Singapura (ANTARA News) - Pertemuan tingkat internasional para pelaku bisnis yang membahas upaya mengembangkan sektor industri yang lebih ramah lingkungan, "B4E 2008" ("Bussiness for the Environment Global Summit 2008") resmi dibuka di Suntec Convention Center, Singapura, Selasa pagi. Konferensi yang berlangsung dua hari, 22-23 April, ini merupakan kali kedua setelah pelaksanaan kegiatan serupa pada 2007 dan juga mengambil tempat di negeri jiran Singapura. Sebagai wadah pertemuan para pebisnis utama dunia, pertemuan B4E 2008 ini membahas berbagai tantangan yang dihadapi kalangan industri dalam proses transformasi mereka ke praktik industri yang ramah lingkungan ("bisnis yang hijau"). "Sektor swasta telah bergerak, mengikuti kesepakatan Bali Road Map yang sudah dicapai di Bali akhir 2007 lalu. Sekarang adalah saatnya mempercepat pergerakan itu," kata Achim Steiner, Direktur Eksekutif UNEP (Badan Lingkungan Hidup PBB), ketika menyampaikan pidatonya pada sesi pembukaan konferensi. Achim Steiner menekankan bahwa partisipasi dunia industri terhadap pengembangan sistem ekonomi yang ramah lingkungan akan sangat signifikan dampaknya kepada pencapaian target kesepakatan pakta kerjasama baru tentang penurunan emisi global tahun 2009, dan tentu saja penting bagi upaya penciptaan rejim iklim yang baru pada tahun 2012 - setelah masa berlaku periode pertama Protokol Kyoto berakhir. Dalam dua hari konferensi, B4E akan memusatkan pembahasan pada isu ekonomi global dan dampak finansial dari pengembangan ekonomi ramah lingkungan. Beberapa pola industri yang ramah lingkungan ini antara lain efisiensi bahan baku, energi terbarukan, dan strategi-strategi baru dalam praktik bisnis terkait dengan perubahan iklim global. Para peserta konferensi akan bertukar pengalaman dalam pengembangan ekonomi ramah lingkungan, dan mencari berbagai peluang bagi peningkatan taraf kualitas produk sembari tetap menjadi yang kompetitif di bidangnya. Konferensi dihadiri oleh para pemimpin perusahaan besar dunia, antara lain dari China Mobile, IBM, Dell, Dow, Siemens, Osram, Hyflux, dan Wilmar International. Turut hadir pula dalam acara ini para pemimpin dari lembaga pendanaan, seperti Standard Chartered Bank, ABN Amro, JP Morgan, dan Bank Dunia. Kehadiran mereka terkait erat dengan isu pendanaan bagi ekonomi ramah lingkungan yang kecenderungannya akan terus berkembang pada beberapa tahun ke depan. Selain itu B4E 2008 juga dihadiri oleh Pangeran Albert II dari Monaco, Presiden Maladewa Maumoon Abdul Gayoom, mantan Perdana Menteri Swedia Goran Persson, dan mantan Perdana Menteri Yaman Abdul-Qader Ba-Jammal. Pada tahun 2007, B4E Global Summit dihadiri oleh sekitar 840 peserta dari 20 sektor industri di 38 negara. Diperkirakan konferensi tahun ini dihadiri oleh tak kurang dari 1.000 peserta dari kalangan bisnis, LSM, pemerintah, dan lembaga internasional. "Belajar dari pengalaman UN Global Compact, sebuah kerangka dunia bisnis yang mempraktikkan 10 prinsip utama seperti HAM, ramah lingkungan, dan anti-korupsi, tren industri yang mengubah diri mereka menjadi peka terhadap kepentingan lingkungan akan terus naik," kata Georg Kell, Direktur Eksekutif UN Global Compact. "Bisnis telah menunjukkan dirinya bisa bergerak lebih cepat ke arah solusi dalam hal fenomena perubahan iklim, dan semakin banyak yang bergerak menjadi pro terhadap lingkungan maka hal itu akan semakin baik buat semua pihak," kata Georg Kell dalam sambutannya di sesi pembukaan G4E 2008. Ia menyebutkan bahwa apa yang harus dilakukan sektor industri adalah transformasi yang radikal, dan membuat pemerintah mendengar seruan pengembangan ekonomi pro-lingkungan hidup. Itu sebabnya dalam rangkaian program B4E 2008 ini akan diluncurkan "Caring for Climate", sebuah kerangka kerjasama dunia industri agar mengembangkan pola produksi yang mempertimbangkan aspek lingkungan hidup. (*)
Copyright © ANTARA 2008