Antara Interaktif

Perhelatan Piala Eropa 2020 yang sempat tertunda akibat pandemi COVID-19 segera digelar, diikuti 24 tim yang akan bertarung untuk menjadi kampiun di Eropa.

Piala Eropa 2020, turnamen yang tertunda karena pandemi

Turnamen sepak bola antarnegara terbesar di Eropa dan kedua terbesar di dunia setelah Piala Dunia FIFA itu terpaksa dimundurkan satu tahun dari jadwal aslinya 2020 karena saat itu Eropa khususnya, dan dunia umumnya, tengah diamuk seliar-liarnya oleh pandemi virus corona baru yang mencipta penyakit baru yang kini menjadi penyakit terpopuler di dunia, COVID-19.

Baca selenkapnya

Piala Eropa 2020, turnamen yang tertunda karena pandemi

Oleh Jafar M. Sidik
Piala Eropa 2020, turnamen yang tertunda karena pandemi

"Krisis terbesar sepak bola yang dihadapi dalam sejarah sepak bola." Kalimat ini dilontarkan 17 Maret tahun lalu oleh Presiden Badan Sepak Bola Eropa UEFA Aleksander Ceferin saat melukiskan keputusan menunda Piala Eropa 2020.

Turnamen sepak bola antarnegara terbesar di Eropa dan kedua terbesar di dunia setelah Piala Dunia FIFA itu terpaksa dimundurkan satu tahun dari jadwal aslinya 2020 karena saat itu Eropa khususnya, dan dunia umumnya, tengah diamuk seliar-liarnya oleh pandemi virus corona baru yang mencipta penyakit baru yang kini menjadi penyakit terpopuler di dunia, COVID-19.

Saat itu UEFA menyatakan turnamen ini ditunda untuk memberi waktu semua kompetisi klub di Eropa tuntas sebelum 30 Juni 2021.

Tanggal dan bulannya tetap, dari 11 Juni sampai 11 Juli, tetapi tahunnya berbeda. Dan ini juga tanggal, bulan dan tahun yang sama dengan digelarnya perhelatan sepak bola akbar di barat benua itu di Amerika, yakni Copa America.

Jelas, pandemi telah merusak semua jadwal olahraga, tak cuma sepak bola, dan lebih-lebih tak cuma olahraga, tetapi juga merenggut banyak nyawa dan kesengsaraan umat manusia di seluruh dunia.

Kini setahun setelah Ceferin memutuskan Euro 2020 ditunda, perhelatan ini pun segera digelar dalam pekan kedua Juni ini.

Skenario dan formatnya tetap sama sebelum pandemi melumpuhkan hampir segala aspek kehidupan di dunia selama sekitar satu setengah tahun terakhir ini.

Tetap digelar di beberapa kota di beberapa negara, tapi bukan lagi 12 kota di 12 negara seperti sudah diumumkan UEFA pada 6 Desember 2012 yang menyatakan turnamen kali ini berbeda dari edisi-edisi sebelumnya yang dipusatkan di satu negara, melainkan disebar ke berbagai negara guna memperingati 60 tahun turnamen ini.

Namun sampai beberapa hari turnamen ini akhirnya bisa digelar, Dublin dan Bilbao dinyatakan tak memenuhi syarat bukan karena tak mampu, melainkan karena ada pembatasan perjalanan terkait pandemi dan melonjaknya infeksi COVID-19 sehingga mustahil menghadirkan penonton di dalam stadion. UEFA sendiri ingin ada penonton di dalam semua stadion yang menuanrumahi laga-laga Euro 2020.

Sevilla pun menggantikan Bilbao, sementara semua pertandingan yang sedianya diadakan di Dublin dialihkan ke London dan Saint Petersburg di Rusia. Alhasil ada sebelas stadion yang akhirnya menuanrumahi perhelatan ini.

Kesebelas stadion itu adalah Johan Cruyff Arena di Amsterdam di Belanda, National Arena di Bucharest di Hungaria, OIympic Stadion di Baku di Azerbaijan, Puskas Arena di Budapest di Hungaria, Parken Stadium di Kopenhagen di Denmark.

Berikutnya, Hampden Park di Glasgow di Skotlandia, Wembley di London di Inggris, Allianz Arena di Muenchen di Jerman, Stadio Olimpico di Roma di Italia, Estadio La Curtuja di Sevilla di Spanyol, dan Stadion Kretovsky di Saint Petersburg di Rusia.

Azerbaijan, juga Israel dan Kazakhstan, berstatus unik karena sekalipun secara geografis terletak di Asia, mereka masuk turnamen-turnamen sepak bola internasional Eropa.

Beberapa bulan sebelum benua ini pasti menggelar turnamen olahraga besar pertama yang diadakan pada masa pandemi itu, Eropa masih gamang dalam menentukan bagaimana seharusnya menggelar Euro 2020 yang tertunda pandemi.

Kegamangan ini semata muncul karena kekhawatiran terhadap penyebaran virus corona yang bahkan memaksa mereka menyiapkan skenario yang salah satunya bersiap menghadapi keadaan terburuk mesti mengadakan sistem gelembung yang meniru bagian terakhir Liga Champions yang diadakan di Portugal dan Liga Europa di Jerman.

UEFA bahkan sempat berpikiran menyelenggarakan turnamen ini seluruhnya di Inggris atau hanya London yang mempunyai Wembley, Emirates, Stamford Bridge, London Stadium, dan Tottenham Hotspur Stadium. Opsi lainnya adalah di Jerman, Prancis dan Rusia.

Opsi Inggris dicoret karena Uni Eropa tidak menginginkan Euro 2020 menjadi ajang kampanye PM Inggris Boris Johnson yang menginisiasi dan mewujudkan keluarnya Inggris dari blok itu yang dikenal dengan Brexit.

Opsi Rusia juga tidak menjadi pilihan karena UEFA tak mau mengadakan memusatkan turnamen ini di negara yang dijatuhi sanksi doping oleh Badan Anti-Doping Dunia (WADA) karena jika ini terjadi sama artinya mencoreng muka UEFA sendiri.

Tinggal Jerman dan Prancis. Tetapi sekalipun tidak eksplisit berkalimat, Jerman tak mau menyelenggarakan turnamen penuh dengan risiko menjadi titik api penyebaran virus corona, sekalipun itu dalam konsep gelembung. Setali tiga uang Prancis juga begitu. Mereka kapok diamuk pandemi sehingga tak mau menjadi venue Piala Eropa yang tertunda pandemi ini.

Tetapi itu dua bulan lalu, sebelum kasus virus corona di benua biru terus menurun yang disertai dengan cakupan vaksinasi yang luas sehingga Eropa berani kembali mengendurkan atau bahkan mencabut aturan pembatasan perjalanan dan berkerumun terkait dengan pandemi COVID-19.

Mengutip Associated Press, akhir bulan lalu benua ini mencatat penurunan drastis dalam kasus infeksi dan kematian akibat COVID-19 yang disertai dengan hampir separuh penduduk dewasanya telah divaksinasi, paling sedikit satu dosis vaksin.

Tak heran kasus infeksi menurun. Kalau pada periode pertengahan Oktober sampai awal Desember lalu kasus per 100.000 penduduk meninggi, maka dari Februari sampai April terus menurun, sampai Mei hingga kemudian berbagai pembatasan dilonggarkan atau bahkan dicabut.

Implikasinya sungguh luas. Tidak saja terhadap aktivitas bisnis dan pariwisata, namun juga kepada olahraga, dan salah satunya terhadap turnamen Euro 2020. Hal ini ditambah dengan relatif suksesnya penyelenggaraan kompetisi domestik di seluruh benua ini yang beriringan dengan relatif suksesnya penyelenggaraan Liga Champions dan Liga Europa.

Dan itu semua memberi nafas dan optimisme kepada UEFA untuk jalan terus menggelar Euro 2020 yang tertunda, sesuai dengan rencana semula.

Optimisme dan dukungan juga mengalir dari mana-mana, bukan cuma komunitas sepak bola, tetapi pengambil kebijakan, termasuk Wali Kota London Shadiq Khan yang yakin Euro 2020 akan lancar dan aman.

Kalangan bisnis yang berkaitan dengan sepak bola, khususnya pihak sponsor, juga menjadi komponen turnamen penting yang sangat menyambut baik perkembangan ini. Bahkan, mengutip ESPN, sponsor dan hak siar demikian pentingnya sampai menjadi alasan besar mengapa Euro 2020 jalan terus.

Dan memang dari perspektif finansial, benefit ekonomi Euro 2020 itu besar sekali, paling tidak untuk 55 negara anggota UEFA. Dalam skema finansial UEFA, badan sepakbola Eropa ini telah bertekad menyalurkan pemasukan 1 miliar euro dari turnamen ini kepada 55 negara anggotanya.

Rinciannya adalah 371 juta euro untuk hadiah turnamen dan 24 negara yang lolos ke putaran final Euro, sedangkan 775 juta euro lainnya disalurkan kepada asosiasi-asosiasi nasional sepak bola di 31 negara yang tidak lolos putaran final.

Dan uang sebesar itu sebagian besar dihasilkan dari hak siar dan sponsor, selain dari pemasukan tiket yang sudah pasti mengecil, apalagi jika penonton tidak dibolehkan memasuki stadion.

Tetapi kecenderungannya stadion-stadion diperbolehkan oleh otoritas-otoritas setempat di mana stadion-stadion itu berada untuk diisi suporter, misalnya pemerintah negara bagian Bavaria di Jerman yang memberikan lampu hijau membolehkan Stadion Allianz Arena di Muenchen dimasuki 14.000 suporter.

Yang masih menjadi persoalan adalah soal masa depan penonton asing bertiket karena masih adanya pembatasan perjalanan di sejumlah negara membuat mereka tak bisa datang ke negara itu. Skenario lain kemudian muncul di mana tiket-tiket asing yang sudah dipesan jauh sebelum turnamen ini digelar bisa ditukarkan untuk dialihkan kepada suporter lokal.

Lalu bagaimana dengan protokol kesehatan selama Euro 2020? Untuk tim-tim yang bertanding aturannya sudah jelas seperti berlaku pada kompetisi domestiknya selama ini, termasuk saat dalam Liga Champions dan Liga Europa.

Ternyata untuk penonton pun, aturan kesehatan dari UEFA sama ketatnya dengan aturan terhadap pemain dan ofisial.

Aturan itu, mengutip laman UEFA, mencakup tujuh area sangat penting yang menjadi fokus perhatian protokol kesehatan.

Pertama adalah protokol kesehatan untuk datang dan perginya suporter dari stadion, (2) aturan higiene atau kebersihan, (3) soal tiket dan tempat duduk, (4) pengelolaan antrean, (5) prosedur penanganan mereka yang terinfeksi, (6) akomodasi dan penginapan, (7) makanan dan minuman, dan (8) tentang kewajiban pemegang tiket.

Semua bidang ini akan disesuaikan dengan atau bahkan tunduk kepada protokol kesehatan yang berlaku di setiap kota atau negara bagian di mana venue pertandingan berada.

Kemudian bagaimana UEFA memastikan suporter tetap terlindung dari paparan virus? Soal ini UEFA tak mau kecolongan. Untuk itu mereka menerapkan aturan-aturan ketat untuk setiap stadion penyelenggara.

Yang pertama menyangkut bagaimana pemegang tiket harus hadir di stadion. Di sini, suporter wajib datang 30 menit sebelum pemeriksaan kesehatan sebelum dibolehkan masuk stadion. Mereka juga diwajibkan mempraktikkan aturan menjaga jarak sosial.

Kedua, semua stadion diwajibkan menyediakan 800 unit hand sanitiser di seluruh penjuru stadion. Ketiga, lantai-lantai akan ditandai dengan batas antrean untuk memastikan suporter menjaga jarak satu sama lain.

Lantas yang keempat, peringatan agar setia dan patuh kepada protokol kesehatan akan terus menerus digaungkan dalam setiap kesempatan di semua stadion agar semua orang mematuhi protokol kesehatan.

Dan terakhir, semua transaksi dilakukan dengan kartu pembayaran, bukan tunai, guna menghindari kontak fisik antarmanusia.

Rapi dan detail memang, selain juga terencana, terukur dan ketat. Tetapi memang seharusnya beginilah mengadakan turnamen olahraga era pandemi. Apalagi ini turnamen olahraga terbesar ketiga di dunia setelah Olimpiade dan Piala Dunia.

Euro 2020 sendiri bakal menjadi benchmark atau acuan bagaimana seharusnya turnamen besar dan berlangsung lama mesti diadakan, termasuk Olimpiade Tokyo bulan depan.

Tutup

Piala Eropa di tengah pandemi dan pertaruhan UEFA

Piala Eropa itu bak Piala Dunia, bedanya turnamen ini dikhususkan untuk Eropa. Selama sebulan penuh, mulai 11 Juni nanti sampai 11 Juli, 51 pertandingan digelar di 11 kota di sebelas negara di benua itu.

