjasama antar perusahaan.
Baca selengkapnyaMengenal lebih dekat kereta cepat pertama Indonesia
Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), kereta cepat pertama di Indonesia dan Asia Tenggara baru saja diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada Senin (2/10).
Kereta yang mampu melaju dengan kecepatan operasional hingga 350 km/jam ini menjadi tonggak baru dalam dunia transportasi.
Proyek merupakan besutan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang merupakan kerja bareng antara BUMN Indonesia, yang diwakili oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), dan konsorsium perusahaan kereta api Tiongkok melalui Beijing Yawan HSR Co. Ltd. Perusahaan ini fokus pada sektor transportasi publik dengan model bisnis yang berorientasi pada kerjasama antar perusahaan.
PT KCIC diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2016, salah satu dari Proyek Strategis Nasional (PSN) dan dicanangkan oleh pemerintah Indonesia.
“Teknologi KA Cepat ini juga sudah diterapkan di Tiongkok, sehingga kita tidak perlu meragukan lagi ya untuk keandalannya,” kata Eva Chairunisa, selaku Corporate Secretary (CORSEC) PT KCIC menjelaskan kepada ANTARA pada Jumat (25/08).
KCJB nantinya akan beroperasi dari stasiun awal yakni Stasiun Halim hingga Stasiun Padalarang yang terletak di Bandung Barat. Dalam memudahkan masyarakat untuk menggunakan KA Cepat ini, pemerintah berencana mengembangkan kawasan terintegrasi atau Transit Oriented Development (TOD) di setiap stasiun.
Konsep TOD yang diterapkan bersama sistem kereta cepat diharapkan dapat mempermudah akses ke daerah-daerah tersebut, dengan tujuan akhir meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya.
Eva menambahkan bahwa pembangunan KCJB tidak hanya berfokus pada menyempurnakan sarana dan prasarana kereta cepat. Namun pembangunan KCJB juga bertujuan untuk menyiapkan aksesibilitas serta integrasi antar-moda.
Dalam membangun integrasi tersebut, PT KCIC bekerja sama dengan beberapa pihak seperti pemerintah daerah, Jasa Marga hingga Persatuan Hotel Wilayah Bandung, untuk menyediakan transportasi yang terintegrasi dengan stasiun yang dilalui KCJB.
Moda transportasi di stasiun Halim juga akan terhubung dengan LRT (Lintas Raya Terpadu) Jabodetabek. seperti BRT (Bus Rapid Transit) JR (Jabodetabek Residence) Connexion, BRT Transjakarta, shuttle Bandara Halim, dan layanan taksi konvensional serta daring akan tersedia sebagai pilihan untuk memudahkan penumpang menuju Stasiun Halim.
Kemudian penumpang yang akan menggunakan KCJB melalui Stasiun Karawang, terintegrasi juga dengan Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia (DAMRI) dan JR Connexion.
Jika penumpang hendak menggunakan KCJB melalui Stasiun Padalarang, penumpang dapat menggunakan Kereta Api (KA) Feeder, taksi konvensional, dan DAMRI. KA Feeder adalah kereta pengumpan yang bertugas mengantarkan penumpang dari stasiun utama kereta cepat ke stasiun pengumpan lainnya.
Selanjutnya, dari stasiun Tegalluar, penumpang dapat transit melalui Kereta Rel Diesel (KRD) Bandung Raya melalui stasiun Cimekar dan Gedebage.
Selain membangun integrasi antar moda, aksesibilitas KCJB akan diperluas melalui pembangunan lingkungan di setiap stasiun untuk mendorong pertumbuhan aktivitas masyarakat.
Selanjutnya, Eva juga menuturkan faktor lain dari dibangunnya KCJB bersinggungan dengan statistik pusat ekonomi dari perputaran bisnis hingga aktivitas manusia di pulau Jawa masih yang terbesar.
“Kita harapkan kehadiran KA Cepat ini (KCJB) dapat meningkatkan perekonomian kemudian juga sektor pariwisata dan lain halnya,” kata Eva.
Ia menambahkan bahwa bukan hanya pusat perbelanjaan namun juga pusat layanan kesehatan serta pembangunan bisnis lainnya seperti area perkantoran, kawasan apartemen maupun hotel akan menjadi rancangan dalam menghidupkan setiap stasiun yang dilalui KCJB kedepannya.
Sementara itu, mengenai isu ramah lingkungan, Eva menerangkan bahwa KCJB sendiri beroperasi menggunakan listrik diharapkan mampu mengurangi emisi karbon di Jakarta dan Bandung.
“Dapat dipastikan KA Cepat ini sangat ramah lingkungan,” ucap Eva.
Data Departemen Transportasi Britania Raya melaporkan bahwa emisi karbon per mil dari Kereta Api Cepat lebih rendah hingga 35 persen jika dibanding kereta diesel.
Kepada masyarakat, PT KCIC berharap agar KCJB dapat direspon serta didukung dengan baik. Lantaran KCJB adalah salah satu alternatif moda transportasi yang dapat menghemat waktu masyarakat dalam berbagai aktivitas terutama mereka yang beraktivitas pulang dan pergi Jakarta-Bandung.
