Batam (ANTARA) - Upaya Pemerintah Indonesia mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mendapat apresiasi dalam sidang ASEAN di Brunei Darussalam yang membahas persoalan asap lintas batas atau "Transboundry Haze Pollution".

"Tadi malam baru selesai meeting, selama dua hari sidang tidak ada yang menyampaikan transboundarydari Indonesia. Kita jelaskan upaya-upaya konkrit yang terus dilakukan di lapangan, meski harus diakui kebakaran di lahan gambut memang sangat sulit dipadamkan," kata Direktur Pengendalian Karhutla Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Raffles B Panjaitan dalam keterangan tertulisnya diterima di Batam, Rabu.

"Saya bertemu dengan Menteri Lingkungan dan Sumber Air Singapura Masagos Zulkifli. Beliau mengucapkan terima kasih atas usaha Pemerintah Indonesia menangani karhutla dan menyampaikan salam pada Ibu Menteri Siti Nurbaya," lanjutnya.

Saat ini kata Raffles, Satgas Terpadu Karhutla yang terdiri dari Manggala Agni, Polisi, TNI, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kepala Desa, Regu Dalkar Swasta (Perkebunan, HTI, dan Ijin usaha lain), Brigade Karhut Taman Nasional dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) serta Masyarakat Peduli Api (MPA), terus melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan titik api yang bermunculan di daerah-daerah rawan.
Baca juga: Atasi karhutla, Jokowi: jangan biarkan api membesar baru kita bergerak

Hingga 6 Agustus 2019, sekitar 38 unit helikopter dan pesawat terlibat dalam kegiatan patroli maupun pemadaman kebakaran hutan dan lahan.

Beberapa di antaranya 19 unit di Provinsi Riau, empat unit di Sumatera Selatan, enam unit di Kalimantan Barat, lima unit di Kalimantan Tengah, dua unit di Kalimantan Selatan dan satu unit di Provinsi Jambi.

Per tanggal 5 Agustus, telah dilakukan sebanyak 24.660 kali water boombing dengan air yang dijatuhkan sebanyak 90.457.400 liter untuk memadamkan api di titik-titik yang sulit dijangkau oleh tim darat.

Selain itu juga dilakukan modifikasi cuaca hujan buatan, dengan fokus pada daerah-daerah rawan. Sampai dengan tanggal 5 Agustus 2019 telah dilakukan 170 kali sorti dengan sebanyak 125,616 kilogram garam di Kabupaten Bengkalis, Siak, Indragiri Hilir, Kampar, Pelalawan, Ogan Ilir, Kepulauan Meranti dan Kota Dumai di Riau.

"Jadi upaya pengendalian tanpa henti terus kita lakukan. Tentu kita sangat berharap peran aktif Pemda untuk terus mengingatkan, mengawasi dan mengedukasi masyarakatnya agar tidak membuka lahan dengan cara membakar," kata Raffles.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa solusi pemanfaatan kayu di lahan-lahan masyarakat bisa dijadikan cuka kayu yang kemudian diolah menjadi pupuk cair. Alat pengolahan cuka kayu ini diciptakan Manggala Agni di Daops Kalimantan dan Sumatera.

Uji coba pupuk cair dari cuka kayu sudah dilakukan untuk tanaman jagung, kopi dan nanas. Kualitas hasilnya hampir sama dengan lahan yang diberi pupuk kimia.

"Kalau bisa alat ini ‘discale up’ oleh BPPT akan sangat baik. Masyarakat diberikan secara cuma-cuma, sehingga kayu tidak dibakar sia-sia, bahkan harga per liter cuka kayu ini di Kalimantan Barat mencapai Rp10.000 per liter. Ini bisa jadi alternatif ekonomi daripada membakar lahan yang merugikan kita semua," kata Rafles.
Baca juga: BPPT gunakan teknologi modifikasi cuaca untuk atasi karhutla di Riau
Baca juga: Kepala BNPB: TMC dan bom air tak atasi masalah karhutla

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019