Baca selenkapnya

Piala Eropa di tengah pandemi dan pertaruhan UEFA

Oleh Jafar M. Sidik
Piala Eropa di tengah pandemi dan pertaruhan UEFA

Piala Eropa itu bak Piala Dunia, bedanya turnamen ini dikhususkan untuk Eropa. Selama sebulan penuh, mulai 11 Juni nanti sampai 11 Juli, 51 pertandingan digelar di 11 kota di sebelas negara di benua itu.

Waktu pelaksanaan Euro 2020 yang seharusnya diadakan tahun lalu itu berbarengan dengan Copa America yang juga dimundurkan gara-gara pandemi persis pada tanggal, bulan dan tahun yang sama.

Namun Euro 2020 dipastikan lebih menarik ketimbang Copa America sekalipun seniman-seniman lapangan hijau Amerika mungkin lebih atraktif dalam mengolah bola.

Setelah apa yang disebut Presiden UEFA Aleksander Ceferin sebagai krisis terbesar dalam dunia sepakbola ketika Euro 2020 dimundurkan ke tahun ini, putaran final Euro pun akhirnya digelar masih dalam suasana pandemi mulai Jumat 11 Juni ketika Italia ditantang Turki di Roma.

Sejak turnamen ini diumumkan mundur ke tahun ini Maret tahun lalu, pandemi tetap menyelimuti Eropa, dan dunia. Tetapi UEFA, dan juga pemerintah-pemerintah Eropa, sudah bulat untuk jalan terus. Nyaris tak ada penentangan dari masyarakat Eropa, tidak seperti Olimpiade Tokyo yang belakangan ditolak oleh bagian terbesar rakyat Jepang.

Sekalipun begitu, tetap saja menyelenggarakan turnamen besar era pandemi adalah pertaruhan, paling tidak untuk UEFA.

Tapi jangan lupa, keputusan UEFA untuk jalan terus tidak diambil karena semata kepentingan sepakbola. Justru faktor luar sepakbola yang menyalakan tekad untuk jalan terus.

Grafik melandai nan nyaris stagnan pada kasus infeksi, vaksinasi COVID-19 yang ekspansif, dan kisah sukses dalam menuntaskan liga domestik tanpa menciptakan kasus infeksi baru, adalah pendorong besar tetap melangsungkan Piala Eropa 2020.

Oleh karena itu, lima tahun setelah Portugal mengatasi ketiadaan Cristiano Ronaldo karena cedera untuk mengalahkan Prancis dalam final edisi 2016 dan tiga tahun setelah Prancis menorehkan kisah hebat dalam Piala Dunia di Rusia, Eropa kini bersiap menggelar lagi Euro.

Pandemi memang masih mengancam, tetapi keyakinan bahwa Eropa sudah relatif menjinakkan pandemi sehingga lockdown dan pembatasan perjalanan serta berkerumun dikendurkan, malah kian kuat saja.

Dan Euro 2020 menarik manfaatnya hingga sebelas stadion penyelenggara Piala Eropa pun siap menyambut lagi suporter. Edisi ini adalah edisi spesial karena bertepatan dengan 60 tahun usia turnamen tersebut. UEFA telah memutuskan bahwa berbeda dari era-era lalu, turnamen kali ini diadakan di berbagai kota di berbagai negara Eropa.

Awalnya ada 13 kota yang masuk daftar tuan rumah Euro 2020 sebelum Brussels dicoret dan sebelum pandemi merusak semua wacana.

Kemudian April lalu, Dublin dan Bilbao juga dicoret karena baik pemerintah Irlandia maupun pemerintah daerah Basque di Spanyol di mana Bilbao berada enggan memberikan lampu hijau untuk hadirnya penonton dalam stadion. Sevilla lalu menggantikan Bilbao, sedangkan semua pertandingan yang tadinya dijadwalkan di Dublin dipindahkan ke London dan Saint-Petersburg.

Sevilla, London, dan Saint Petersburg sudah memberi lampu hijau untuk hadirnya penonton dalam stadion. Demikian juga Amsterdam, Baku, Bucharest, Budapest, Kopenhagen, Glasgow, Roma dan Muenchen walaupun kota di Jerman ini hanya membolehkan sekitar 14.500 penonton boleh masuk stadion Allianz Arena ketika kota-kota lain berani membolehkan 25 sampai 100 persen dari kapasitas normal stadion.

UEFA sendiri bersikeras Euro 2020 mesti disaksikan langsung penonton di dalam stadion sekalipun ditentang sejumlah pemerintah di Eropa, selain dihadapkan kepada situasi kesehatan yang berbeda-beda antara satu wilayah, khususnya karena kekhawatiran terhadap varian baru yang lebih menular.

Aleksander Ceferin bahkan yakin sekali Euro 2020 aman. Dia bilang, "turnamen ini merupakan kesempatan sempurna guna menunjukkan kepada dunia bahwa Eropa beradaptasi. Eropa masih hidup dan merayakan kehidupan. Eropa telah kembali."

Ternyata ada aspek politiknya juga. Tapi tak apa, lagi pula mustahil murni semata olahraga... Masih sangat wajar, semua orang melakukan seperti diucapkan Ceferin.

Tapi pertarungan UEFA tidak saja berkaitan dengan pandemi, namun juga mengenai kualitas pertandingan nanti.

Piala Eropa memang menjanjikan laga yang asyik untuk ditonton. Tetapi persoalan mendasar yang menjadi tantangan edisi ini adalah kelelahan yang dialami pemain setelah menyelesaikan musim yang rata-rata padat akibat diganggu pandemi. Kekhawatiran terjadinya cedera pun menjadi lebih besar dibandingkan era-era sebelumnya.

Hampir semua tim nasional hanya memiliki waktu singkat dalam meracik, menyempurnakan dan menyusun taktik akibat musim yang sibuk itu. Sampai-sampai jadwal praturnamen pun disusun pada menit-menit terakhir karena mesti menyesuaikan diri dengan jadwal kompetisi klub dan ketentuan lockdown serta pembatasan perjalanan di berbagai tempat dalam upaya membendung COVID-19.

Para pelatih dipaksa berpikir keras menyusun skuad yang siap untuk Euro 2020, dalam tempo yang begitu singkat. Akibatnya jangan berharap bakal muncul sepakbola indah. Sebaliknya, mengutip Associated Press, pragmatisme demi menjuarai turnamen yang mungkin paling menggejala.

Jonathan Wilson, pengarang "Inverting The Pyramid: The History of Football Tactics", beranggapan "Yang Anda saksikan pada level internasional adalah, karena terpaksa, menjadi jauh lebih sederhana dibandingkan dengan sepakbola tingkat klub."

Dan dalam hal memainkan sepakbola 'sederhana' Prancis, sang juara bertahan Piala Dunia, adalah jagonya. Negara ini adalah contoh sempurna untuk "kesederhanaan" taktis dan pragmatisme sepakbola modern seperti disebut Wilson.

Di Rusia tiga tahun silam, Prancis rata-rata menguasai distribusi bola 48 persen, tim ke-25 dari 32 tim peserta yang tidak begitu sering mendekati area penalti lawan, menjadi tim dengan jumlah mengumpan paling sedikit kelima, paling rendah kelima dalam soal menjelajah lapangan, dan memiliki rata-rata enam tendangan ke arah gawang per pertandingan yang merupakan terendah kedua selama turnamen itu.

Intinya Prancis bertahan dengan rapat, menyerang begitu waktunya tepat, dan klinis dalam menuntaskan penyelesaian akhir. Mereka juga jago dalam soal set piece. Gol-gol sundulan dari bek tengah mereka menjadi penentu kemenangan mereka pada perempatfinal dan semifinal Piala Dunia lalu.

Pragmatisme dan efisiensi namun dibarengi limpahan bakat luar biasa hebat seperti Kylian Mbappe dan N’Golo Kante, adalah kunci Prancis menjadi juara dunia. Mungkin atas alasan ini pula Prancis bakal sulit dihentikan pada Euro 2020.

Tim-tim lain yang mungkin masuk definisi "sederhana" dan efisien yang fokus kepada hasil dan solid dalam bertahan adalah Denmark dan Italia.

Di bawah kepelatihan Roberto Mancini, Italia memasuki Euro 2020 dengan rapor biru sekali karena tak terkalahkan dalam 26 lagan dan hanya kebobolan empat gol selama kualifikasi.

"Anda tak akan menjuarai sepakbola internasional hanya dengan menyerang," kata Wilson seperti dikutip Associated Press. Sebaliknya, kata dia, permainan yang terus mengurung menjadi jaminan kompetisi sepakbola dimenangkan.

Analisis ini sejalan dengan apa yang tampak pada Liga Champions musim ini ketika tim-tim bercatatan dua terbaik dalam menjaga pertahanan, yakni Chelsea dan Manchester City, mencapai final di bawah bimbingan pelatih-pelatih inovatif yang mengadaptasikan taktik mereka menjadi pendekatan yang lebih hati-hati ala era pandemi ini.

Tekanan energi tinggi umumnya sia-sia selama musim yang padat dan diperkirakan tak akan terjadi pada Piala Eropa mengingat tim-tim berusaha mengelola pemain-pemainnya yang sudah kelelahan itu.

Dan nantikanlah aksi kiper-kiper yang hobi membantu serangan yang kini hampir semua tim memilikinya, dan bek-bek sayap yang berorientasi menyerang yang malah dilindungi oleh gelandang-gelandang berorientasi bertahan. Inggris contohnya. Negara ini sampai memasukkan empat bek kanan dalam skuad finalnya.

Dan tak ada formasi standard yang dipakai tim-tim unggulan. Belgia dan mungkin juga Inggris akan memainkan formasi tiga bek, Spanyol biasanya memasang formasi 4-2-3-1, Prancis setia dengan formasi diamond 4-4-2 yang kini kian maut oleh masuknya lagi Karim Benzema, sedangkan Italia, Belanda dan juara bertahan Portugal mungkin mengadopsi pola 4-3-3.

Penambahan jumlah anggota skuad yang biasanya 23 pemain menjadi 26 pemain adalah indikasi adanya hasrat mengurangi beban bertanding setelah pemain melewatkan musim kompetisi yang sangat padat dalam liganya masing-masing.

Hasil baik akan dipetik oleh tim-tim dengan sumber daya melimpah seperti Inggris dan khususnya Prancis yang memiliki skuad berkualitas merata pada semua sektor dan lapis skuadnya.

Oleh karena itu, Euro 2020 bukan saja pertaruhan UEFA yang bersikukuh menyelenggarakan turnamen ini di tengah pandemi yang masih mengungkung dunia, tetapi juga pertaruhan antara sepakbola menyerang yang lebih bisa dinikmati melawan sepakbola bertahan berorientasi hasil.

Di atas itu semua, jika segalanya lancar, UEFA akan bisa meletakkan fondasi dan acuan mengenai bagaimana seharusnya menyelenggarakan event besar di tengah pandemi, termasuk OIimpiade Tokyo bulan depan atau bahkan Piala Dunia Qatar tahun depan, andai pandemi belum sirna juga.

Tutup

Tim yang akan berlaga di Piala Eropa 2020

Sebanyak 24 negara di Eropa akan berlaga dalam Piala Eropa 2020 yang berlangsung selama satu bulan.
Berikut ini pembagian grup dalam kejuaraan Euro 2020.

Group A
Group B
Group C
Group D
Group E
Group F

Negara Tuan Rumah Euro 2020

Laga Piala Eropa tahun ini menjadi yang pertama dalam 60 tahun sejarah kejuaraan Euro karena diselenggarakan di 11 kota di Benua Biru.

Setup

Krestovsky Stadium

SaintPetersburg, Rusia
Rusia
Krestovsky Stadium

Saint Petersburg dikenal dengan nama Leningrad, kemudian sempat berubah lagi menjadi Petograd. Saint Petersburg merupakan kota terbesar kedua di Rusia. Terletak di sebelah Sungai Neva dekat dengan Laut Baltik, kota ini dihuni 5 juta penduduk dan didirikan oleh Peter Agung lalu dinamai menurut nama Santo Petrus. Sebelumnya adalah rumah bagi Tsar Rusia, kini Saint Petersburg dikenal sebagai ibu kota budaya Rusia.

Ibu kota Belanda ini juga identik dengan kanal atau sungai kecil yang di atasnya terdapat kurang lebih 1,500 jembatan.

Stadion Krestovsky sendiri akan menjadi tuan rumah satu pertandingan perempat final Euro 2020 dan juga akan menjadi tempat untuk tiga pertandingan Grup B, serta tiga pertandingan Grup E.

