Minggu pagi, Muhammad Fauzan Azhim sudah bersiap-siap bersepeda. Maklum saja, sudah lebih dari tiga bulan siswa kelas 7 Mtsn di Surabaya ini harus "betah" berada di rumah akibat pandemi virus corona atau COVID-19.
Saat itu, Azhim panggilannya, siap untuk bersepeda bersama dengan kakek dan neneknya ke kawasan bundaran Institut Sepuluh Nopember Surabaya. Jarak yang tidak begitu jauh dari rumahnya di bilangan Mojo Surabaya.
Namun, tingginya jumlah warga positif COVID-19 ini tak membuat warga Surabaya-salah satunya Azhim- mencoba keluar rumah dengan bersepeda. Pandemi baru bagi warga Surabaya dan juga kota untuk menghilangkan penat dengan bersepeda.
Sejak pandemi COVID-19 berlangsung hampir lima bulan terakhir, minat masyarakat untuk membeli sepeda terus meningkat.
"Memang lonjakan permintaan sepeda ini berpengaruh signifikan terhadap permintaan produk terutama suku cadan. Permasalahannya lebih kepada pengiriman suku cadang yang sebagian besar berasal dari luar negeri, yang terkendala dengan adanya isu COVID-19," kata Marcom Polygon Yunike Maris saat dikonfirmasi via WhatsApp pekan ini.
Polygon sendiri, kata dia, pihaknya terus berusaha dan berkomitmen memenuhi kebutuhan suku cadang dan terutama tidak mengabaikan after sales service mereka.
"Kami berkomitmen menyediakan after sales service yang mudah, konsumen dapat mengajukan komplain melalui 500 jaringan dealer yang tersebar di seluruh Indonesia yang menawarkan kemudahan, kenyamanan dan spare part yang lengkap sesuai dengan kebutuhan," katanya.
Polygon yang memiliki pabrik di Sidoarjo ini, kata dia, juga memiliki beberapa tipe sepeda favorit yang paling banyak dicari yakni sepeda gunung (MTB) karen memperhatikan medan yang ada di Indonesia rata-rata memang medan yang berkerikil, jalanan yang tidak rata.
"Dari market survei kami didapatkan bahwa responden mempercayai bahwa produk dari brand kami telah memiliki reputasi yang baik, kuat dan juga direkomendasikan oleh atlet pesepeda profesional dunia (Kurt Surge -Jura Dunia Kompetisi Freeride Terekstrem dunia dan UR TeamhTeam Downhill nomor satu dunia)," katanya.
Sedangkan untuk seri MTB, kata dia, Polygon juga diapresiasi oleh media sepeda dan portal sepeda no 1 di dunia (Pinkbike.com).
"Selain itu sepeda gunung tipe hardtail dianggap mudah perawatannya, walaupun demikian kami juga memiliki banyak varian sepeda lain yang cocok untuk bersepeda di area urban," katanya.
Ia mengatakan, Polygon memulai pada tahun 1989-1999 dengan memproduksi khusus untuk ekspor (90 persen). Fokus pada harga yang kompetitif dan persiapan membangun brand sendiri.
'Pada tahun 2000-2009, mulai melakukan ekspansi perluasan pabrik dan investasi ke alat berteknologi tinggi pada perangkat keras maupun lunak," ucapnya.
Menurut, pihaknya, mendevelop brand Polygon dengan komposisi 40 persen dan sisanya untuk brand OEM. Pada tahun 2010- sekarang, pengembangan lebih lanjut brand Polygon ke Eropa (2012) dan USA (2014) serta meningkatkan kualitas industri dengan tujuan menjadi yang terbaik di Asia dan dunia.
"Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun di industri sepeda, Polygon terus mengembangkan teknologi yang lebih mutakhir dan terus berkomitmen membuat produk berkualitas, dan bersaing di pasar global," katanya.
Disinggung terkait spesifikasi sepeda yang di produksi untuk jenis mountain bike, sepeda balap dan sepeda lipat, dirinya mengatakan dari sisi produk mereka memiliki lebih dari 150 model dan 350 varian sepeda setiap tahun.
