Tidak disangka, M. Alfatih Timur yang akrab disapa Timmy hingga 2019 bisa membesarkan platform urun dana sosial (social crowdfunding) Kitabisa sehingga dapat membantu banyak orang membutuhkan dana itu melalui dunia maya.
Pria kelahiran Padang, Sumatera Barat pada 1991 itu tak patah arang ketika Kitabisa yang berdiri mulai 2013 belum tumbuh menggembirakan. Maklum, sebagai platform yang tergolong anak bawang dan mengurusi donasi tentu tidak sepopuler "marketplace" seperti Lazada, BukaLapak, Tokopedia, dan semacamnya.
Saat awal berdiri pada 2013, Kitabisa lahir sebagai gerakan sosial melalui laman kitabisa.com. Seiring perkembangan maka pada 2014 beralih fokus menjadi wadah donasi daring dan pada 2017 sudah bisa meluncurkan aplikasi Kitabisa.
Selama dua tahun awal Kitabisa merupakan masa-masa rentan suatu usaha rintisan (start-up) di bidang sosial yang dapat menjadi ujian sebenarnya dari usaha tersebut. Tapi seiring berjalan waktu kitabisa.com terus tumbuh hingga kini dan semakin banyak bisa membantu orang.
Usaha itu, tidak mungkin berdiri hingga saat ini jika tidak dibangun dari fondasi kokoh sejak awal Kitabisa berdiri.
Meski perjalanan tak selalu mulus, Kitabisa telah menghubungkan lebih dari satu juta #OrangBaik dan menyalurkan Rp500 milIar lebih donasi bagi pihak yang membutuhkan.
Dia mengakui mencari investor untuk kegiatan kewirausahaan sosial cenderung berat bagi pebisnis sosial.
"Kewirausahaan sosial adalah bisnis dengan konsep untuk memecahkan masalah ekonomi sosial. Namun, tidak sedikit yang menganggap, kewirausahaan sosial adalah proyek sesaat," katanya.
Timmy memiliki minat kuat dalam menolong terinspirasi oleh ayahnya. Jiwa itu dikuatkan lagi saat dididik Guru Besar Ilmu Manajemen Universitas Indonesia, Rhenald Kasali.
Meski tidak tahu secara mendalam soal teknologi informasi, Timmy mau tidak mau harus menjalin jejaring dengan para ahli TI. Dengan begitu, dia bisa terus membesarkan usaha rintisan yang dibuatnya bersama rekan-rekannya.
Prinsip kerja dari platform urun dana kitabisa.com adalah penggalangan dana melalui internet untuk suatu kampanye yang dibuat pengguna. Kemudian bagi para penyumbang dana bisa menyalurkan donasinya semudah berbelanja daring.
"Sebagai platform donasi, kami berupaya untuk menyediakan kemudahan bagi masyarakat untuk berdonasi kapan saja secara 'online' untuk beragam tujuan sosial, personal, dan kreatif," kata Timmy saat ditemui dalam suatu acara kerja sama terkait dengan donasi via digital dengan Badan Amil Zakat Nasional.
Satu kata yang perlu digarisbawahi dari pernyataan seorang yang pernah mengenyam pendidikan di Universitas Indonesia itu adalah kreatif.
Berdasarkan pengamatan ANTARA, cara penggalangan dana kitabisa.com memang tergolong kreatif memanfaatkan kelebihan teknologi informasi saat ini.
Orang saat ini tidak perlu mencari tahu siapa yang perlu dibantu, tetapi Kitabisa seperti bisa "menjemput bola" bantuan. Platform tersebut mempertemukan mereka yang membutuhkan bantuan dan pemberi donasi dalam satu wadah.
Saat berselancar di media sosial Instagram, sesekali muncul iklan ajakan bantuan dari Kitabisa. Satu dua kali mungkin iklan itu diabaikan tetapi akan ada waktu orang memperhatikan pesan-pesan bahwa terdapat saudara kemanusiaan yang perlu dibantu.
Dari penelusuran, sejumlah kampanye penggalangan dana sangat bervariasi dan bagi yang ingin berdonasi dimudahkan ingin membantu siapa serta dalam nominal sekehendak pengguna internet. Internet memang tidak hanya berlaku untuk mencari informasi atau hiburan, tetapi bisa untuk berdonasi membantu mereka yang kekurangan.
Sejumlah kampanye penggalangan dana terdapat di platform Kitabisa seperti untuk pembangunan masjid, pembangunan fasilitas umum, operasi, bantuan makanan, bantuan bencana alam, pemberdayaan kaum duafa dan lain-lain.
Secara singkat, cara kerja Kitabisa patungan/urunan bersama. Selama tersedia, dana yang ada untuk suatu kampanye donasi hanya akan digunakan untuk membantu anggota yang mengajukan bantuan.
Seleksi anggota yang mengajukan bantuan juga dilakukan dengan ketat. Saat anggota mengajukan kampanye donasi maka tim Kitabisa akan melakukan peninjauan dan verifikasi.
Kitabisa terus tumbuh sebagai wadah bagi siapa pun yang ingin mewujudkan proyek sosialnya. Terdapat fitur pelaporan dana mencurigakan sebagai upaya pengawasan agar dana tidak diselewengkan.
Timmy mengatakan Kitabisa sangat memegang teguh unsur keamanan dalam menyebarkan kebaikan. Karena itu, Kitabisa memiliki izin PUB (Pengumpulan Uang dan Barang) dari Kementerian Sosial untuk kategori umum dan kategori bencana alam.
Kitabisa rutin memperbaharui izin PUB (Penggalangan Uang dan Barang) dari Kementerian Sosial. Sebagai bentuk transparansi, Kitabisa juga rutin diaudit oleh Kantor Akuntan Publik dengan hasil Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Timmy mengatakan pemungutan administrasi di Kitabisa sudah sesuai Undang-Undang Pengumpulan Uang dan Barang 1961 dan SK (Surat Keputusan) 126/HUK-UND/2019 untuk kategori umum dan 2/HUK-UND/2019 untuk kategori bencana alam.
Berdasarkan UU tersebut, pembiayaan usaha pengumpulan sumbangan sebanyak-banyaknya adalah 10 persen dari total hasil pengumpulan sumbangan yang bersangkutan.
Dia menyadari memberi dampak sosial saja tidak cukup jika Kitabisa tidak mendapatkan biaya operasional. Perusahaannya memerlukan pendanaan agar tetap bisa bekerja sebagai kotak amal daring.
"Sebagai 'social enterprise' kami mengenakan biaya administrasi sebesar lima persen dari total donasi terkumpul kepada pihak yang menggalang dana di Kitabisa, kecuali untuk kategori bencana alam dan zakat adalah nol persen administrasi," kata dia.
Secara syariah Islam, pengumpulan dana Kitabisa juga sudah sesuai prinsip-prinsip syar'i. Kitabisa merupakan perantara yang menghubungkan pemberi donasi dengan penggalang dana (campaigner). Dengan begitu, Kitabisa berperan sebagai perantara (wasathah) dan para pengguna adalah pelaku atau wasith.