Ibu kota Belanda ini juga identik dengan kanal atau sungai kecil yang di atasnya terdapat kurang lebih 1,500 jembatan.

Stadion tersebut dibangun untuk Piala Dunia 2018 di mana stadion ini menjadi tuan rumah tujuh pertandingan, termasuk perebutan tempat ketiga. Stadion ini adalah basis raksasa Rusia Zenit dan tim nasional Rusia kadang-kadang bermain di sana.

Tutup

Parken Stadium

Kopenhagen, Denmark
denmark
Parken Stadium

Kopenhagen adalah ibu kota dan kota terbesar di Denmark. Kota ini menjadi pusat budaya, ekonomi, dan politik Denmark, juga salah satu pusat keuangan di Eropa Utara dengan adanya Bursa Saham Kopenhagen.

Semenjak selesainya Jembatan Oresund, kawasan metropolitan Kopenhagen terhubung dengan provinsi Scania di Swedia, dengan kota terbesarnya Malmo. Tempat-tempat terkenal di Kopenhagen diantaranya Taman Tivoli, Patung Little Mermaid, Istana Amalienborg dan Christiansborg, Kastil Rosenborg, dan Gereja Frederik.

Sedangkan Parken Stadium di Kopenhagen akan menjadi tuan rumah tiga pertandingan Grup B dan pertandingan terakhir babak 16 besar. Stadion tersebut adalah basis tim nasional Denmark dan FC Copenhagen.

Parken adalah salah satu dari empat stadion abad ke-20 yang menjadi tuan rumah pertandingan Euro 2020 dan stadion terkecil Euro 2020 dengan kapasitas lebih dari 38.000 tempat duduk.

Tutup

HampdenPark

Glasgow, Skotlandia
skotlandia
HampdenPark

Meski bukan ibu kota Skotlandia, Glasgow adalah kota terbesar di negara tersebut. Terletak di Sungai Clyde, Glasgow merupakan pusat industri dan juga budaya Skotlandia. Glasgow dihiasi banyak gedung pencakar langit yang berpadu dengan tempat-tempat bersejarah, serta berbagai macam museum dan galeri seni.

Hampden Park sendiri akan menjadi tuan rumah tiga pertandingan Grup D dan satu pertandingan babak 16 besar. Stadion tersebut merupakan yang tertua digunakan dalam Euro 2020 dan menjadi kandang bagi timnas Skotlandia serta menjadi tempat berbagai final piala nasional.

Stadion berkapasitas 52.063 orang itu telah menjadi panggung untuk tiga final Piala Eropa (1960, 1976 dan 2002), dua final Piala Winners (1962 dan 1966), final Piala UEFA 2007 serta pertandingan sepak bola Olimpiade 2012.

Tutup

Wembley Stadium

London, Inggris
inggris
Wembley Stadium

Ibukota Inggris ini merupakan salah satu kota yang paling diminati wisatawan di seluruh dunia. Kota ini merupakan rumah Ratu Inggris dan juga pernah tiga kali menjadi tuan rumah Olimpiade (1908, 1948, dan 2012). London memiliki sejumlah ikon terkenal seperti London Eye, Tower Bridge, Big Ben, Madame Tussauds London, Westminster Abbey, Buckingham Palace, British Museum, National Gallery, dan Trafalgar Square.

Wembley sendiri akan menjadi tuan rumah total delapan pertandingan Euro 2020 termasuk pertandingan babak 16 besar, semifinal dan final. Stadion tersebut juga akan menjadi tempat bagi tiga pertandingan Grup D yang berbagi tugas dengan Hampden Park Skotlandia.

Wembley pada awalnya hanya menjadi tuan rumah semifinal dan final, tetapi diberi tambahan empat pertandingan menyusul dicoretnya Brussel dan Dublin sebagai kota tuan rumah Euro 2020. Ini adalah salah stadion sepak bola terbesar dan terbesar kedua di Eropa setelah Camp Nou milik Barcelona.

Tutup

Johan Cruyff Arena

Amsterdam, Belanda
belanda
Johan Cruyff Arena

Amsterdam merupakan salah satu pusat pariwisata di Eropa dan dikunjungi sekitar 17 juta wisatawan setiap tahun. Amsterdam juga terkenal sebagai kota sepeda karena sebagian besar perjalanan di kota ini ditempuh dengan menggunakan sepeda.

Ibu kota Belanda ini juga identik dengan kanal atau sungai kecil yang di atasnya terdapat kurang lebih 1,500 jembatan.

Johan Cruyff Arena akan menjadi penyelenggara tiga pertandingan Grup C serta salah satu dari 16 pertandingan terakhir turnamen ini. Terletak di ibu kota Amsterdam, stadion berkapasitas 54.990 kursi itu adalah markas tim Eredivisie Ajax dan timnas Belanda yang telah memainkan pertandingan di tempat tersebut sejak dibuka pada 1996.

Stadion ini dilengkapi dengan atap yang bisa dibuka dan sebelumnya menjadi tuan rumah lima pertandingan Euro 2000, serta menjadi panggung final Liga Champions 1998.

Tutup

Allianz Arena

Muenchen, Jerman
jerman
Allianz Arena

Muenchen atau Munich adalah ibu kota negara bagian Bavaria dan juga kota terbesar di sana. Ada banyak objek wisata di Muenchen yang bisa menjadi daya tarik, seperti Marienplatz, Frauenkirche, stadion Allianz Arena, BMW Welt dan masih banyak lagi. Itu semua gabungan dari Muenchen sisi tempo dulu hingga sisi modern.

Stadion Allianz Arena akan menjadi tuan rumah tiga pertandingan Grup F bersama Puskas Arena dan akan memainkan laga perempat final. Stadion berkapasitas 75.000 suporter itu adalah markas Bayern Muenchen dan timnas Jerman.

Tutup

Puskas Arena

Budapest, Hungaria
hungaria
Puskas Arena

Sebagai ibu kota Hungaria, Budapest merupakan kota global dengan keunggulan dalam bidang perdagangan, keuangan, media, seni, mode, penelitian, teknologi, pendidikan, dan hiburan. Kota ini merupakan pusat keuangan dan R&D serta mencapai peringkat tertinggi dalam Indeks Kota-Kota Inovatif di Eropa Tengah dan Timur.

Sedangkan, Puskas Arena adalah stadion terbaru Euro 2020 setelah selesai dibangun pada 2019. Stadion berkapasitas 67.889 penonton itu akan menjadi tuan rumah tiga pertandingan Grup F dan satu dari laga 16 besar.

Tutup

Arena Nationala

Bukares, Rumania
rumania
Arena Nationala

Sebagai ibu kota Hungaria, Budapest merupakan kota global dengan keunggulan dalam bidang perdagangan, keuangan, media, seni, mode, penelitian, teknologi, pendidikan, dan hiburan. Kota ini merupakan pusat keuangan dan R&D serta mencapai peringkat tertinggi dalam Indeks Kota-Kota Inovatif di Eropa Tengah dan Timur.

Sedangkan, Puskas Arena adalah stadion terbaru Euro 2020 setelah selesai dibangun pada 2019. Stadion berkapasitas 67.889 penonton itu akan menjadi tuan rumah tiga pertandingan Grup F dan satu dari laga 16 besar.

Tutup

La Cartuja

Sevilla, Spanyol
spanyol
La Cartuja

Sevilla adalah ibu kota wilayah Andalusia. Kota terbesar keempat di Spanyol dan terkenal dengan Menara Giralda dan Istana Alcazar. Kota ini juga markas bagi dua klub sepak bola La Liga, yakni Sevilla dan Real Betis.

Estadio de La Cartuja di Sevilla dipilih sebagai kota tuan rumah pada April 2021 menggantikan Bilbao. Terletak di selatan Spanyol, kadang-kadang stadion itu menjadi kandang timnas Spanyol dan akan menjadi tuan rumah tiga pertandingan Grup E serta pertandingan babak 16 besar.

Stadion tersebut pernah dipakai untuk Kejuaraan Dunia Atletik 1999 dan sejak itu menjadi tuan rumah sejumlah pertandingan terkenal, termasuk final Piala UEFA 2003 antara Celtic dan Porto.

Tutup

Stadio Olimpico

Roma, Italia
italia
Stadio Olimpico

Roma adalah ibu kota Italia dan masuk wilayah Lazio. Kota yang terkenal dengan seni dan arsitektur bangunannya itu memiliki banyak destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan, seperti Sistine Chapel, Trevi Fountain, Castel Sant’Angelo, Foro Romano, Colosseum dan Auditorium Parco della Musica Modern.

Stadio Olimpico menggelar satu pertandingan perempat final Euro 2020 serta tiga pertandingan Grup A yang berbagi tugas dengan Stadion Olimpiade Baku. Stadion itu menjadi markas AS Roma dan Lazio dan menjadi tempat final Piala Eropa/Liga Champions pada empat kesempatan (1977, 1984, 1996 dan 2009) serta tuan rumah final Piala Eropa 1980 dan final Piala Dunia 1990.

Tutup

Olympic Stadium

Baku, Azerbaijan
Azerbaijan
Olympic Stadium

Baku adalah ibu kota Azerbaijan dan terletak di tepi Laut Kaspia. Kota tersebut memiliki kekayaan alam yang berasal dari minyak dan telah mengeskpornya sejak abad ke-19. Budaya Persia dan Turki bercampur di Baku dengan pengaruh Rusia, Eropa, dan Soviet sebelum menyatu dengan modern Azerbaijan.

Baku juga merupakan kota terendah di dunia yaitu 28 meter di bawah permukaan laut dan juga dijuluki “Kota Angin.”

Stadion Olimpiade Baku akan menjadi salah satu tempat untuk pertandingan Grup A serta salah satu laga perempat final. Dibangun untuk European Games 2015, stadion tersebut menjadi saksi saat Chelsea menjuarai Liga Europa 2019 setelah mengalahkan Arsenal.

Stadion berkapasitas 68.700 tempat duduk ini terletak di dekat Danau Boyukshor yang merupakan danau terbesar kedua di Azerbaijan.

Tutup

Tim Unggulan Euro 2020

Spanyol
Jerman
Italia
Belgia
Belanda
Inggris
Prancis
Portugal
Legenda

EURO 2020 di antara ambisi pembuktian dan bibit-bibit kejutan

Kendati pandemi belum juga reda, UEFA dengan segala upaya bisa mendapat lampu hijau menghadirkan belasan hingga puluhan ribu suporter dengan protokol ketat di 11 stadion yang tersebar di 11 kota di seluruh Eropa.

Baca Artikel

EURO 2020 di antara ambisi pembuktian dan bibit-bibit kejutan

Oleh Gilang Galiartha
EURO 2020 di antara ambisi pembuktian dan bibit-bibit kejutan

Kendati pandemi belum juga reda, UEFA dengan segala upaya bisa mendapat lampu hijau menghadirkan belasan hingga puluhan ribu suporter dengan protokol ketat di 11 stadion yang tersebar di 11 kota di seluruh Eropa.

Kehadiran para suporter masing-masing negara maupun wisatawan penikmat sepak bola umum EURO 2020 akan menjadi saksi sejumlah tim membuktikan ambisinya maupun kesempatan bagi beberapa tim lainnya menyemai bibit kejutan kompetisi. Berikut adalah beberapa negara yang bisa digolongkan sebagai unggulan dan calon kejutan.

Prancis

Tiba berstatus juara dunia, tim besutan Didier Deschamps jelas merupakan unggulan pertama kompetisi ini. Selain keberadaan salah satu talenta sepak bola terbaik di dunia saat ini, Kylian Mbappe, Les Bleus juga punya rekam jejak sebagai negara pertama yang menjuarai EURO dua tahun setelah menjuarai Piala Dunia, yakni pada 2000.

Keputusan Deschamps menyudahi perang dingin dengan penyerang Real Madrid Karim Benzema juga membuat Prancis jadi skuad yang punya kombinasi pemain berpengalaman dengan sederet talenta paling cemerlang di dunia saat ini.

Keberadaan mereka di Grup F, yang disebut-sebut sebagai grup neraka karena tergabung bersama Portugal dan Jerman di dalamnya harus dilihat sebagai kesempatan ketimbang hambatan. Sebab bila mulus lolos, Prancis praktis akan menyingkirkan salah satu tim kuat Eropa lainnya.

Inggris

Saking masifnya popularitas Liga Premier Inggris, The Three Lions selalu saja disemati status sebagai tim unggulan hampir di tiap turnamen internasional yang mereka ikuti.

Sayangnya, status unggulan itu selalu berakhir dengan hasil yang kurang menyenangkan. EURO 2020 sekali lagi membuat Inggris di mata sebagian pihak sebagai unggulan.

Salah satunya tentu karena Inggris secara informal boleh jadi merupakan tuan rumah paling utama dari turnamen ini, mengingat Stadion Wembley di London bakal kebagian jatah menyelenggarakan paling banyak pertandingan yakni total 8 laga.

