Singapura (ANTARA News) - Pejabat senior Bank Pembangunan Asia (ADB), Selasa, mengatakan harga pangan tinggi saat ini akan menjadi kecenderungan jangka panjang. "Kita semua sepakat dengan fakta bahwa era pangan murah sudah berlalu," kata Direktur Jenderal Pelaksana ADB, Rajat Nag, kepada pers di Singapura. "Harga-harga sudah tinggi dalam kenyataannya, dibandingkan dengan tahun 70-an dan 80-an, dan kecenderungan itu akan terus berlanjut," katanya, seperti dilaporkan Kyodo. "Kecenderungan itu terus dalam tekanan kenaikan biaya produksi dan tanah." Ia mengatakan, dampak harga beras yang meroket di Asia, di mana beras adalah makanan pokok, adalah sangat.. sangat berbahaya. Ia mendesak para pemerintah untuk menyediakan dukungan pendapatan dan bantuan tunai langsung untuk warga miskin daripada menggunakan kontrol ekspor dan harga dalam mengatasi krisis. "Nasihat kami kepada para pemerintah adalah untuk mendukung warga miskin langsung," katanya. "Adalah tidak produktif bagi negara yang bergantung pada kontrol harga dan tindakan perdagangan untuk mengatasi krisis." ADB memandang risiko inflasi yang lebih besar terjadi di Asia dimana pembangunan perkotaan dan industri yang berlangsung cepat telah menghabiskan lahan-lahan untuk produksi pertanian, katanya. Nag juga mengatakan, negara-negara maju untuk berpikir ulang dalam kebijakannya menyediakan subsidi bagi petaninya yang menanam bibit yang digunakan sebagai tanaman bagi suplai bahan bakar nabati. "Ini mungkin waktunya untuk berpikir ulang dalam masalah bahan bakar nabati. Kami yakin bahan bakar nabati tidak "sehijau" yang kita harapkan. Subsidi jelas mendistorsi alokasi sumber daya," katanya. Pernyataan pejabat ADB itu disampaikan menjelang pertemuan pleno negara-negara anggota ADB pada pekan pertama Mei di Madrid. Puncak agenda sidang pleno ADB adalah untuk menilai bagaimana perlambatan perekonomian dunia, serta membubungnya harga energi dan pangan yang akan berdampak pada negara-negara berkembang di kawasan Asia, kata ADB. (*)

Copyright © ANTARA 2008