"Jenis sepeda yang diproduksi antara lain tipe MTB, Road, City Bike, BMX, Dirt Jump, Youth, dan special bike termasuk sepeda tandem, folding, cruisser, fixie, dll). Wide range product untuk memenuhi kebutuhan konsumen global mulai dari penghobi, antusias, sampai dengan atlet," katanya.
Secara spesifikasi, kata dia, MTB dan road memiliki banyak varian yang pasti sangat berbeda untuk spesifikasi (komponen-nya), yang dibedakan juga adalah dari sisi medan.
"Dimana sepeda balap lebih kearah jalan aspal dan kecepatan, sepeda lipat untuk medan perkotaan, dan mountain bike untuk bersepeda di medan off road atau hutan, pegunungan," kata Yunike.
Sedangkan untuk inovasi sepeda yang akan diproduksi dirinya mengatakan belum bisa bagikan karena kebijakan manajemen, namun sejauh ini inovasi teknologi merupakan prioritas.
"Inovasi teknologi yang dihasilkan atau digunakan polygon dan diakui dunia adalah Floating Suspension System yg lahir 2012 yang hingga kini masuk pada generasi ke-3. Teknologi ini termasuk diakui media Jerman 'World of MTB' sebagai teknologi yang otentik dan menyumbang inovasi teknologi MTB dunia," paparnya.
Adapun yang terbaru menghadirkan seri XQUARONE dengan inovasi desain suspensi terbaru yang diklaim sebagai pelopor di Indonesia bahkan di dunia dan inovasi pengembangan sepeda pedelec (Ebike) di pasar Indonesia, kata Yunike mengakhiri perbincangan.
Berangkat dari pola perakitan sederhana yang dimotori oleh hanya empat orang, kini pabrikan sepeda merek Pacifik telah berkembang dengan sistem perakitan menggunakan sistem mekanis serta memiliki gedung khusus perakitan sepeda.
Dengan pesatnya permintaan pasar dan kualitas produk yang disukai konsumen, maka pada 2013 didirikan PT. Roda Pasifik Mandiri di Kota Semarang, Jawa Tengah, tepatnya di Jalan Terboyo Industri Blok III Nomor 7.
Setiap hari, ratusan karyawan PT. Roda Pasifik Mandiri dapat memroduksi 2.400-3.000 unit sepeda dengan berbagai varian yang dipasarkan ke seluruh daerah di Indonesia.
Saat ini, sepeda Pacific menjadi salah satu pabrikan sepeda lokal Indonesia yang memiliki varian cukup banyak dan dari sisi harga terbilang cukup bersahabat jika melihat spesifikasi yang cukup mumpuni pada produk-produknya.
Kepala Bagian Riset and Development PT. Roda Pasifik Mandiri, Hosea Bandi, mengatakan bahwa ada ratusan tipe dan varian sepeda yang diproduksi pihaknya saat ini.
"Jenis sepedanya ada mountain bike (sepeda gunung) BMX, city bike (sepeda lipat), dan road bike (sepeda balap) dengan berbagai keunggulan masing-masing," katanya.
Jenis-jenis sepeda gunung merek Pacific antara lain menggunakan nama produk seperti Aviator, Avenger, Skeleton, Armour, sepeda balap dengan nama produk Primum, Whizz, Magenta, Factor, sepeda lipat dengan nama produk Illution, Noris, Exotic, dan Veloce.
Menurut dia, banyak produk sepeda Pacific yang menjadi unggulan dan mendapat permintaan pasar yang cukup tinggi dari masyarakat seperti tipe Noris dengan jenis rangkanya berbahan aliminium (alloy) dan Illution yang berangka jenis serat karbon (carbon).
"Kami sampai kewalahan memenuhi permintaan pasar," ujarnya.
Hosea Bandi menuturkan pihaknya akan terus berinovasi dan mengembangkan model-model sepeda untuk menyesuaikan perkembangan zaman serta memenuhi permintaan pasar.