“Kami berharap juga kedepannya anak bangsa mampu memproduksi KA Cepat sendiri, terlebih saat ini kami juga sedang melakukan transfer pengetahuan dari ahli yang berasal dari China kepada SDM lokal. Dalam satu tahun ke depan, PT KCIC mengharapkan akhirnya kita mampu mengelola, mengoperasikan hingga merawat KA Cepat secara mandiri,” kata dia.
Rute Kereta Cepat Jakarta Bandung
“Dari sisi kenyamanan memiliki keunggulan karena sudah ada teknologi cabin noise, sehingga mampu meredam suara dan getaran di dalam kereta ini lebih optimal lagi,” kata Eva Chairunisa, Corporate Secretary (CORSEC) KCIC, kepada ANTARA pada Jumat (25/08) ketika menjelaskan fitur teknologi canggih dari KCJB tipe CR400AF.
KCJB menggunakan tipe teknologi baru dari China yang bernama CR400AF. Kereta cepat dengan teknologi ini memiliki kecepatan desain mencapai 420 km per jam, namun kecepatan operasionalnya adalah 350 km per jam
Baca selengkapnyaCanggihnya teknologi kereta cepat: senyapkan kebisingan hingga penangkal petir
“Dari sisi kenyamanan memiliki keunggulan karena sudah ada teknologi cabin noise, sehingga mampu meredam suara dan getaran di dalam kereta ini lebih optimal lagi,” kata Eva Chairunisa, Corporate Secretary (CORSEC) KCIC, kepada ANTARA pada Jumat (25/08) ketika menjelaskan fitur teknologi canggih dari KCJB tipe CR400AF.
KCJB menggunakan tipe teknologi baru dari China yang bernama CR400AF. Kereta cepat dengan teknologi ini memiliki kecepatan desain mencapai 420 km per jam, namun kecepatan operasionalnya adalah 350 km per jam.
“Jadi memang KA Cepat yang kita gunakan saat ini, rangkaian-rangkaian yang didatangkan ini merupakan generasi terbaru ya ini CR400AF, CR400AF ini bisa melaju hingga kecepatan 350 kilometer per jam pada saat operasional nantinya,” kata Eva.
Setiap rangkaian kereta CR400AF terdiri dari delapan gerbong, dengan komposisi empat gerbong bermotor dan empat gerbong tanpa motor. Meskipun memiliki kecepatan tinggi, CR400AF secara efektif mengurangi getaran dan kebisingan di dalam kabin, karena kereta ini dilengkapi dengan teknologi cabin noise yang lebih rendah.
Berkaitan dengan kemampuan meredam tersebut, ilmuwan China telah menjelaskannya dalam studi yang berjudul ‘High-Speed EMUs: Characteristics of Technological Development and Trends’ bahwa kemampuan meredam suara dan getaran tersebut berhubungan dengan bogie, yaitu sebuah struktur di bawah badan kereta yang berkaitan dengan tempat as roda atau bantalan roda. Bogie harus dirancang dengan suspensi dua tahap agar mampu menahan serta meredam getaran.
Studi tersebut menerangkan bahwa struktur dalam internal gerbong juga berpengaruh dalam menciptakan getaran dan suara. Gerbong harus didesain secara menyeluruh dengan memperhatikan tinggi gerbong hingga pemilihan bahan isolasi penyerap suara.
Kemampuan kereta cepat untuk meminimalisir getaran dan suara dihasilkan melalui pembuatan secara komprehensif oleh ilmuwan terkait dimulai dari roda bahkan hingga badan gerbong.
Kemudian, suara keras yang dihasilkan kereta cepat diminimalisir oleh 60 km sound barrier yang dibangun sepanjang jalur KCJB. Tidak heran bahwa kereta cepat akan minim gangguan suara serta getaran dari dalam maupun kepada pihak yang berada di luar kereta.
Selain itu KCJB tipe CR400AF pun didesain untuk menghadapi empat iklim di Indonesia, khususnya iklim tropis dengan suhu dan kelembaban yang cukup tinggi. Sehingga, kereta ini juga dilengkapi dengan dua alat penangkal petir, mengingat tingginya intensitas sambaran petir yang terjadi di pulau Jawa.
“Jadi risiko-risiko karena kita tahu bahwa di kita ini seringkali intensitas petir itu sangat tinggi di Indonesia dan tentunya juga di Pulau Jawa, nah dengan kelengkapan dua lightning arrester dapat meningkatkan keamanan,” kata Eva menerangkan.
Selanjutnya KCJB tipe CR400AF terdapat dua emergency break atau rem darurat. Eva menjelaskan, emergency break yang pertama dapat diaktifkan secara manual oleh masinis maupun penumpang yang membutuhkan fitur tersebut. Sedangkan emergency break kedua, akan aktif secara otomatis berdasarkan automatic train protection. Fitur ini mampu menghitung jarak antar gerbong kereta dan aktif ketika terdapat benda yang menghalangi jalannya kereta meskipun dalam keadaan tanpa tenaga.
Lebih lagi, KCJB akan menggunakan teknologi GSM-R sebagai teknologi transmisi data (train control data) mengadopsi teknologi yang dipakai di China Railway untuk mendukung jalur kereta cepat sepanjang 37.900 kilometer.
Teknologi transmisi data tersebut dipilih berdasarkan standarisasi International Union of Airways (Uni Kereta Api Internasional) serta keamanan yang sudah terbukti di beberapa negara seperti Arab Saudi dan Maroko.