Tiga pertandingan Inggris di Grup D, dua laga 16 besar, serta semua pertandingan semifinal dan partai final akan dimainkan di Wembley.

Semua itu jadi beban yang teramat berat bagi Gareth Southgate dan jika Harry Kane dkk bisa mengatasinya, itu tentu akan menjadi kejutan manis bagi kampung halaman sepak bola modern tersebut.

Belgia

Sejak kemunculan berbagai bintang medio 2013, Belgia sudah delapan tahun terakhir dianggap memiliki generasi emas di sepak bola mereka.

Sayangnya, tak seperti Spanyol yang generasi emasnya menghasilkan juara beruntung EURO 2008, Piala Dunia 2010 dan EURO 2012, generasi emas Belgia terhenti tanpa satu pun kilau medali emas.

Eden Hazard mungkin tak lagi jadi pandu generasi emas dan perannya akan tergantikan oleh Kevin de Bruyne dan Romelu Lukaku, tapi Belgia tetaplah salah satu kekuatan yang harus diperhitungkan.

Buktinya, Belgia adalah tim pertama yang meloloskan diri ke babak utama EURO 2020 dan menjadi satu dari dua tim yang menyapu bersih semua pertandingan fase kualifikasi.

Di babak utama, Belgia juga mendapat Grup B yang relatif mudah hanya berisikan Denmark, Finlandia serta Rusia. Yang tak boleh terulang adalah kepongahan Belgia di edisi sebelumnya ketika mereka dijungkalkan tim debutan, Wales.

Dan pertanyaan berikutnya adalah apakah Roberto Martinez bisa menduplikasi kesuksesan De Bruyne mengantarkan Manchester City ke final perdana Liga Champions dan Lukaku mematahkan kekuatan hegemoni di Serie A.

Italia

Setelah kekecewaan absen dari Piala Dunia 2018, Gli Azzurri mengalami periode revolusioner di bawah kepelatihan Roberto Mancini.

Hasil mengecewakan di UEFA Nations League 2018/19 dibayar lunas oleh Mancini dengan 24 rentetan pertandingan nirkalah, termasuk di dalamnya sapu bersih fase kualifikasi EURO 2020.

Hal itu dibarengi dengan pengorbitan sejumlah nama anyar seperti Nicolo Barella dan Manuel Locatelli di dalam skuad Italia yang siap jadi pusat perhatian dalam EURO 2020.

Italia juga mendapat grup yang relatif mudah yakni Grup A bersama Swiss, Turki dan Wales, sehingga bisa memanaskan mesin lebih matang demi membangkitkan reputasi mereka sebagai salah satu kiblat sepak bola Eropa.

Belanda

Belanda selalu mengalami pasang surut dalam kompetisi internasional dan malah absen dari EURO 2016 dan Piala Dunia 2018. Harapan kebangkitan Belanda sempat mencuat ketika tampil sebagai runner-up UEFA Nations League 2018/19.

Sayangnya hasil menjanjikan itu kemudian diikuti pembajakan Ronald Koeman dari kursi pelatih oleh Barcelona dan kini tim Oranje didampingi oleh Frank de Boer, pelatih lain yang belum terbukti di level timnas.

Absennya kapten utama mereka, Virgil van Dijk, bisa menjadi hal krusial tapi Matthijs de Ligt bisa menjadikan EURO 2020 ajang pembuktiannya sebagai calon kapten masa depan.

Belanda jelas unggulan utama Grup C di mana mereka tergabung bersama Austria, Ukraina dan tim debutan Makedonia Utara. Tapi untuk bisa meraih hasil lebih jauh, bakal menjadi capaian yang cukup mengejutkan bagi mereka.

Spanyol

Luis Enrique hampir tak punya sisa peninggalan generasi emas La Furia Roja yang merajai sepak bola internasional 2008-2012, hanya Sergio Busquets dan Jordi Alba.

Busquets yang mengemban ban kapten itu pun harus diliputi tanda tanya lantaran kedapatan positif COVID-19 hanya sepekan sebelum EURO 2020 bergulir.

Amunisi Enrique tinggal mengandalkan bintang generasi baru seperti Rodri Hernandez, Dani Olmo dan Ferran Torres yang diharapkan mendapat tuntunan cukup dari pemain senior seperti Cesar Azpilicueta maupun David de Gea.

Satu calon bintang lain ada di skuad spanyol yakni Pedri, gelandang Barcelona berusia 18 tahun yang disebut-sebut calon penerus Andres Iniesta.

Spanyol pastinya lebih diunggulkan dibandingkan Polandia, Slovakia maupun Swedia di Grup E. Hanya saja Tim Matador wajib waspada rasa jemawa agar tidak kecewa seperti di 2018.

Jerman

Ini akan menjadi turnamen terakhir Jerman bersama Joachim Loew, yang bakal digantikan mantan asistennya Hansi Flick selepas musim panas. Sentuhan magis Loew yang membawa Jerman juara Piala Dunia 2014 seolah habis ketika mereka terhenti di fase grup empat tahun berselang dan hasil nirmenang di UEFA Nations League 2018/19 serta kekalahan telak 0-6 lawan Spanyol di laga persahabatan.

Catatan-catatan hitam itu bahkan memaksa Loew memanggil kembali Thomas Mueller yang pada 2018 lalu terdepak dengan alasan peremajaan Tim Panzer.

Berada di Grup F yang merupakan grup neraka bersama juara dunia Prancis dan juara bertahan Portugal, jelas akan menjadi tantangan berat bagi Jerman-nya Loew. Tapi itu juga membuka kesempatan bagi Loew untuk menciptakan hadiah perpisahan termanis untuk negaranya.

Portugal

Berstatus juara bertahan turnamen, reputasi Portugal sebagai sebuah tim selalu kalah besar dari megabintangnya Cristiano Ronaldo. Sesuatu yang sudah jadi rahasia umum selama lebih dari satu dasawarsa terakhir.

Portugal juga tiba dengan status juara bertahan UEFA Nations League, walau status itu sudah pasti luntur setelah gagal masuk ke babak empat besar.

Bisa jadi ini akan menjadi penampilan terakhir Ronaldo di Piala Eropa, selain pembuktian individual tentunya pemain berusia 36 tahun itu berkesempatan untuk menyerahkan tongkat estafet ke adik-adiknya.

Bruno Fernandes yang di mata sebagian orang selalu demam panggung besar harus bisa memanfaatkan EURO 2020 membuktikan anggapan itu salah dan menerima tongkat estafet sebelum keduluan oleh Joao Felix. Portugal menjadi bagian grup neraka, itu artinya jika bisa lolos mereka setidaknya akan menyingkirkan satu dari dua tim kuat dalam Prancis dan Jerman.

Tutup

Lupakan Haaland, tujuh talenta ini siap curi perhatian di EURO 2020

Erling Haaland boleh saja menjadi talenta muda yang paling banyak sorotan di Eropa atau bahkan di dunia selama lebih dari setahun terakhir. Selama setidaknya satu bulan ke depan, pemberitaan tentang Haaland mungkin masih akan tetap beredar, tapi semuanya pasti bukan soal laporan penampilannya melainkan rumor transfer semata.

Baca Artikel

Lupakan Haaland, tujuh talenta ini siap curi perhatian di EURO 2020

Oleh Gilang Galiartha
Lupakan Haaland, tujuh talenta ini siap curi perhatian di EURO 2020

Erling Haaland boleh saja menjadi talenta muda yang paling banyak sorotan di Eropa atau bahkan di dunia selama lebih dari setahun terakhir. Selama setidaknya satu bulan ke depan, pemberitaan tentang Haaland mungkin masih akan tetap beredar, tapi semuanya pasti bukan soal laporan penampilannya melainkan rumor transfer semata.

Sebab Haaland, gagal membantu Norwegia tampil di babak utama EURO 2020 yang akan mulai bergulir pada 11 Juni s.d. 11 Juli 2021 di 11 kota di Eropa. Oleh karena itu, lupakanlah dulu Haaland dan nikmatilah penampilan tujuh talenta berikut ini yang siap mencuri perhatian di EURO 2020.

1. Pedri (18 tahun, Spanyol)

Pedri adalah salah satu pemain yang mendapat berkah atas penundaan EURO 2020 karena pandemi COVID-19, sebab musim 2020/21 jadi momentumnya untuk naik daun.

Tiba dari Las Palmas dengan harga awal murah meriah, Pedri langsung bisa menembus tim utama Barcelona dan bahkan menjadi salah satu pilar terpenting selain Lionel Messi.

Bekal 52 penampilan, empat gol dan assist di semua kompetisi bersama Barca membuat Luis Enrique memanggilnya memperkuat La Furia Roja di babak utama EURO 2020.

Reputasinya yang disebut-sebut calon penerus jejak Andres Iniesta tidak lepas dari intelegensia Pedri dan jelas akan membuat Enrique punya pilihan lain untuk kreator serangan Spanyol di EURO 2020.

2. Ryan Gravenberch (19, Belanda)

Memenangi Trofi Abdelhak Nouri yang diberikan untuk talenta terbaik akademi Ajax pada 2018 lalu, di tahun yang sama Gravenberch memecahkan rekor sebagai pemain termuda yang melakoni debut di tim senior Ajax dalam usia 16 tahun dan 130 hari.

Peran besarnya membantu Ajax meraih dwigelar Liga Belanda dan Piala KNVB Beker 2020/21 membuat Gravenberch didapuk Trofi Johan Cruijff, penghargaan talenta terbaik tahunan liga Belanda.

Di timnas Belanda, Gravenberch jadi pemain ke-10 yang punya ikatan dengan Ajax dalam kariernya dan keberhasilannya menutup hilangnya Frenkie de Jong yang hijrah ke Barca, membuat pemain berusa 19 tahun ini diberi kepercayaan dipanggil oleh Frank de Boer memperkuat skuadnya.

EURO 2020 bisa menjadi kesempatan bagi Gravenberch untuk kembali menaikkan levelnya dari sekadar bakat lokal Belanda menjadi jebolan Ajax berikutnya yang melanglang buana di Eropa.

3. Dejan Kulusevski (21, Swedia)

Di Juventus, reputasi Kulusevski masih terkena bayang-bayang keberadaan Cristiano Ronaldo maupun pemain-pemain lain yang lebih senior.

Tapi ia membuktikan perannya dengan satu gol dan satu assist yang dibukukannya saat membantu Juventus menjuarai Coppa Italia 2020/21 kemarin.

Batalnya Zlatan Ibrahimovic memperkuat timnas Swedia di EURO 2020 karena cedera bisa menjadi kesempatan bagi Kulusevski untuk mengambil peran sebagai tulang punggung anyar tim besutan Janne Andersson itu.

4. Joao Felix (21, Portugal)

EURO 2020 boleh jadi akan menjadi penampilan pemungkas ikon utama Portugal Cristiano Ronaldo di kompetisi Eropa tersebut.

Tiba dengan status pemain termahal di Atletico Madrid, Felix akhirnya mampu melepaskan beban yang dihadirkan banderol ratusan juta euro itu untuk membantu Los Rojiblancos menjuarai Liga Spanyol 2020/21.

Felix mungkin masih akan menjadi pemeran pembantu bersama Bruno Fernandes untuk menyokong kesuksesan Ronaldo, tapi EURO 2020 jelas bisa jadi turnamen inisiasi pemain berusia 21 tahun ini menuju kedewasaan.

5. Jadon Sancho (21, Inggris)

Musim lalu Sancho akhirnya meraih trofi perdananya di level senior --kecuali jika Anda tergolong orang yang menghitung Piala Super Jerman sebagai trofi bergengsi-- dengan membawa Borussia Dortmund menjuarai Piala DFB Pokal.

Inggris punya keuntungan besar karena konfigurasi EURO 2020 secara tidak langsung membuat mereka tuan rumah yang dominan karena semifinal dan final akan dimainkan di Wembley.

Sancho pastinya akan ditunggu-tunggu perannya untuk membantu Inggris memanfaatkan berbagai keuntungan itu dan menaikkan levelnya setelah bisa mengantarkan Pasukan Singa Muda juara Piala Dunia U-17 2017.

6. Gianluigi Donnarumma (22, Italia)

Nama Donnarumma sudah beredar di radar timnas Italia sejak jelang EURO 2016 kendati pada akhirnya ia tak dipanggil oleh Antonio Conte saat itu.

Tiga tahun setelah Gianluigi Buffon memutuskan gantung sarung tangan dari timnas Italia, Donnarumma sudah mematutkan dirinya sebagai pilihan utama Roberto Mancini di tengah proyek membangkitkan reputasi Gli Azzurri.

EURO 2020 akan menjadi penampilan debut Donnarumma di turnamen bergengsi dan jangan kaget jika potongan-potongan klip penyelamatan terbaik di kompetisi ini akan didominasi aksi kiper yang pasti meninggalkan AC Milan itu.

