Luwuk, Sulteng (ANTARA News) - Belasan aktivis lingkungan yang tergabung dalam "Kelompok Pencinta Alam (KPA) Kabupaten Banggai" di Sulawesi Tengah, hari Selasa menggelar aksi turun ke jalan dan berorasi memperingati Hari Bumi Sedunia, dengan mengajak semua pihak menyelamatkan alam.Dengan menenteng spanduk dan pamflet bertuliskan penyelamatan hutan dan air, para aktivis ini melakukan long march dengan berjalan kaki menyusuri sejumlah jalan protokol di kota Luwuk (ibukota Kabupaten Banggai), kemudian berkumpul di kawasan Tugu Adipura yang berada di tengah-tengah perlimaan jalan untuk berorasi."Kami menolak perusakan hutan secara besar-besaran apapun alasannya karena dampak negatif yang ditimbulkannya sangat besar, seperti bencana banjir, tanah longsor, badai, kekeringan, hingga penyusutan satwa endemik," kata Aswat, salah seorang tokoh pengunjuk rasa ketika berorasi. Menurut dia, selama ini banyak pihak seolah tidak peduli dengan keberlangsungan alam. Penebangan kawasan hutan secara besar-besaran dengan dalih menarik investasi, meningkatkan pendapatan negara/daerah atau membuka lapangan kerja, serta karena dorongan memenuhi kebutuhan hidup, tidak pernah berhenti. Namun, katanya, ketika terjadi musibah akibat kerusakan alam, barulah mereka beramai-ramai mengeluarkan statemen tentang pentingnya penjagan kelestarian alam. "Ya, hanya sekedar untuk cuci tangan atas kekeliruan yang dilakukan selama ini," tutur Aswat yang juga aktivis mahasiswa Universitas Tompotika (Untika) Luwuk tersebut. Pada kesempatan itu, Aswat mendesak Pemkab Banggai menghentikan proses konversi hutan untuk kepentingan perkebunan besar dan segera melakukan perbaikan atas kerusakan yang telah terjadi selama ini. Terkait dengan masih adanya pembalakan liar pada sejumlah kawasan hutan lindung di daerahnya, ia meminta jajaran pemerintah dan aparat penegak hukum setempat untuk bertindak tegas mengusut dan pemproses semua pelaku kejahatan lingkungan tersebut. Juga, lanjut dia, sudah saatnya diakhiri keterlibatan aparat dalam kegiatan perusakan kawasan hutan, serta menjauhkan diri bertindak represif terhadap rakyat yang menolak kegiatan eksploitasi hutan dengan berlindung dibalik perizinan resmi. "Mari kita membangun kebersamaan menyelamatkan alam ini yang tingkat kerusakannya sudah semakin parah, sehingga telah menimbulkan bencana di mana-mana," tuturnya. Selain menggelar orasi dan aksi bagi-bagi selebaran kepada para pengguna jalan berisi pentingnya menjaga lingkungan di kawasan Tugu Adipura, para aktivis KPA yang berasal dari Mapala Unismuh, Mapala Untika, KPA Iguana, KPA Sampah, KPA Kalpataru, dan KPA Pelangi juga menggelar aksi bersih-bersih lingkungan di Rumah Sakit Umum/RSU Luwuk. Aksi ini, menurut koordinator lapangan pengunjuk rasa, Mohammad Apriago, dimaksudkan untuk menggugah nurani karyawan dan pasien serta warga sekitar tentang pentingnya kebersihan dan kelestarian lingkungan untuk menjaga kesehatan masyarakat. "Kami ingin mengajak mereka untuk menjaga agar rumah sakit ini tetap bersih," kata Apriago. Direktur RSU Luwuk, dr Syaiful Bachri, menyampaikan terima kasih atas peransertaaktivis KPA membersihkan rumah sakit terbesar di kota Luwuk ini. Namun sayangnya, bakti sosial sekaitan peringatan Hari Bumi yang berlangsung sekitar dua jam itu tanpa diikuti satupun karyawan di rumah sakit milik pemerintah daerah tersebut.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008