Berbagai fitur tersebut didukung dengan kehadiran konstruksi rel yang dibangun dengan bantalan rel beton dan dipasang sepanjang 50 meter berstandar R60. Penyambungan serta pengelasannya memanfaatkan mesin UN-200 yang mengadopsi metode Flash-butt Welding.
Metode Flash-butt Welding dikenal sebagai salah satu cara pengelasan terbaik sehingga dipilih menjadi teknologi pada KCJB. Cara kerja dari metode itu adalah dengan memanaskan kedua batang rel. Kedua ujung rel disambung dengan tekanan tertentu sampai menyatu secara sempurna.
Kecanggihan Teknologi Kereta Cepat Jakarta Bandung
Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang disebut juga dengan Komodo Merah siap mengantar penumpang dengan desain yang menyelaraskan budaya Indonesia di setiap sudutnya.
Eva Chairunisa, selaku Corporate Secretary (CORSEC) KCIC, kepada ANTARA pada Jumat (25/08) menuturkan mengenai detail pembuatan desain KCJB yang memadukan budaya Indonesia ke dalam interior dan eksterior KCJB.
Baca selengkapnyaSiap-siap! Komodo Merah akan menjemput kamu!
Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang disebut juga dengan Komodo Merah siap mengantar penumpang dengan desain yang menyelaraskan budaya Indonesia di setiap sudutnya.
Eva Chairunisa, selaku Corporate Secretary (CORSEC) KCIC, kepada ANTARA pada Jumat (25/08) menuturkan mengenai detail pembuatan desain KCJB yang memadukan budaya Indonesia ke dalam interior dan eksterior KCJB.
Dia menjelaskan bahwa desain bentuk eksterior tepatnya pada kepala kereta terinspirasi dari salah satu hewan endemik Indonesia yaitu komodo. Selain itu beliau juga menerangkan bahwa warna yang ditampilkan pada bagian depan serta tubuh KCJB mengambil warna merah putih yang menunjukkan nasionalisme.
Tidak hanya di bagian eksterior saja, tetapi bagian interior dari kereta cepat juga didesain dengan apik menonjolkan ornamen batik khususnya pada bagian tempat duduk atau seating. Kemudian secara khusus, KCJB juga menampilkan ornamen batik Megamendung di sudut-sudut kereta.
Eva menerangkan bahwa setiap stasiun juga akan didesain sesuai keunikan budaya lokal masing-masing daerah tersebut.
"Kalau Halim karena dia berada di Jakarta, desain interiornya (stasiun) banyak ke unsur budaya Betawi, kemudian di Tegalluar, Padalarang, Karawang, kita lihat itu mulai bagian dari atapnya, melengkung menyerupai motif batik Megamendung. Kemudian di bagian dalamnya juga ada sejumlah titik atau spot yang kita tetap masukkan unsur (batik Megamendung) tersebut," kata Eva.
Desain batik khas Betawi yang diterapkan di stasiun Halim menggunakan teknik pemotongan laser dari bahan stainless-steel berwarna coklat yang berfungsi sebagai ornamen di ruang tunggu stasiun. Penggunaan batik Betawi pada permukaan stainless-steel juga mencerminkan harmoni antara aspek teknologi mutakhir dan unsur budaya.
Kemudian di stasiun Karawang, menampilkan motif padi dan batik Megamendung, merujuk pada reputasinya sebagai kota penghasil padi utama. Ornamen batik Megamendung ini terpampang di dinding stasiun, sementara interior stasiun menggabungkan elemen-elemen alami seperti kayu, batu, dan bambu dengan sentuhan modern
Berbeda di stasiun Padalarang, bangunan stasiun ini mengadopsi bentuk streamline louvre sebagai representasi prinsip "bergerak cepat" yang menjadi inti dari kereta cepat. Desain bangunan stasiun Padalarang, yang terkesan modern, futuristik dan dinamis, diimbangi dengan unsur lokal, yaitu elemen colonial art deco, dengan tujuan menciptakan keselarasan antara stasiun kereta api Padalarang dan stasiun kereta cepat Padalarang.
Sementara itu, stasiun Tegalluar akan menampilkan motif dan bentuk yang terinspirasi oleh aliran sungai, mengingat lokasinya yang dikelilingi oleh beberapa sungai penting di Jawa Barat. Desain interior stasiun ini juga akan mencerminkan budaya Sunda dengan menggunakan motif dan bahan yang sering digunakan dalam rumah-rumah tradisional Sunda, seperti kayu dan bambu.
Dalam segi fasilitas publik, pihak KCIC mengedepankan inklusivitas bagi semua kalangan.
"Tambahan ya, di interior KA terdapat fasilitas ya, selain adanya toilet umum, kita juga menyediakan toilet khusus disabilitas, sehingga jika ada yang menggunakan kursi roda, terdapat lagi ruang yang lebih luas untuk manuver, seperti itu,” kata Eva.
Selain itu, Eva menuturkan juga akan menyediakan bagasi yang luas bagi para penumpang sehingga mendorong kegiatan pariwisata. Beliau menambahkan bahwa biasanya orang yang berencana berwisata akan membawa koper. Namun, aturan mengenai jumlah maksimum barang bawaan atau bagasi akan diinformasikan nanti.
