“Sejak 1 Agustus yang lalu kita sudah melakukan pemeriksaan kesehatan hewan kurban ke sejumlah pedagang yang ada di Jakarta Barat,” kata Plt Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Barat Wachyuni di Jakarta, Rabu.
Wachyuni menjelaskan, untuk tahapan pemeriksaan kesehatan hewan kurban dimulai dengan memeriksa surat kesehatan hewan dari daerah asal. "Misalnya hewan tersebut didatangkan dari Bogor atau Sukabumi maka terlebih dahulu surat kesehatannya ada apa tidak," katanya.
Setelah itu mulai diperiksa kesehatan hewannya. Jika ditemukan hewan yang tidak sehat maka pihaknya akan memberikan obat atau vitamin.
Baca juga: Anggota DPRD DKI dukung pengaturan pedagang hewan kurban di trotoar
Baca juga: Pemprov DKI imbau pedagang tak jual hewan kurban di trotoar
Baca juga: Kebutuhan hewan kurban DKI Jakarta naik 10 persen
Selain memeriksa kesehatan hewan kurban, pihaknya juga memeriksa umur dari hewan kurban yang dijual. Jika ditemukan hewan yang belum cukup umur, maka hewan kurban tersebut akan diberi tanda agar masyarakat tahu bahwa hewan tersebut belum mencukupi untuk dijadikan hewan kurban.
“Untuk sapi minimal sudah berusia 2 tahun, domba dan kambing sudah berusia 1 tahun,” ujarnya.
Selanjutnya setelah melakukan pemeriksaan dan dinyatakan sehat maka tempat penjualan hewan tersebut akan diberikan spanduk yang menerangkan bahwa di sini menjual hewan kurban yang sudah memenuhi syarat.
Selain itu juga diberikan stiker yang menerangkan bahwa hewan-hewan ini sudah diperiksa kesehatan.
Hingga Selasa (7/8) Sudin Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Barat sudah memeriksa 141 tempat penjualan hewan kurban di wilayah Jakarta Barat.
Dengan total hewan kurban yang sudah diperiksa sebanyak 10.527 hewan kurban, terdiri atas 3.103 sapi, 78 kerbau, 6.483 kambing dan 863 domba.
Dari hasil pemeriksaan tersebut ditemukan 14 hewan kurban yang mengalami sakit mata dan diare.
Pewarta: Nova Wahyudi
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019