Ia menilai tanggapan masyarakat terhadap produk-produk sepeda Pacific cukup baik sebab dengan harga terjangkau bisa mendapatkan model yang bervariasi dan mempunyai kualitas bagus.
Pihaknya juga menanggapi positif terkait dengan tingginya minat masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga dengan bersepeda sebagai upaya menjaga kesehatan saat pandemi COVID-19.
"Kami akan mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk dengan mengikuti permintaan pasar, apalagi suku cadang sepeda Pacific mudah didapat dan purna jualnya cukup bagus," katanya.
Produsen sepeda lipat buatan tangan asal Kota Bandung bernama Kreuz menatap fabrikasi lebih besar setelah permintaan melonjak sangat tinggi saat masyarakat Tanah Air gemar bersepeda di masa pandemi COVID-19.
Pemilik usaha sepeda Kreuz, Yudi Yudiantara mengatakan hingga kini sudah ada pemesanan sepeda lipat itu yang akan diproduksi hingga tahun 2023. Berhubung produksi sepeda itu masih berskala mikro, saat ini ia sementara menutup pemesanan sepeda lipat itu.
"Sebulannya cuma bisa memproduksi 10 sampai 15 sepeda, makanya antrean pesanannya sampai Januari 2023. Tapi kita lagi coba kerjasama dengan pengusaha yang agak besar, nanti kita mungkin akan dibantu untuk mempercepat produksi," kata Yudi Yudiantara di Toko Sepeda Kreuz, Kelurahan Sadang Serang, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Selasa (21/7/2020).
Menurutnya sejak sebelum adanya pandemi COVID-19, sepeda Kreuz juga sudah ramai diperbincangkan oleh komunitas pegiat sepeda. Namun karena tren bersepeda meningkat, ia mengaku setiap hari mendapat hingga 300 pemesanan dari masyarakat melalui media sosial.
"Jadi bukan aji mumpung, kita membatasi sementara pemesanan itu karena memang kita mampu memproduksinya hanya segitu," katanya.
Sepeda lipat Kreuz ini, kata dia, mulai diproduksi pada Maret 2020. Dia menceritakan, awalnya merek Kreuz ini bergerak di bidang Pannier (tas untuk sepeda).
Pada akhirnya tercetuslah ide untuk membuat sepeda lipat produksi lokal itu. Dia memastikan, sebagian besar bahan dari sepeda itu berasal dari produksi usaha kecil menengah dalam negeri.
"Sejauh ini kita baru satu jenis ya sepeda lipat itu. Harga rangka sepedanya itu Rp3,5 juta. Kalau mau jadi sepedanya kisaran Rp8-10 juta, tergantung bahannya," kata dia.
Saat ini, kata dia, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian tengah mendorong sepeda Kreuz agar memiliki label Standar Nasional Indonesia (SNI). Dia pun saat ini sedang memenuhi sejumlah persyaratan untuk label SNI tersebut.
"Syarat produksi, tenaga kerjanya, dari segi produksi nya harus dilihat, harus ada desainnya, sudah gak bisa manual lagi, harus digital desainnya," kata dia.
Maka dari itu, dalam tren perkembangan sepeda ini menurutnya tidak menutup kemungkinan Kreuz akan menuju fabrikasi yang lebih besar. Sehingga permintaan dan kemampuan produksi akan bisa seirama.
"Pokoknya kedepannya kita ada rencana membuat fabrikasi yang lebih besar, supaya dalam satu bulan bisa memproduksi 30 sampai 50 sepeda kalau memang rezekinya, tapi kita lihat dulu perkembangan bisnisnya selama satu atau dua bulan ini," kata dia.
Biasanya setiap produsen lokal kerap mendapat apresiasi dari pemerintah, namun Yudi tidak berharap akan hal itu. Melalui sepeda Kreuz, ia hanya berharap bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak dengan rencana fabrikasi lebih besar.
"Saya dulu punya usaha lain, tapi lebih di kenal di Malaysia, kalau disini agak kurang. Tapi kalau saya gak perlu penghargaan. Bagi saya intinya, saya harap bisa menyerap tenaga kerja yang banyak," kata Yudi.