“Kita harapkan ke depan akan ada penyesuaian dari segi teknologi dan desain lalu pertambahan jalur lagi terlebih setelah transfer pengetahuan dari ahli dari China kepada SDM (Sumber Daya Manusia) lokal,” kata Eva terkait harapan KCJB di masa depan dalam segi teknologi dan desain.
Komodo Merah, si Kereta Cepat Jakarta Bandung atau KCJB kini lebih populer disebut dengan nama Whoosh! akhirnya tiba, kehadirannya di awal Oktober 2023 disambut dengan suka cita.
Direktur Jenderal Perkeretaapian, Mohamad Risal Wasal mengatakan bahwa Whoosh, sebutan kereta ini, memiliki alur yang berliku dan panjang, proyek-nya dimulai sejak tahun 2015.
Kemudian pada tahun 2016, merupakan tahun penting dalam proyek KCJB, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek ini di kebun teh Mandalasari, Maswati, Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Baca selengkapnyaPerjalanan KCJB: Dari Wacana Hingga Realisasi
Komodo Merah, si Kereta Cepat Jakarta Bandung atau KCJB kini lebih populer disebut dengan nama Whoosh! akhirnya tiba, kehadirannya di awal Oktober 2023 disambut dengan suka cita.
Direktur Jenderal Perkeretaapian, Mohamad Risal Wasal mengatakan bahwa Whoosh, sebutan kereta ini, memiliki alur yang berliku dan panjang, proyek-nya dimulai sejak tahun 2015.
Kemudian pada tahun 2016, merupakan tahun penting dalam proyek KCJB, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek ini di kebun teh Mandalasari, Maswati, Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
“Groundbreaking dilaksanakan tahun 2016 dengan rencana penyelesaian pada tahun 2019,” kata Risal kepada ANTARA pada Kamis (17/8).
Pada tahun yang sama, proyek ini juga ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan PSN. Namun dalam pengerjaannya proyek ini mengalami beberapa hambatan sehingga pengerjaannya menjadi jadi terlambat. Dari rencana awal tahun 2019 akan selesai mundur menjadi tahun 2023.
“Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut adalah 7 tahun. Groundbreaking dimulai pada tahun 2016 dan target penyelesaian pada tahun 2023,” tutur Risal.
Jauh sebelum groundbreaking, wacana mengenai KCJB sudah dibicarakan dan dikaji pada masa Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pada bulan Maret 2012, pemerintah memulai pembicaraan untuk merencanakan pengembangan sistem kereta cepat yang menghubungkan Jakarta dan Bandung. Penilaian potensi keberhasilan ekonominya dikerjakan oleh Japan International Cooperation Agency (JICA) berdasarkan permintaan dari Presiden SBY yang pada saat itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.
Saat itu, pemerintah Jepang sedang melakukan penelitian untuk menilai kelayakan pembangunan KA Cepat agar proyek tersebut bisa terealisasi. Namun setelah Presiden SBY mengakhiri masa jabatannya, proyek tersebut berpindah dan dimenangkan oleh pihak China.
Mengingat KCJB merupakan kerja sama antara Indonesia dan China, pada tahun 2017 penandatanganan kesepakatan disaksikan oleh kepala negara kedua pihak, Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Xi Jinping.
Pembangunan terus dilakukan secara masif hingga pada tahun 2020, progres pembangunan proyek KCJB mencapai ke angka 65,70 persen.
Satu tahun berjalan, tepat pada 18 Mei 2021 Presiden RI Joko Widodo melakukan kunjungan pertamanya ke lokasi Casting Yard (Halaman pengecoran) 1 dan Tunnel (Terowongan) 1. Kunjungan ini sekaligus menandai bahwa pemerintah berkomitmen terhadap proyek KCJB yang akan mengubah wajah transportasi dan pertumbuhan ekonomi di wilayah Jakarta dan Bandung.
Memasuki tahun 2022, proyek KCJB sudah berada di tahapan pemasangan rel. Instalasi perdana rel KCJB dilakukan pada 20 April 2022 di Depo KCJB Tegalluar, Kabupaten Bandung Barat dan dihadiri langsung oleh Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Jelang pengoperasiannya, pembangunan proyek KCJB terus dikebut. Berbagai upaya percepatan pembangunan dilakukan untuk memenuhi target operasional pada tahun 2023.
“Masyarakat akan merasakan sensasi menaiki kereta dengan kecepatan sampai dengan 350 km/jam sehingga dari Halim ke Tegalluar hanya membutuhkan waktu tempuh 30 menit,” kata Risal menjelaskan.
Untuk mempermudah masyarakat mengakses layanan KCJB, pihak-pihak terkait telah melakukan integrasi antarmoda. Salah satu contohnya untuk stasiun KA Cepat di Halim, Jakarta, penumpang bisa mengakses area stasiun melalui LRT Jabodebek yang terkoneksi langsung secara fisik dengan stasiun KA Cepat Halim.
Kedepannya, pemerintah berencana untuk terus memperluas jaringan dan meningkatkan pelayanan kereta cepat ini.
Masyarakat akan segera menikmati KCJB yang sudah ditunggu-tunggu sejak tahun 2016. Dengan semua fasilitas unggulan dan teknologi canggih yang ada, proyek ini telah melalui perjalanan panjang sebelum akhirnya menjadi kenyataan.
“Proyek ini dikerjakan selama tujuh tahun. Dimulai dengan groundbreaking pada tahun 2016 dan target penyelesaian pada tahun 2023,” demikian penyampaian Direktur Jenderal Perkeretaapian, Risal Wasal kepada ANTARA pada Kamis (17/8).