Penampilan gemilang di EURO 2020 juga tentunya akan membuat superagen Baca juga: Paolo Maldini konfirmasi Donnarumma segera tinggalkan AC MilanMino Raiola makin punya nilai tawar ketika menjajakan agennya itu selepas turnamen.

7. Kylian Mbappe (22, Prancis)

Dengan berbagai raihan gelar individual, trofi level klub maupun negara, orang-orang terkadang lupa bahwa Mbappe masih berusia 22 tahun memasuki EURO 2020 ini.

Dalam dua turnamen internasional terakhir, Prancis selalu mencapai final, tapi hanya menjuarai salah satunya. Boleh jadi, karena di Piala Dunia 2018 ada Mbappe dan tidak di EURO 2016.

Kekecewaan gagal membantu Paris Saint-Germain menjaga gelar juara Liga Prancis musim lalu, pastinya bakal membakar motivasi Mbappe untuk menegaskan pondasi dinasti Prancis di kompetisi internasional.

Tutup

Walau debutan, Finlandia dan Makedonia Utara bukan pelengkap EURO 2020

Jika Anda penggemar Serie A, pasti pernah mendengar nama Goran Pandev. Dan jika Anda lebih mengikuti Liga Premier Inggris, dua musim yang lalu jelas sempat mengenali demam Teemu Pukki.

Baca Artikel

Walau debutan, Finlandia dan Makedonia Utara bukan pelengkap EURO 2020

Oleh Gilang Galiartha
Walau debutan, Finlandia dan Makedonia Utara bukan pelengkap EURO 2020

Jika Anda penggemar Serie A, pasti pernah mendengar nama Goran Pandev. Dan jika Anda lebih mengikuti Liga Premier Inggris, dua musim yang lalu jelas sempat mengenali demam Teemu Pukki.

Maka berbahagialah, babak utama EURO 2020 yang akan diawali laga pembuka pada 11 Juni waktu Italia bakal diwarnai kehadiran dua nama di atas sebab tim nasional Makedonia Utara dan Finlandia bakal ambil bagian.

Keduanya menjadi dua tim yang berkesempatan melakoni debut di babak utama kejuaraan se-antero Eropa itu, sekaligus penampilan perdana di putaran utama semua turnamen internasional.

Kendati sama-sama berstatus debutan, bukan berarti Finlandia dan Makedonia Utara hanya akan memainkan peranan sebagai pelengkap turnamen.

Sejak Piala Eropa mengadopsi format penyisihan grup di babak utamanya mulai 1980, banyak tim debutan yang berhasil menciptakan kejutan.

Sebut saja Portugal dan Swedia yang masing-masing debut di babak utama EURO 1984 dan 1992, serta sama-sama bisa mencapai babak semifinal.

Jika jumlah peserta delapan tim dan hanya dua grup di dua edisi tersebut dinilai belum cukup jadi gambaran kejutan tim debutan, tinggal menengok ke EURO 2016 lalu.

Wales yang melakoni debut EURO lima tahun silam di Prancis, mampu mencapai semifinal dengan menjungkalkan Belgia yang kala itu dielu-elukan tengah berada di puncak performa generasi emasnya.

Pada akhirnya jargon klasik “bola itu bundar” memang berlaku di kompetisi level dan skala apapun.

Lebih dari setengah abad lamanya, Finlandia terus menerus gagal melewati babak kualifikasi EURO dan nama-nama kesohor seperti Jari Litmanen, Sami Hyppia dan Mikael Forssel tidak bisa mengubah keadaan itu.

Segalanya berubah pada 15 November 2019, ketika mereka mengalahkan Liechtenstein 3-0 dan memastikan skuad berjuluk Huuhkajat alias Burung Hantu-Elang itu mendampingi Italia meraih tiket babak utama EURO 2020 dari Grup J fase kualifikasi.

Pukki, pemain paling identik dengan sepak bola Finlandia era kiwari, jadi top skor di grup itu dengan 10 gol atau hanya dua gol lebih sedikit dari kapten Inggris Harry Kane sebagai top skor seluruh fase kualifikasi.

Raihan ini jadi lompatan gemilang, jika menilik fakta bahwa sekira dua tahun sebelumnya Finlandia mencapai titik terendah mereka di ranking FIFA yakni urutan ke-110.

Pukki adalah satu dari lima nama yang sudah familiar ditangani oleh pelatih Finlandia, Markku Kanerva. Pada 2009 Pukki juga menjadi berada di bawah bimbingan Kanerva ketika mencetak sejarah pertama kalinya meraih tiket babak utama EURO U-21.

Selain Pukki, kiper Anssi Jaakkola, bek Joona Toivio dan Jukka Raitala serta gelandang sekaligus kapten Tim Sparv adalah bagian skuad besutan Kanerva lebih dari sedekade silam.

Di luar nama-nama familiar, ada kiper utama Bayer Leverkusen Lukas Hradecky serta gelandang Rangers Glen Kamara yang baru saja mengkudeta dominasi Celtic di Liga Skotlandia.

Kanerva menyebut kelolosan ke babak utama EURO 2020 adalah sebuah perwujudan mimpi lintas generasi yang menjadi kenyataan bagi Finlandia.

Tentunya Pukki dkk tidak ingin mimpi itu hanya berlangsung sejenak, dan Finlandia punya kesempatan yang relatif terbuka menandai penantian panjang mereka dengan torehan gemilang di fase grup EURO 2020.

Finlandia berada di Grup B bersama Belgia, Rusia dan Denmark, komposisi yang cukup mendukung kesempatan itu. Denmark, yang berstatus salah satu tuan rumah, akan menjadi lawan pertama Finlandia dalam laga debut mereka di babak utama EURO pada 12 Juni nanti di Stadion Parken, Kopenhagen.

Pandev dan berkah proyek UEFA

Kelolosan Makedonia Utara ke babak utama EURO 2020 adalah perkawinan dari kegigihan dari seorang pesepak bola gaek bernama Goran Pandev yang berkawin mesra dengan berkah proyek UEFA.

UEFA Nations League bagi orang kebanyakan begitu lekat dengan aroma komersialisasi sepak bola oleh UEFA. Tapi di waktu bersamaan, proyek itu menimbulkan kesempatan bagi negara-negara liliput seperti Makedonia Utara untuk mencetak tiket babak utama EURO 2020.

Makedonia Utara keluar sebagai juara Divisi D Grup 4 UEFA Nations League 2018/19 dan secara menyeluruh menempati peringkat kedua dari 16 tim yang berada di kasta keempat itu.

Kerja keras mereka di Grup G fase kualifikasi hanya berbuah 14 poin dan peringkat ketiga klasemen akhir, tapi penampilan di Nations League 2018/19 memastikan Makedonia Utara punya jalan lain yakni fase playoff Jalur D.

Melewati Kosovo di semifinal lantas menundukkan Georgia 1-0 di final playoff kendati harus bertandang ke Stadion Boris Paichadze Dinamo Arena, Tbilisi, menjadi momentum bersejarah bagi Makedonia Utara.

Dan siapa lagi jika bukan Pandev yang menandai raihan bersejarah itu lewat golnya pada 12 November 2020 lalu, nyaris dua dekade sejak ia melakoni debutnya di timnas senior Makedonia.

Pandev adalah Makedonia Utara sebab ia memimpin rekor penampilan dengan 119 kali juga top skor sepanjang masa dengan 37 gol.

EURO 2020 sangat mungkin menjadi momen penuntasan karier Pandev yang akan genap berusia 38 tahun pada 27 Juli nanti.

Pandev mau tidak mau harus segera menyerahkan tongkat estafet timnas Makedonia Utara dan mereka punya satu nama yang sangat cocok yakni Eljif Elmas.

Gelandang Napoli itu merupakan pemain termuda saat Makedonia Utara mencetak sejarah penampilan perdana di babak utama EURO U-21 2017, dalam usia 17 tahun.

Kini berusia 21 tahun, Elmas tentu masih punya masa depan panjang sebagai ikon anyar Makedonia Utara dan selain bimbingan Pandev, ia butuh juga bantuan dari nama-nama yang lebih ajeg seperti bek Leeds United Ezgjan Alioski serta gelandang Levante Enis Bardhi.

Pandev dan para calon penerusnya akan menandai debut mereka di EURO 2020 dengan menghadapi Austria di Arena Nationala, Bucharest, Rumania, pada 13 Juni.

Makedonia juga akan menghadapi Ukraina serta Belanda di Grup C dan hasil positif apapun di EURO 2020 akan membuat mereka jadi tim kejutan utama sepanjang turnamen.

Tutup

Serba-serbi jersey tim Piala Eropa 2020

Sejumlah produsen perlengkapan olahraga turut ambil bagian dalam pembuatan jersey, yang tentunya mengambil desain dari ciri khas negara. Penasaran apa yang akan dikenakan Cristiano Ronaldo, Kevin De Bruyne, Harry Kane, dan lainnya di Piala Eropa 2020?

Baca selengkapnya

Serba-serbi jersey tim Piala Eropa 2020

Oleh Arindra Meodia
Serba-serbi jersey tim Piala Eropa 2020

Piala Eropa 2020 akan menampilkan tim nasional teratas dari seluruh Eropa. Tidak hanya performa skuad, pakaian atau jersey juga menjadi hal baru yang dinanti para penggemar. Jersey sepak bola umumnya diperbarui setiap musim, dan jika menyangkut sepak bola internasional, hampir pasti sebelum digelar kompetisi besar.

1. Austria

Puma merupakan produsen jersey Austria untuk Euro 2020. Berwarna merah dengan corak yang menyatu di badan dan lengan berwarna putih, seragam kandang Austria tampaknya diilhami dari bendera nasional negara tersebut.

Sementara, seragam tandang Austria, yang dirilis Puma pada November 2019, menampilkan desain hitam dengan corak pola bulu warna teal dan lipatan warna yang sama di ujung lengan jersey. Terdapat lambang OFB di dada kiri.

Corak pola pada seragam kandang dan tandang disebut Puma terinspirasi dari desain grafis gaya art nouveau Austria, aliran atau gaya seni rupa modern yang marak pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.

2. Belanda

Seragam kandang Belanda buatan Nike memiliki sentuhan modern pada warna oranye dengan pola garis dalam badan dipadukan dengan warna hitam klasik pada bagian kerah, logo dan lambang singa di bagian dada kiri.

Seragam tandang Belanda adalah kebalikan dari seragam kandang, berwarna hitam namun dengan aksen oranye yang mencolok di seluruh bagiannya. Namun, seperti desain Nike lainnya, kerah jersey tandang memiliki desain polo dengan kancing bertuliskan "KNVB/Netherland."

3. Belgia

Seragam kandang Belgia, dibuat oleh Adidas, menampilkan desain grafik sapuan kuas tebal warna hitam di bagian depan. Didominasi warna merah, kuning dan hitam, yang merupakan warna bendera Belgia, jersey memiliki warna dasar merah dengan aksen kuning dan hitam di manset dan kerah.

Seragam tandang Belgia berwarna dasar putih dengan corak abu-abu dan hiasan merah dan hitam di bagian lengan, sementara tiga garis khas Adidas berwarna merah menghiasi bahu yang memiliki kerah "V".

4. Denmark

Seragam kandang Denmark memiliki desain menarik dengan menyertakan pola mirip gelombang suara di badan jersey serta di bagian dalam kerah. Pola gelombang itu disebut menggambarkan suara penggemar yang menyanyikan lagu kebangsaan Denmark.

Sementara badan jersey, yang dibuat oleh Hummel, berwarna merah, bagian bahu berwarna putih dengan pola menyerupai panah -- khas Hummel -- berwarna merah, dengan aksen sedikit warna biru pada bagian kerah.

Seragam tandang Denmark juga menampilkan gelombang suara pola garis tetapi agak lebih halus mengiat jersey itu sendiri berwarna putih keperakan. Chevron merah mengarah ke bagian bawah lengan dengan garis merah membungkus lengan.

5. Finlandia

Seragam Finlandia untuk Euro 2020 akan dibuat oleh Nike dan edisi kandangnya sangat terinspirasi oleh bendera Finlandia, dengan dasar warna putih sementara garis silang biru diubah menjadi degradasi warna tua menjadi muda menuju bagian bawah.

Sementara itu, seragam tandang Finlandia memadukan dua warna biru -- biru tua sebagai dasar dan biru muda sebagai aksen -- dan memiliki kerah yang berbeda, menampilkan leher bergaya polo dengan kancing.

6. Hungaria

Seragam kandang Hungaria memberi penghormatan kepada Danube, sungai terpanjang kedua di Eropa yang berada di negara tersebut. Jersey menggabungkan warna tradisional merah sebagai dasar bersama dengan aksen putih dan hijau di bagian kerah, dan pola Danube tercetak di bagian depan.