Baca selengkapnyaKelak-kelok Jalan KCJB
Masyarakat akan segera menikmati KCJB yang sudah ditunggu-tunggu sejak tahun 2016. Dengan semua fasilitas unggulan dan teknologi canggih yang ada, proyek ini telah melalui perjalanan panjang sebelum akhirnya menjadi kenyataan.
“Proyek ini dikerjakan selama tujuh tahun. Dimulai dengan groundbreaking pada tahun 2016 dan target penyelesaian pada tahun 2023,” demikian penyampaian Direktur Jenderal Perkeretaapian, Risal Wasal kepada ANTARA pada Kamis (17/8).
Selama jangka waktu tersebut banyak kendala yang dihadapi, mulai dari masalah pembebasan lahan, regulasi, hingga pandemi COVID-19.
“Proses pembebasan lahan cenderung mengalami keterlambatan sehingga konstruksi fisik baru benar-benar dikebut pada tahun 2018,” kata Risal.
Masalah pembebasan lahan terjadi di Stasiun Walini, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Alasan dari tidak dibangunnya KCJB di Stasiun Walini adalah karena biaya pembebasan yang terlalu mahal.
Konsorsium meminta PTPN (PT Perkebunan Nusantara) VIII untuk memberikan uang tunai sebagai pengganti ribuan hektare lahan sebagai bagian dari modal dasar pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) KCIC pada 16 Maret 2021.
Namun PTPN VIII tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi permintaan tersebut. Pemerintah akhirnya mengambil langkah untuk mengalokasikan dana sebesar Rp4,3 triliun dari APBN, yang kemudian diberikan kepada PT Kereta Api Indonesia. Sebagian dari dana tersebut digunakan untuk membantu memenuhi kewajiban setoran yang seharusnya dilakukan oleh PTPN VIII.
Penentuan arah pengembangan lahan di daerah Walini ternyata mencerminkan ambisi dan visi yang berbeda antara PTPN VIII dan KCIC. Pada tahun 2015, Ahmad Heryawan, mantan Gubernur Jawa Barat, berbicara tentang rencananya untuk mengubah Walini menjadi kota mandiri yang akan menjadi ibu kota provinsi, menggantikan Bandung di masa depan.
Namun setelah tujuh tahun berlalu, perkembangan Walini mengalami kemunduran. Menurut Direktur Utama KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi, mereka terpaksa menghentikan sementara pembangunan Walini karena kendala keuangan.
Sementara itu, rencana pengembangan yang diajukan oleh PTPN VIII berfokus pada mengubah Walini menjadi tujuan wisata. Mereka tidak berencana untuk mengembangkan kawasan Transit-Oriented Development (TOD) sebesar 1.000 hektare, melainkan akan membangun kawasan wisata tematik (theme park) dengan luasan sekitar 100-200 hektare.
Mengenai kendala selanjutnya, Risal juga menyebutkan bahwa karena KCJB adalah kereta cepat pertama di Indonesia, peraturan terkait hal ini masih belum tersedia. Pengalaman dalam proyek pembangunan juga menjadi tantangan tersendiri.
Pandemi COVID-19 yang terjadi pada tahun 2019 juga membuat perjalanan KJCB jadi kelang-kelok.
“Sebagian besar pekerja terpapar COVID-19 dan adanya aturan pembatasan kegiatan menyebabkan progres konstruksi melambat,” kata Risal menegaskan.
Selain kendala tersebut, terdapat kendala-kendala lainnya baik yang bersifat teknis maupun non-teknis.
“Terdapat beberapa segmen pada pekerjaan subgrade yang mengalami longsor dan kondisi tanah yang kurang baik sehingga diperlukan treatment perbaikan tanah dengan menggunakan PVD (Prefabricated Vertical Drain). Akan tetapi kendala tersebut berhasil diselesaikan pada September tahun lalu,” kata Risal.
Ia menambahkan bahwa terdapat kondisi tanah berupa clay shale atau serpih tanah liat pada konstruksi terowongan dua yang membuat kondisi tanah tidak stabil sehingga tanah yang digali menjadi runtuh. Namun kendala tersebut dapat diatasi pada Mei 2022 dengan memasang perkuatan tanah anti slide pilling dan surface grouting yang kemudian dapat ditembus serta dilalui alat Launcer Girder pada Juni 2022.
Selama proses pengerjaan juga terdapat saluran udara tegangan tinggi (SUTT) dan relokasi fasilitas umum berupa jalan yang mengalami keterlambatan, sehingga cukup menghambat pekerjaan konstruksi.
Pada 18 Desember 2022 yang lalu juga sempat terjadi kecelakaan berupa kereta anjlok yang menyebabkan dua korban jiwa. Kereta yang anjlok tersebut merupakan lokomotif dan mesin pemasangan rel. Kecelakaan ini terjadi di area proyek yang berada di Desa Campaka Mekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Namun kendala-kendala tersebut tidak menjadikan proyek KCJB berhenti. Proyek ini pada akhirnya akan segera dapat dinikmati. Perjalanan Jakarta-Bandung akan menjadi sangat singkat dengan kereta cepat ini.
Uji coba pra-operasi Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) adalah salah satu tahap penting dalam persiapan menuju peluncuran resmi layanan ini. Selain masih ada sederet langkah lain yang tengah dikerjakan untuk memastikan bahwa KCJB siap beroperasi dengan sempurna.
Direktur Jenderal Perkeretaapian, Risal Wasal mengatakan kepada ANTARA pada Kamis (17/8), bahwa ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum KCJB dioperasikan.
Baca selengkapnyaPersiapan jelang pengoperasian KCJB
Uji coba pra-operasi Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) adalah salah satu tahap penting dalam persiapan menuju peluncuran resmi layanan ini. Selain masih ada sederet langkah lain yang tengah dikerjakan untuk memastikan bahwa KCJB siap beroperasi dengan sempurna.
Direktur Jenderal Perkeretaapian, Risal Wasal mengatakan kepada ANTARA pada Kamis (17/8), bahwa ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum KCJB dioperasikan.
“Sesuai amanat dalam PM 7 tahun 2022 tentang Kereta Api Kecepatan Tinggi, sebelum KCJB dioperasikan maka PT KCIC wajib mendapatkan izin operasi dari DJKA,” kata dia.
Untuk mendapatkan izin operasi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh pihak pengelola operasional KCJB, yakni PT KCIC. Syarat pertama yaitu kelayakan teknis yang terpenuhi dengan lulus uji pertama prasarana dan sarana perkeretaapian. Kemudian tersusunnya sistem dan prosedur pengoperasian serta perawatan prasarana dan sarana perkeretaapian.
PT KCIC harus memenuhi penilaian melalui uji keselamatan, safety assessment, yang mencakup kualifikasi petugas pengoperasian prasarana dan awak sarana perkeretaapian, yang dibuktikan dengan sertifikat kecakapan, serta memastikan ketersediaan peralatan keselamatan pengoperasian prasarana dan sarana perkeretaapian.
Berbagai pihak juga telah berkoordinasi sebagai bentuk persiapan jelang pengoperasian KCJB.
“Menjelang pengoperasian, telah dilakukan koordinasi dengan berbagai stakeholder seperti Pemprov, Pemkot, Pemkab, pihak swasta maupun pihak kepolisian dan TNI terutama dalam penyiapan aksesibilitas dan integrasi antar moda di tiap stasiun,” ucap Risal.
Sebagai contoh, pembangunan akses at grade menuju Stasiun Halim melalui Jalan DI Panjaitan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan melakukan pembebasan lahan dan pelebaran jalan existing.
Sebelum uji coba pra operasi ini dilakukan, uji coba dinamis secara internal PT KCIC telah dilakukan pada Mei sampai dengan Juni 2023 dimana kereta dioperasikan dengan kecepatan bertahap mulai dari 80 km/jam, 180 km/jam, 310 km/jam hingga mencapai kecepatan operasi yaitu 350 km/jam.
“Uji coba menggunakan kereta inspeksi atau CIT dapat menunjukkan hasil pemeriksaan kondisi jalur yang dilalui sehingga akan tampak kekurangan dari jalur yang terbangun. Berdasarkan kekurangan tersebut, selanjutnya dapat dilakukan perbaikan,” kata Risal.
Beliau juga menambahkan bahwa uji coba ini digunakan untuk memastikan sistem integrasi antara sarana dengan prasarana yang terbangun.
Pengalaman dalam pembangunan prasarana kereta cepat belum ada di Indonesia karena KCJB merupakan kereta api kecepatan tinggi pertama di Indonesia dan Asia Tenggara. Oleh karena itu, pihak China membawa teknologi baru yang canggih dalam pembangunan proyek ini.
“Contohnya dalam pekerjaan track laying yaitu pemasangan rel. Sebelum dipasang di lokasi, rel tersebut disambung terlebih dahulu menjadi rel menerus sepanjang 500 meter sehingga pemasangan di lapangan menjadi sangat cepat karena pengelasan di lapangan per 500 meter,” kata Risal memaparkan.
Pihak Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) juga melakukan persiapan menghadapi potensi tantangan operasional.
“DJKA melakukan review dan persetujuan terhadap dokumen sistem manajemen keselamatan operasional KCJB sehingga semua potensi-potensi yang dapat muncul maupun keadaan darurat pada saat pengoperasian dapat tertangani sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan,” tutur Risal.
Sementara itu, masyarakat juga bisa turut mencoba pengoperasian KCJB sejak peresmiannya. Informasi lebih lanjut mengenai jadwal operasi dan cara untuk mencoba pengalaman perjalanan dengan KCJB dapat ditemukan di akun media sosial Instagram resmi mereka, yaitu @keretacepat_id.
Linimasa Kereta Cepat Jakarta Bandung
2015
PT Kereta Cepat Indonesia China didirikan berdasarkan akta No. 86 tanggal 16 Oktober 2015 dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI dalam Surat Nomor AHU-2461647 AH.01.01.11 Tahun 2015 tanggal 20 Oktober 2015.
2016
Peletakan Batu Pertama Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung oleh Presiden Joko Widodo di kebun teh Mandalasari, Maswati, Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional pemerintah dalam Peraturan Presiden Nomor 3 tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional.
2017
Penandatanganan kesepakatan disaksikan oleh kepala negara kedua pihak, Presiden Joko Widodo dan Presiden Xi Jinping.