Seragam tandang Hungaria juga akan menggabungkan warna bendera, tetapi dalam urutan kebalikan dari seragam kandang mereka. Seragam tandang didominasi warna putih, dengan aksen merah di bahu dan kerah.

7. Inggris

Jersey kandang Inggris adalah desain klasik, sederhana dan ramping, dengan dasar putih dan leher warna biru. Terdapat lambang "three lions" di bagian tengah diikuti dengan logo khas Nike berwarna biru pada bagian bawahnya.

Seragam tandang Inggris berwarna biru solid. Kerahnya mengacu pada kaus klasik tahun 90-an, dan kancingnya bertuliskan: "We are Lions/We are England". Warna biru kemeja dilengkapi dengan garis-garis merah di bagian samping.

8. Italia

Jersey untuk Italia disebut Puma terinspirasi oleh "era seni dan arsitektur yang menentukan budaya." Seragam kandang Italia yang baru "menafsirkan kembali pola renaisans mewah di masa lalu ke dalam grafik geometris modern, yang dipadukan dengan warna biru ke dalam jersey." Sementara, seragam tandang Italia didominasi warna putih dengan aksen biru tua, memiliki cetakan pola klasik pada badan jersey.

9. Jerman

Seragam kandang Jerman menampilkan ciri khas jersey putih dengan garis-garis horizontal hitam. Edisi Adidas kali ini menggabungkan bendera negara sebagai garis-garis di ujung lengan baju.

Sementara, seragam tandang Jerman, yang diumumkan Maret 2021, setahun setelah tanggal rilis asli, tampil dengan warna hitam dengan tiga garis di bahu khas Adidas berwarna abu-abu gelap.

10. Kroasia

Jersey kandang Kroasia terbaru menggabungkan kotak-kotak merah dan putih khas bendera negara tersebut, dengan bagian belakang jersey berwarna putih solid.

Scott Munson, VP Nike, yang membuat jersey tersebut, mengatakan bahwa "Kroasia selalu menjadi federasi yang menginspirasi bagi Nike karena kekuatan identitas mereka."

"Baju kandang 2020 yang baru sesuai dengan warisan sepak bola Kroasia, sedangkan tandang adalah interpretasi lain yang sangat keren dari desain Kroasia untuk para pemain dan pendukung." Seragam tandang Nike Kroasia menggabungkan kotak-ktak-kotak klasik namun dalam warna monokrom, hitam dan abu-abu.

11. Makedonia

Setelah mengenakan seragam Jako yang sama dari 2017 hingga Maret 2021, Makedonia Utara akan memiliki tampilan baru untuk Euro 2020.

Pabrikan pakaian olahraga Jerman Jako masih menjadi pemasok tim dan seragam kandang akan berwarna merah marun, yang berarti mereka menggunakan warna merah yang lebih gelap dari sebelumnya.

Gambar lynx -- lynx Balkan yang menjadi simbol negara tersebut -- menjadi pola di bagian badan jersey.

Seragam tandang Makedonia Utara memiliki desain dasar yang sama dengan seragam kandang, namun dengan dominasi warna putih dan aksen warna kuning, seperti warna bendera negara tersebut. Motif lynx Balkan masih tetap ada di jersey.

12. Polandia

Seragam kandang Nike Polandia terinspirasi oleh warna merah dan putih dari bendera resmi negara tersebut -- terutama putih dengan aksen warna merah.

Nike menyebutkan bahwa koleksi tim nasional Polandia 2020 menggali arsip untuk mendapatkan inspirasi dari era keemasan tim pada akhir 1970-an dan awal 1980-an ketika Polandia dua kali finis ketiga di dunia.

"Ketika Anda melihat kembali sejarah sepak bola Polandia, ada banyak inspirasi yang bisa ditemukan," kata Scott Munson dari Nike.

Seragam kandang Polandia hadir warna putih dengan kerah lipat yang diikat oleh dua kancing. Kerahnya memiliki garis merah yang menonjol. Sementara, seragam tandang memiliki warna sebaliknya, dengan dominan merah dan aksen putih pada kerah V-neck dan lipatan bagian lengan.

13. Portugal

Seragam kandang Nike Portugal menampilkan desain yang dipoles -- dengan mempertahankan warna merah khas negara tersebut -- dipasangkan dengan kerah lipat yang memberi nuansa baru, bersamaan dengan garis merah hijau hitam di bagian lengan.

Celana pendek hijau kembali untuk pertama kalinya sejak 2004 -- tahun ketika kapten tim Cristiano Ronaldo melakukan debutnya di final Eropa. "Sudah lama sejak kami memiliki celana pendek hijau jadi senang melihat mereka kembali sekali lagi." kata Ronaldo, dikutip dari situs resmi Nike.

Sementara itu, seragam tandang baru Portugal mengambil inspirasi dari seragam tandang tim tahun 2016, dan garis-garis horizontal dengan blok warna yang tebal, kombinasi hitam merah dan hijau.

14. Prancis

Seragam kandang baru dari Nike untuk Prancis terdapat garis merah tebal yang mencolok yang dipadukan dengan warna biru tua klasik negara tersebut. Desain itu, menurut Nike, memadukan streetwear dengan seni kontemporer Prancis.

Garis merah tersebut juga menandakan persaudaraan saat bermain di kandang, setelah Les Blues, julukan timnas Prancis, menyandang juara dunia pada 2018 dan 1998.

Dibandingkan dengan tampilan retro Prancis untuk seragam kandang mereka, seragam tandang mereka jauh lebih sederhana dan desainnya lebih ramping hanya dalam warna putih.

"Dengan tandang, tampilan putih benar-benar selaras dengan para pemain, dan sementara banyak negara berbagi palet merah, putih dan biru, hanya Prancis yang akan mengenakan putih di atas putih," kata VP Nike Scott Munson.

Baik seragam kandang maupun tandang akan menyertakan moto "Liberte, Egalite, Fraternite" di dalam jersey.

15. Republik Ceko

Pola serat pohon Lipa dimasukkan ke dalam desain seragam kandang Republik Ceko, yang dibuat oleh Puma. Jersey tersebut berwarna merah klasik dengan sedikit warna biru di manset dan kerah -- perpaduan warna bendera ceko, merah, biru dan putih -- dan warna putih untuk logo Puma, serta terdapat lambang negara tersebut di dada kiri.

Berbeda dari seragam kandang yang klasik, seragam tandang Republik Ceko memiliki warna hijau limau yang sangat menarik mata, dan cederung tidak biasa, dengan hiasan aksen hitam pada lengan dan kerah, juga lambang negara dan logo Puma.

Ketua Asosiasi Sepak Bola Republik Ceko, Martin Malik, mengatakan jersey baru tersebut terlihat berani, ambisius, segar dan ganas.

"Merupakan atribut yang sesuai dengan tim Ceko saat ini, yang telah mengalami perubahan generasi dalam beb merah -- dengan warna merah yang lebih tua sebagai aksen garis pada bagian badan dan bahu, sementara logo sepak bola Swiss, bendera negara dan logo Puma ditampilan di bagian dada.

Seragam Swiss 2020, menurut Puma, "menerapkan bahasa visual dan desain Swiss Style yang ikonik, menggunakan grafis sederhana yang berani."

Puma merilis jersey tandang Swiss pada November, menampilkan dasar putih dengan merah pada kerah, serta garis-garis merah muda, ungu, merah marun dan hijau di bagian badan -- melambangkan empat bahasa yang digunakan di negara tersebut, yaitu Jerman, Prancis, Italia dan Rhaeto-Roman.

22. Turki

​​​​​​​Jersey kandang Turki memiliki dasar putih dengan garis merah tebal membentang di dada. Bulan sabit dan bintang besar berada di tengah sebagai titik fokus desain.

Celana pendek dan kaus kaki putih dengan detail merah melengkapi tampilan yang minimalis namun tangguh.

"Kami ingin menangkap semangat luar biasa untuk sepak bola di Turki dengan desain khusus, jadi kami meningkatkan ukuran bulan sabit dan bintang untuk menjadikannya titik fokus dari seragam," kata Scott Munson dari Nike.

Seragam tandang terdiri dari jersey, celana pendek dan kaus kaki warna merah. Jersey memiliki strip merah terang di bagian dada, dihiasi dengan bulan sabit putih besar dan bintang.

Kedua kaus tersebut memiliki tulisan "Turkiyem," atau "Turki ku," tercetak di dalam kaus sebagai kebanggaan tim.

23. Ukraina

Ukraina terus bermitra dengan produsen pakaian olahraga Spanyol Joma untuk seragam resmi mereka dan mereka akan mengenakan tampilan klasik di Euro 2020, dengan dominasi jersey warna kuning dan sentuhan aksen biru muda.

Jersey baru tim nasional Ukraina baru-baru ini memicu kemarahan di Rusia lantaran seragam itu menampilkan siluet peta Ukraina yang memasukkan Crimea.

Rusia menganeksasi Crimea dari Ukraina pada 2014 dan Moskow menganggap area semenanjung itu sebagai bagian Rusia, kendati publik internasional mengakuinya sebagai bagian Ukraina.

Sementara, seragam tandang Ukraina adalah kebalikan dari seragam kandang, dengan biru muda menjadi warna dasar utama yang dilengkapi dengan sentuhan kuning pada kerah dan lengan.

24. Wales

Gareth Bale dan kawan-kawan akan mengenakan seragam Adidas berwarna merah sebagai jersey kandang mereka untuk Euro, dengan warna yang terinspirasi dari naga dalam bendera. Jersey tersebut memiliki aksen kuning di bagian bahu dan lengan, juga warna hijau dan putih di lengan.

Sementara, seragam tandang berwarna kuning pisang dan hijau zaitun sebagai aksen.

Tutup

Seberapa bugar bintang-bintang lapangan hijau saat Euro 2020

Satu per satu pemain timnas peserta Euro 2020 diserang cedera. Ada yang sangat berat, ada yang ringan-ringan saja. Ada yang mendapatkannya saat berlatih, ada yang memperolehnya setelah menjalani laga pemanasan menjelang turnamen itu. Ada yang kelanjutan dari masalah yang dihadapi pada level liga, ada yang baru-baru ini muncul.

Baca selengkapnya

Seberapa bugar bintang-bintang lapangan hijau saat Euro 2020

Oleh Jafar M Sidik
Seberapa bugar bintang-bintang lapangan hijau saat Euro 2020

Satu per satu pemain timnas peserta Euro 2020 diserang cedera. Ada yang sangat berat, ada yang ringan-ringan saja. Ada yang mendapatkannya saat berlatih, ada yang memperolehnya setelah menjalani laga pemanasan menjelang turnamen itu. Ada yang kelanjutan dari masalah yang dihadapi pada level liga, ada yang baru-baru ini muncul.

Di antara pemain yang cedera yang membuat pusing pelatih-pelatih Euro 2020 adalah Trent Alexander-Arnold dan Bukayo Saka di Inggris, Kieran Tierney di Skotlandia, Kevin de Bruyne di Belgia, Matthijs de Ligt di Belanda, Dominik Szoboszlai di Hungaria, Stefano Sensi di Italia, Aaron Ramsey di Wales, dan banyak lagi.

Alexander-Arnold dan De Bruyne bahkan bisa divonis urung berlaga dalam turnamen edisi ke-60 yang digelar di sebelas kota di sebelas negara itu. Bahkan pemain-pemain seperti Harry Maguire dan Eden Hazard belum 100 persen bebas dari masalah kebugaran.

Euro 2020 sendiri terpaksa tak bisa menghadirkan para superstar seperti Virgil van Dijk dan Zlatan Ibrahimovic karena dicoret oleh pelatihnya setelah dirundung cedera tak berkesudahan.

Media sepakat bahwa tantangan terbesar dari turnamen sepakbola terbesar pandemi ini adalah kekhawatiran cedera yang lebih besar dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya.

Kompetisi domestik dan kontinental yang sempat terhenti dan bahkan dihentikan sama sekali pada triwulan pertama 2020 gara-gara pandemi, sungguh telah merusak jadwal sepakbola Eropa dan dunia.

Jadwal-jadwal menjadi dipadatkan, dari biasanya satu kali dalam satu pekan menjadi tiga dalam sepekan. Bahkan, dalam kasus-kasus tertentu ada yang terpaksa memainkan tiga pertandingan karena selain harus bertanding memenuhi jadwal liga, juga mesti berkompetisi dalam ajang kontinental dan turnamen piala.

Itu belum termasuk jadwal yang mesti diubah karena lockdown atau pembatasan perjalanan di tempat stadion berada atau karena kasus infeksi virus yang membuat tim dikarantinakan. Sementara pelatih Inggris Gareth Southgate terpaksa memberi waktu agak panjang untuk bergabung dengan skuad kepada pemain-pemain asal Chelsea dan Manchester City yang baru saja bertanding dalam final Liga Champions.

Jadwal luar biasa padat itu merenggut korban yang tak tertutup kemungkinan berlanjut ke Euro 2020.

Ancaman cedera tak hanya menyerang tim-tim dengan liga kompetitif seperti Inggris, Spanyol, Italia, Jerman dan Prancis, tetapi juga semua tim mengingat format kompetisi liga di seluruh Eropa sama, memainkan jadwal liga dan sekaligus kompetisi piala dan kompetisi kontinental.

Lalu bagaimana orang memprediksi tingkat kelelahan yang bisa menjadi faktor cedera pada Euro 2020 nanti? Ada banyak cara tetapi yang paling pas adalah menaksir dampak lama bermain setiap pemain baik pada tingkat liga maupun level internasional, seperti dilakukan ESPN.

Mungkin cukup mengukur tim-tim teratas yang memiliki peluang lebih besar menjuarai Eurp 2020, yakni Prancis, Inggris, Belgia, Jerman, Spanyol, Italia, Portugal dan Belanda.

Mari mulai dari Prancis. Juara dunia ini menempati posisi tertinggi dalam pertaruhan mengenai kemungkinan menjadi juara Euro 2020.

Dalam skuad Prancis, kiper Hugo Lloris, bek Jules Kounde, striker Antoine Griezmann, bek Clement Lenglet, bek Raphael Varane, striker Karim Benzema, gelandang Adrien Rabiot, striker Kylian Mbappe, bek Lucas Digne dan gelandang Paul Pogba adalah pemain-pemain yang memiliki waktu bermain lebih lama. Dan untuk itu mereka berpotensi menghadapi kelelahan yang bisa berujung kepada cedera.

Ada sisi baiknya untuk pemain-pemain lain. Misal, seandainya Griezmann, Benzema dan Mbappe cedera, maka Kingsley Coman, Wissam Ben Yedder, Ousmane Dembele, Marcus Thuram, dan Olivier Giroud mendapatkan kesempatan dan panggung untuk bersinar. Yang jelas yang paling bugar yang diuntungkan dan itu salah satunya N'Golo Kante yang memiliki waktu bermain lebih sedikit.

Dalam skuad Inggris, bek Harry Maguire, gelandang Maso Mount, striker Marcus Rashford, striker Harry Kane, striker Raheem Sterling, bek Conor Coady, bek Kyle Walker, gelandang Bukayo Saka, dan gelandang Declan Rice menjadi pemain dengan menit bermain paling lama.

Mereka paling mungkin terserang cedera, apalagi sebagian di antaranya pernah atau mungkin masih menghadapi masalah kebugaran. Sebaliknya dua pemain kreatif yang lama absen dalam level klub karena cedera, yakni Jack Grealish dan Jadon Sancho, bisa sangat bugar sehingga sangat siap menghadapi Euro yang akhirnya membantu mereka bersinar terang di panggung Eropa.

Kemudian Belgia yang peringkat satu dunia. Di sini, kiper Thibaut Courtois, gelandang Youri Tielemans, striker Romelu Lukaku, bek Toby Alderweireld, gelandang Kevin De Bruyne, kiper Simon Mignolet, bek Timothy Castagne, bek Jan Vertonghen, gelandang Leander Dendoncker dan bek Jason Denayer adalah pemain-pemain yang memiliki menit bermain terlama.

Mereka paling mungkin terserang cedera, apalagi enam pemain dalam skuad Belgia berusia 32 tahun ke atas dan delapan pemain berusia 29 tahunan. Hanya Tielemans dan Castagne, bek Jason Denayer dan Jeremy Doku yang berusia di bawah 26 tahun. Tapi yang mungkin paling segara dalam Euro nanti adalah Eden Hazard setelah lama diistirahatkan klubnya karena cedera.

Sementara itu, kiper Manuel Neuer, bek Matthias Ginter, gelandang Ilkay Gundogan, penjaga gawang Bernd Leno, bek Robin Gosens, bek Antonio Rudiger, gelandang Timo Werner, bek Mats Hummels, gelandang Joshua Kimmich dan striker Thomas Muller menjadi pemain-pemain Jerman yang memiliki menit bermain terbanyak.

Mereka berpotensi kelelahan untuk kemudian mempengaruhi kebugarannya. Tapi pemain sayap berbakat Leroy Sane bisa sangat bugar meskipun memainkan 41 laga pada tingkat klub namun jarang sekali diturunkan secara penuh. Sane bisa menjadi udara segar untuk Jerman.

Di Spanyol, pemain-pemain yang memiliki menit bermain banyak adalah bek Jordi Alba, kiper Unai Simon, bek Pau Torres, gelandang Rodri, gelandang Koke, gelandang Sergio Busquets, Cesar Azpilicueta, kiper David de Gea, gelandang Marcos Llorente dan striker Gerard Moreno. Mereka bisa menjadi yang pertama yang tertimpa, tapi tenang masih ada talenta-talenta seperti Adama Traore, Dani Olmo, Ferran Torres dan Pedri.

Sedangkan Thiago yang memainkan 30 laga bersama Liverpool tapi jarang dipasang lam bisa menjadi bintang berkondisi segar yang membantu pasukan Luis Enrique mencatat hasil terbaik.

Untuk juara bertahan Portugal, pemain muda berbakat Joao Felix bisa menjadi pemain yang paling diuntungkan karena memiliki waktu bermain lebih sedikit, dibandingkan dengan gelandang Bruno Fernandes, bek Ruben Dias, Cristiano Ronaldo, trio kiper Rui Silva-Rui Patricio-Anthony Lopes, bek Joao Cancelo, gelandang Bernardo Silva, bek Nelson Semedo dan gelandang Ruben Neves yang semuanya memiliki menit bermain lebih lama sehingga rawan kelelahan dan terserang kebugarannya.

Akan halnya Italia, kiper Gianluigi Donnarumma, gelandang Nicolo Barella, bek Giovanni Di Lorenzo, striker Lorenzo Insigne, bek Francesco Acerbi, bek Alessandro Bastoni, striker Ciro Immobile, gelandang Lorenzo Pellegrini, bek Rafael Toloi dan gelandang Manuel Locatelli menaidi yang paling sering berada di lapangan hijau.

Sebaliknya Domenico Berardi yang produktif namun jarang dipasang lama oleh Sassuolo bisa bersinar dalam Euro 2020 karena lebih segar.

Terakhir Oranye Belanda. Pemain-pemain mereka yang memiliki menit bermain paling banyak adalah gelandang Frenkie de Jong, gelandang Georginio Wijnaldum, bek Stefan de Vrij, gelandang Marten de Roon, kiper Tim Krul, gelandang Davy Klaassen, gelandang Ryan Gravenberch, bek Owen Wijndal, bek Matthijs de Ligt dan striker Memphis Depay.

Mereka paling rentan diserang cedera. Sebaliknya Donny van de Beek yang bermain luar biasa saat bersama Ajak bisa diuntungkan oleh keputusan manajer Manchester United Ole Gunnar Solksjaer yang jarang memainkan dia. De Beek malah bisa berbicara banyak di teater Eropa.

Intinya, musim yang sibuk dalam kompetisi domestik bisa membuat Euro 2020 menjadi ajang pembuktian siapa yang paling bugar itu yang juara.

Dan mengingat tak lama setelah Euro bakal disambung kompetisi domestik yang lebih normal dan pasar transfer yang kompetitif, bintang- bintang lapangan hijau Eropa mungkin akan bermain lebih hati-hati guna mencegah risiko cedera yang bisa mengancam karirnya. Dan ini pada akhirnya bisa mengurangi keatraktifan pertandingan Euro.

Tutup

Fenomena sejarah Piala Eropa: Sihir Moller Nielsen untuk Denmark di 1992

Berbicara tentang kisah fenomenal dalam sejarah Piala Eropa yang telah berusia 60 tahun, tidak akan lepas dari kejutan yang dibuat tim nasional Denmark pada tahun 1992.

Baca selengkapnya

Fenomena sejarah Piala Eropa: Sihir Moller Nielsen untuk Denmark di 1992

Oleh Teguh Handoko
Fenomena sejarah Piala Eropa: Sihir Moller Nielsen untuk Denmark di 1992

Berbicara tentang kisah fenomenal dalam sejarah Piala Eropa yang telah berusia 60 tahun, tidak akan lepas dari kejutan yang dibuat tim nasional Denmark pada tahun 1992.

Denmark tiba-tiba menjadi sorotan dunia ketika mereka berpartisipasi hanya sebagai tim pengganti yang sama sekali tidak diunggulkan namun mampu meraih trofi juara pada kejuaraan sepak bola antarbangsa Eropa yang ketika itu berlangsung di Swedia.

Denmark pada Piala Eropa 1992 sebenarnya tidak lolos putaran final, karena hanya menjadi runner up di bawah Yugoslavia dalam babak kualifikasi grup. Namun sanksi PBB terkait perang Yugoslavia membuat tim dari negri Balkan itu dilarang berangkat ke Swedia untuk putaran final Piala Eropa. Badan sepak bola Eropa (UEFA) kemudian mengundang Denmark sebagai runner up kualifikasi grup untuk menggantikan posisi Yugoslavia. Kepastian penggantian itu sendiri hanya sekitar 11 hari menjelang kick off Piala Eropa, sehingga kesiapan yang dilakukannya pun sangat minim.

Adalah Richard Moller Nielsen, pelatih yang mengemban tugas berat karena harus mempersiapan sebuah tim yang sebenarnya sudah pesimis setelah gagal di babak kualifikasi.

Seperti dikutip independnet.co.uk, untuk Piala Eropa 1992 Moller Nielsen sendiri sebenarnya bukan pilihan utama untuk tim Piala Eropa Denmark, mengggantikan pelatih asal Jerman Sepp Piontek yang sempat mengantar tim dinamit itu ke putaran final Piala Dunia 1986.

Federasi sepak bola Denmark ketika itu cenderung untuk memakai jasa pelatih asal Jerman lainnya Horst Wohlers, ketimbang pelatih lokal Moller Nielsen yang sebelumnya hanya sebagai asisten pelatih bagi Piontek. Namun akhirnya pilihan jatuh kepada Moller Nielsen setelah tidak tercapainya kesepakatan dengan beberapa pelatih lainnya yang semula lebih diandalkan.

Bukan hanya minimnya persiapan untuk membentuk tim yang layak bersaing di putaran final Piala Eropa, pria kelahiran Odense, Denmark 19 Agustus 1937 itu juga harus mengalami masalah kurang harmonisnya hubungan dengan sejumlah pemain bintang, termasuk Jan Molby, Preben Elkjer, Jesper Olsen dan bintang Barcelona Michael Laudrup.

Walhasil sejumlah pemain top yang pernah berkiprah di putaran final Piala Dunia 1986 tidak masuk dalam skuad Moller Nielsen. Namun Moller Nielsen yang juga pernah sebagai pemain serta pelatih timnas U-21 dan beberapa klub Denmark sebelum menjadi asisten bagi Sepp Piotek, sangat memahami karakter dan budaya sepak bola di negaranya.

Ia mencoba membangun semangat para pemainnya dan juga memberi optimisme bagi masyarakat negaranya yang semula tidak banyak berharap pada timnas mereka yang mendapat "hadiah hiburan" lolos putaran final. Tidak banyak ulasan soal keistimewaan strategi Moller Nielsen dalam menyiapkan tim, kecuali dengan menekankan semangat dan kedisiplinan pemain.

Nielsen juga dikenal sebagai pelatih yang jarang memuji pemain secara individu, karena menurut dia kemenanngan dalan suatu pertandingan adalah kemenangan sebuah tim.

"Disini anda melihat bahwa tidak selalu pemain terbaik yang membuat tim terbaik. Mereka yang disini berjuang dengan baik dan saling membantu satu sama lain selama pertandingan, mereka layak mendapat pujian," kata Nielsen usai timnya memenangi sebuah pertandingan di Beograd.

Formasi 5-2-1-2 yang diterapkannya juga menyiratkan strategi yang cenderung memperkuat pertahanan -- hal yang sebenarnya tidak disukai oleh para pemain top Denmark ketika itu yang ingin timnya lebih ofensif. Namun bagai kisah-kisah dalam dongeng karya penulis kenamaan Denmark abad ke-19 Hans Cristians Andersen, dalam waktu persiapan yang sangat singkat Moller Nielsen dapat "menyihir" skuad baru tim Dinamit menjadi tim yang begitu solid.

Padahal, ketika para pemain mendapat panggilan mendadak untuk masuk kamp pelatihan timnas, mereka umumnya sedang asyik berlibur di pantai-pantai, bersantai minum bir di kafe-kafe atau memanfaatkan waktu kosong kompetisi bersama keluarga masing-masing.