2018
Penandatanganan kontrak kerja sama dengan Cars Dardela Joint Operation (CDJO) sebagai pengawas konstruksi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Penandatanganan perjanjian pemanfaatan lahan Halim untuk stasiun dan trase Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
2019
Proses pembebasan lahan sepanjang trase Proyek berjalan dengan masif dan lancar.
2020
Progres pembangunan Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung mencapai ke angka 65,70%.
2021
Kunjungan Presiden Republik Indonesia pertama pada lokasi Casting Yard 1 dan Tunnel 1 pada 18 Mei 2021.
2022
Pemasangan Rel pertama dari area Tegalluar yang merupakan lokasi depo menuju Jakarta di 20 April 2022.
2023
Presiden Joko Widodo meresmikan operasional Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang diberi nama Whoosh sebagai layanan kereta api berkecepatan tinggi pertama di Indonesia dan Asia Tenggara.
Galeri Foto
Beroperasinya Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) menambah deretan alternatif transportasi masyarakat dari dan menuju Kota Kembang.
Manfaat terbesarnya adalah memangkas jangka waktu tempuh hingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sepanjang jalur yang dilalui oleh kereta cepat, demikian disampaikan Pengamat Transportasi, Darmaningtyas, kepada ANTARA secara daring pada Kamis (10/8).
Baca selengkapnyaManfaat pembangunan KCJB
Beroperasinya Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) menambah deretan alternatif transportasi masyarakat dari dan menuju Kota Kembang.
Manfaat terbesarnya adalah memangkas jangka waktu tempuh hingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sepanjang jalur yang dilalui oleh kereta cepat, demikian disampaikan Pengamat Transportasi, Darmaningtyas, kepada ANTARA secara daring pada Kamis (10/8).
“Sebetulnya konektivitas Jakarta-Bandung sekarang ini sudah cukup baik karena ada jalan tol maupun layanan kereta api reguler yang diperankan oleh Argo Parahyangan, namun dengan adanya kereta cepat ini diharapkan akan semakin meningkatkan mobilitas warga Jakarta-Bandung atau sebaliknya Bandung-Jakarta,” kata Darmaningtyas.
Darmaningtyas juga menjelaskan bahwa kereta cepat akan mendukung perkembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dengan kegiatan komersialisasi stasiun yang akan meningkatkan pendapatan KCJB dari sisi non-ticketing. Selain itu, kereta cepat juga akan menjadi daya tarik wisata tersendiri untuk warga Jakarta dan Bandung.
Apabila dibandingkan dengan alternatif transportasi lainnya, Darmaningtyas menjelaskan bahwa tarif kereta cepat ini tidak akan menjadi masalah selama tarif ditetapkan tidak terlalu jauh berbeda dengan KA Argo Parahyangan.
Ke depannya, Darmaningtyas mengharapkan adanya perbaikan akses menuju dan dari stasiun kereta cepat, salah satunya adalah dengan mengintegrasikan kereta cepat dengan moda transportasi lainnya yang setara.
Tidak menutup kemungkinan, bahwa KCJB ini akan direplikasi untuk daerah lainnya, seperti Bandung-Surabaya. Semua tergantung kepada pendanaan terkait kemampuan finansial pemerintah untuk memberikan subsidi kepada pembangunan infrastruktur ini, demikian disampaikan oleh Darmaningtyas.
Selaras dengan itu, Djoko Setijowarno, Pengamat Transportasi, Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata dan Wakil Ketua Pemeberdayaan dan Penguatan Wilayah MTI Pusat, menyampaikan kepada ANTARA pada Sabtu (23/08) bahwa tujuan utama dari kereta cepat ini adalah untuk mempercepat mobilitas masyarakat dan mengurangi jumlah pengguna jalan tol Jakarta-Bandung dan sebaliknya.
Djoko juga mengungkapkan bahwa untuk mendukung sektor pariwisata, KCJB perlu melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintah, dalam bentuk penyediaan transportasi pengumpan dari stasiun kereta cepat ke destinasi wisata.
Menurut Djoko, kesempatan pengembangan sektor wisata dan ekonomi kreatif akan terbuka luas bagi para pelaku usaha.
“Dan pendapatan mereka tidak hanya itu, nanti di stasiun juga bisa diperluas, dengan tenan-tenan untuk jualan, mungkin dari hotel-hotel juga nanti membuka jalur, mengantar ke stasiun kereta cepat, bisa jadi kan,” kata Djoko mengungkapkan.
Dalam mengoptimalisasi manfaat kereta cepat dan menambah pendapatan, Djoko menambahkan bahwa KCJB dapat melakukan diversifikasi layanan, misalnya tidak hanya mengangkut penumpang, tetapi juga mengangkut barang dalam skala kecil yang dapat sampai dalam hitungan menit dari Jakarta ke Bandung atau sebaliknya.
Ke depannya, Djoko menyampaikan bahwa masih perlu peninjauan lebih lanjut terhadap perkembangan kereta cepat Jakarta-Bandung ini.
“Ya penambahan jalur aja bisa jadi, tapi lihat dulu perkembangan kereta cepat Jakarta-Bandung seperti apa, mahal pembangunannya butuh waktu, tapi kalo memungkinkan gapapa menurut saya, silakan aja. Kalo dibuat Jakarta-Surabaya bisa mengurangi pengguna pesawat udara,” tutur Djoko terhadap rencana rute baru dari Bandung hingga Surabaya.
Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) diharapkan mampu menjadi solusi moda transportasi baru untuk masyarakat yang menginginkan percepatan waktu tempuh antardua kota tersebut. KCJB yang termasuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) ini direncanakan untuk dilanjutkan hingga ke Surabaya, Jawa Timur.
Hal itu dikonfirmasi oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui juru bicara Adita Irawati kepada ANTARA, Kamis (14/9), pada saat menjelaskan perkembangan terbaru terkait proyek Kereta Api Jakarta-Surabaya yang sempat disebut akan dihapus dari daftar proyek strategis nasional (PSN).
Baca selengkapnyaWacana rute hingga Surabaya
Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) diharapkan mampu menjadi solusi moda transportasi baru untuk masyarakat yang menginginkan percepatan waktu tempuh antardua kota tersebut. KCJB yang termasuk ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) ini direncanakan untuk dilanjutkan hingga ke Surabaya, Jawa Timur.
Hal itu dikonfirmasi oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui juru bicara Adita Irawati kepada ANTARA, Kamis (14/9), pada saat menjelaskan perkembangan terbaru terkait proyek Kereta Api Jakarta-Surabaya yang sempat disebut akan dihapus dari daftar proyek strategis nasional (PSN).
Adita menjelaskan bahwa proyek yang dihapus dari PSN adalah proyek Kereta Api Semi Cepat, yang memiliki spesifikasi sedikit berbeda dengan KCJB yang sebentar lagi akan memulai operasinya.
Ia menambahkan bahwa meskipun proyek telah dikeluarkan dari PSN, hal ini tidak berarti akan dihentikan, tetapi proyek tersebut tidak lagi masuk dalam kategori proyek strategis pemerintah yang memiliki persyaratan khusus.
"KA Semi Cepat diusulkan dikeluarkan dari PSN mengingat dalam PSN sudah ada KCJB yang akan diteruskan sampai Surabaya,” kata Adita.
Adita juga menyatakan bahwa proyek KCJB akan terus dilanjutkan hingga mencapai Surabaya, mengingat bahwa dalam PSN sudah ada rencana untuk melanjutkan jalur KCJBhingga ke kota tersebut.
Hal itu juga disampaikan oleh Presiden Joko Widodo setelah mencoba KA Cepat dari Stasiun Halim ke Stasiun Padalarang hingga kota Bandung, Rabu (13/9). Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa perpanjangan rencana tapak jalur kereta api atau trase KCJB hingga ke Surabaya masih menunggu hasil studi dan kalkulasi yang dilakukan oleh pihak terkait.
"Kalau ke Surabaya masih dalam studi, masih dalam kalkulasi, juga penentuan trase sebelah mana baru dalam studi semua," kata Presiden Joko Widodo saat memberikan pernyataan pers di Stasiun Padalarang, Jawa Barat.
Presiden Joko Widodo juga menyatakan bahwa perpanjangan jalur KCJB ke Surabaya akan memicu pertumbuhan ekonomi di berbagai titik di sepanjang wilayah yang dilaluinya.
Ia menambahkan bahwa proyek ini akan memberikan dampak positif terutama untuk wilayah Jawa bagian selatan, mengingat Jawa utara telah memiliki jalan tol yang baik. Namun proyek ini akan membantu menciptakan pusat-pusat ekonomi baru.
Dihubungi secara terpisah, General Manager Corporate Secretary KCIC, Eva Chairunisa, menjelaskan bahwa saat ini, agar proyek perpanjangan Jalur KCJB ke Surabaya dapat terus berlanjut, timnya masih menunggu arahan resmi yang akan diberikan oleh Kemenhub.
Eva Chairunisa menekankan bahwa keputusan ini akan sangat bergantung pada panduan dan petunjuk yang diberikan oleh otoritas terkait untuk memastikan kelancaran dan kesinambungan proyek tersebut.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Mohamad Risal Wasal juga menyampaikan bahwa rencana perwujudan perpanjangan koridor Kereta Cepat Jakarta-Bandung-Surabaya telah tercantum dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 296 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Kepmenhub Nomor KP 2128 Tahun 2018 Tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) dimana terdapat potensi perpanjangan koridor HSR Jakarta – Bandung menuju Kroya, Yogyakarta, Solo dan Surabaya.
Seiring teknologi yang terus berkembang, Kereta Cepat Jakarta-Bandung menjadi bukti nyata kemajuan infrastruktur Indonesia. Melalui proyek inovatif ini, harapan dan mimpi untuk konektivitas yang lebih baik semakin dekat.
Credit
PENGARAH
Akhmad Munir, Gusti Nur Cahya Aryani, Saptono, Teguh Priyanto
PRODUSER EKSEKUTIF
Sapto HP
PRODUSER
Ida Nurcahyani
CO PRODUSER
Farika Nur Khotimah
PENULIS
Farika Nur Khotimah, Jeremy Putra Budi Salenusa
EDITOR TEKS
Ida Nurcahyani
INFOGRAFIK
Abdul Kahfi Laksana Cahya Bento
EDITOR INFOGRAFIK
Farika Nur Khotimah
VIDEO
Farika Nur Khotimah, Ris Beyhi, Abdul Kahfi Laksana Cahya Bento
DATA DAN RISET
Pusat Data dan Riset Antara, PT Kereta Cepat Indonesia China, Kementerian Perhubungan
WEB DEVELOPER
Y. Rinaldi