Denmark berada satu grup bersama Inggris, Prancis dan tuan rumah Swedia di grup A. Sementara di grup B berisi tim Belanda, Jerman, Skotlandia dan CIS. Mereka mengawali penampilan dengan menahan imbang Ingris 0-0, namun pada pertandingan berikutnya Denmark harus mengakui keunggulan tuan rumah Swedia 0-1.

Ketangguhan tim dinamit ini mulai mendapat perhatian setelah mereka mampu mengalahan Prancis 2-1 di laga terkabir grup A sehingga mereka lolos ke semifinal sebagai runner up grup. Mereka pun mampu menumbangkan tim favorit ketika itu Belandi di semifinal melali adu penalti setelah imbang 2-2. Kemenangan di semifial membuat skuad Denmark lebih percaya diri meskipun di final mereka harus menghadapi raksasa sepak bola lainnya, Jerman.

Strategi bertahan dan serangan balik yang diterapkan Moller Nielse, berjalan baik. Gol-gol oleh Jon Jensen dan Kim Vilfort, serta penampilan cemerlang kiper Peter Schemichel dan barisan belakang Denmark membuahkan kemenangan meyakinkan 2-0 di laga final.

Pasca kesuksesanya di Piala Eropa 1992, tidak adalah lagi kisah fenomenal yang terkait dengan tim nasioal Denmark maupun Moller Nielsen sendiri. Denmark bahkan gagal lolos ke putaran final Piala Dunia 1994 di Brazil, sedangkan pada Piala Eropa berikutnya di tahun 1996, tim Dinamit harus tersingkir di babak penyisihan grup.

Namun di sela-sela itu, Denmark sempat mencatat kemenangan dalam pertandingan Piala Konfederasi tahun 1995 dengan mengalahkan Argentina 2-0.

Moller Nielsen selanjutanya mendapat kepercayaan menangani tim nasional Finlandia, namun ia gagal membawa tim dari negri Skandinavia itu untuk lolos putaran final Piala Dunia 1998. Demikian pula ketika ia menjadi pelatih timnas Israel pada peridoe 2000-2002, ia tidak bisa memberikan "sentuhan ajaib" seperti ketika menangani tim Denmark di Piala Eorpa 1992.

Moller Nielsen meninggal dunia pada 13 Februari 2014 karena penyakit kanker tumor otak di usia 76 tahun "Ia adalah salah satu pelatih terbaik yang pernah kita miliki, jika tidak disebut yang sangat terbaik," kata Sepp Piontek ketika itu. Prestasinya yang fenomena di tahun 1992, membuat namanya tetap dikenang di lintasan sejarah Piala Eropa. Apalagi hingga saat ini belum ada pelatih tim Denmark yang mempu menyamai kesuksesan seorang Richard Moller Nielsen.

Kisah kesuksesan tim non unggulan yang mampu meraih juara Eropa sebenarnya bukan hanya Denmark. Tim "underdog" Yunani juga pernah membuat kejutan menjuarai edisi tahun 2004, demikian pula Spanyol yang meraih trofi itu pada 2008 di saat mental timnya sedang terpuruk.Namun latar dan berbagai peristiwa di balik kiprah Denmark di Piala Eropa 1992 menjadikan kejutan tim Dinamit ini menjadi sangat fenomenal dalam sejarah persepakbolaan Eropa.

Tutup

Daftar Juara Euro

Spanyol dan Jerman menjadi negara paling berjaya di Piala Eropa dengan masing-masing mengumpulkan tiga gelar juara. Berikut daftar para pemenang turnamen sepak bola yang digelar setiap empat tahun ini.

Juara
Juara

Daftar Pemain terbaik Euro

Sammer
Zidane
Zagorakis
Xavi
Iniesta
Griezmann

Jangan ada rasisme di antara kita

Akan tetapi, yang semestinya diingat dari laga tersebut bukanlah soal skor besar 6-0, melainkan kenyataan bahwa kemenangan Three Lions itu harus terlebih dahulu dinodai oleh tindakan rasial dari suporter tuan rumah. Pertandingan bahkan harus dihentikan dua kali setelah suporter terdengar melantangkan nyanyian monyet yang ditujukan kepada pemain kulit hitam dari tim tamu.

Baca selengkapnya

Jangan ada rasisme di antara kita

Oleh Shofi Ayudiana
Jangan ada rasisme di antara kita

Bulgaria pada babak kualifikasi Piala Eropa 2020 di Stadion Nasional Vasil Levski, Sofia.

Akan tetapi, yang semestinya diingat dari laga tersebut bukanlah soal skor besar 6-0, melainkan kenyataan bahwa kemenangan Three Lions itu harus terlebih dahulu dinodai oleh tindakan rasial dari suporter tuan rumah. Pertandingan bahkan harus dihentikan dua kali setelah suporter terdengar melantangkan nyanyian monyet yang ditujukan kepada pemain kulit hitam dari tim tamu.

Ketua FA Inggris Greg Clarke yang hadir di Stadion Levski mengatakan bahwa malam itu menjadi malam yang bisa dibilang paling mengerikan yang pernah dia saksikan dalam pertandingan sepak bola.

Aksi yang dikatakan Clarke mengerikan itu juga terekam oleh saluran TV Inggris yang menunjukkan sekelompok pria mengenakan pakaian serba hitam dengan mulut ditutup dan menyerukan olok-olok rasis dari arah tribun. Menyadari pelecehan yang terjadi, Harry Kane memimpin protes timnas Inggris kepada wasit atas cemoohan rasis yang diarahkan kepada bek debutan Tyronne Mings. Wasit segera menghentikan pertandingan dan panitia memperingatkan suporter agar menghentikan tindakan rasis dari pengeras suara stadion.

Pelecehan pun masih berlanjut dan memaksa pertandingan dihentikan lagi pada menit ke-42 setelah manajer Gareth Southhgate mengajukan protes kepada ofisial di tepi lapangan. Kapten Bulgaria Ivelin Popov bertindak langsung dengan berbicara kepada suporter yang pada akhirnya sebagian dikeluarkan dari tribun stadion. Reporter Sky Sports Rob Dorsett mengaku mendengar teriakan ‘monyet’ pada enam kesempatan ketika Tyrone Mings dan Marcus Rashford menguasai bola.

“Saya mendengar seorang suporter dengan jelas berteriak ‘Hei, monyet’ saat Mings mengoper bola,” kata dia.

Mings menyayangkan debutnya bersama timnas senior Inggris itu harus sedikit dinodai dengan perlakuan rasis tetapi dia mengaku tak terlalu mengacuhkan itu dengan meyakini bahwa penampilannya dalam pertandingan cukup menjadi pembuktian dia kepada para pelaku rasis.

Sementara itu, penyerang Inggris Raheem Sterling melalui akun Twitter-nya mencuitkan bahwa dia merasa kasihan terhadap Bulgaria yang “diwakili oleh orang-orang idiot di dalam stadion mereka.”

Akibat ulah suporternya, Bulgaria pun didenda sekira 65.000 pound oleh UEFA dan harus memainkan dua pertandingan tanpa penonton.

Sebelum melawan Bulgaria, timnas Inggris telah lebih dulu mendapat pelecehan rasial saat laga tandang menghadapi Montenegro, Maret 2019. Inggris memang menang besar 5-1, tetapi kemenangan itu harus kembali didahului dengan tindakan penghinaan rasis yang pada saat itu dilontarkan kepada bek Dany Rose.

Rose menjadi sasaran suporter atas cemoohan rasis berupa nyanyian monyet. Raheem Sterling juga mendapat ejekan sebagaimana didapat Rose setelah gelandang Manchester City itu merayakan gol kelima Inggris dengan menutup telinganya kepada para pendukung Montenegro.

Tak hanya teriakan monyet, Callum Hudson-Odoi yang tampil mengesankan pada debutnya, mengatakan suporter Montenegro juga melemparkan korek api ke arah para pemain Inggris ketika mereka merayakan gol Sterling. “Ironi dari sepak bola adalah ketika ruang ganti bisa mempersatukan kami terlepas dari agama maupun warna kulit yang berbeda, tetapi kami masih dihadapkan pada masalah ini (rasisme),” kata Southgate kepada beIN Sports seperti dikutip Reuters.

Sebagai hukumannya, Montenegro hanya disanksi UEFA untuk memainkan laga kandang mereka tanpa penonton serta denda 17.500 pound. Hukuman dan sanksi yang diterapkan badan pengelola sepak bola itu sayangnya tidak serta merta menurunkan angka kasus rasisme.

Berdasarkan laporan tahunan Kick It Out, organisasi antirasisme dan antidiskriminasi, terjadi peningkatan mengejutkan untuk kasus rasisme yang terjadi dalam sepak bola musim 2019/2020 kendati kompetisi sempat dihentikan beberapa bulan karena pandemi COVID-19.

Pada musim yang sama juga terdapat 282 kasus rasisme yang dilaporkan. Angka itu naik 53 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat 184 kasus.

Organisasi tersebut juga melaporkan bahwa jajak pendapat menunjukkan 30 persen responden menyaksikan komentar atau nyanyian berbau rasisme dalam pertandingan sepak bola pada musim kompetisi 2019/2020. Selain itu, 70 persen dari mereka juga menyatakan menemukan komentar bernada rasisme yang diarahkan kepada para pemain sepak bola dalam media sosial.

Dalam upaya memerangi perilaku rasisme, FIFA sebetulnya telah merilis Kode Disiplin baru pada Juli 2019. Badan tertinggi sepak bola tersebut telah meminta seluruh tim yang berlaga untuk menghentikan pertandingan jika suporter terbukti bersalah atas perilaku rasial dan tindakan diskriminatif lainnya.

Langkah tersebut dapat diterapkan setelah wasit menerapkan prosedur tiga langkah untuk menangani insiden itu, yakni meminta suporter menghentikan perilaku tersebut, lalu menghentikan sementara pertandingan, dan terakhir meninggalkan pertandingan.

Kode Disiplin baru itu memperluas ruang lingkup tentang tindakan rasialisme dan diskriminatif, antara lain yang melecehkan ras, warna kulit, etnis, jenis kelamin, orientasi seksual, dan agama.

Protokol tersebut sudah diterapkan dalam beberapa pertandingan, termasuk laga kualifikasi Piala Eropa 2020 saat wasit memutuskan menghentikan sementara laga antara Bulgaria dan Inggris setelah penggemar bertindak rasis terhadap beberapa pemain. Meski kasus rasisme sempat menodai beberapa pertandingan, badan pengelola sepak bola Eropa UEFA memperkirakan EURO 2020 akan terbebas dari berbagai tindakan penghinaan rasial. Wakil Presiden UEFA Giorgio Marchetti mengaku tidak takut insiden-insiden itu tumpah ke putaran final yang akan dimulai 11 Juni nanti.

“Berdasarkan pengalaman kami, Euro selalu menjadi ajang yang menggembirakan, terutama di dalam stadion. Kami yakin atmosfer keriaan itu akan menjadi prioritas kami di atas berbagai tindakan bodoh dan terkadang kriminal, yang sayangnya terus terjadi di sepak bola,”katanya.

UEFA juga menyatakan akan bekerja sama dengan otoritas keamanan nasional serta keamanan publik dari 12 kota tuan rumah, dan khususnya dengan pihak berwenang pemerintah kota di masing-masing negara guna mencegah berbagai aksis rasisme terjadi dalam final nanti.

Dari teriakan penonton di stadion hingga cemohoon di media sosial, rasisme seakan menjadi laga yang tak pernah usai. Piala Eropa 2020 pun hadir mengambil peran tidak hanya mencoba menyematkan harapan di tengah ketidakpastian, tetapi juga ajang pembuktian sejauh mana FIFA, UEFA, dan asosiasi sepak bola setiap negara memberikan edukasi kepada para pemain dan suporter dalam melawan rasisme.

Jangan sampai sejarah baru ini justru tercoreng dengan permasalahan klasik seperti rasisme, mengubah gairah yang seharusnya membuncah menjadi cemoohan dan pelecehan memalukan.

Tutup

....and the game begin...

Credit

PENGARAH
Akhmad Munir, Saptono, Teguh Priyanto

PRODUSER EKSEKUTIF
Sapto HP

PRODUSER
Panca Hari Prabowo, Dadan Ramdani

PENULIS
Jafar M. Sidik, Hendri Sukma Indrawan, Gilang Galiartha, Arindra Meodia, Teguh Handoko, Shofi Ayudiana

EDITOR FOTO
Puspa Perwitasari

INFOGRAFIS
Ilham, Bayu

EDITOR INFOGRAFIS
Heppy Ratnasari

DATA DAN RISET
Pusat data dan Informasi ANTARA

WEB DEVELOPER
Y. Rinaldi

BACKGROUND IMAGE
uefa.com