Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Senin pagi, cenderung bertahan yang mencapai Rp9.192/9.195 per dolar AS dari sebelumnya Rp9.193/9.195, karena pelaku pasar sangat hati-hati bermain di pasar. Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara, Rully Nova, di Jakarta, mengatakan ketatnya pergerakan rupiah karena ada faktor positif yang mendukung dan negatif yang menekannya. Faktor positif yang berasal dari eksternal, antara lain membaiknya pasar saham regional akibat rally bursa Wall Street yang memicu indeks Nikkei Jepang naik tajam 1,6 persen menjadi 13.678,43 atau naik 210,15 poin. Namun kenaikan itu agak tertahan oleh tingginya harga minyak mentah dunia yang mencapai 117 dolar AS per barel, sehingga mengakibatkan kebutuhan terhadap dolar AS juga tinggi, tuturnya. Menurut dia, rupiah ketika pasar dibuka sempat menguat di posisi Rp9.190 per dolar AS, namun menjelang penutupan pasar posisi itu tidak bertahan lama kembali turun hingga pada posisi Rp9.192 per dolar AS. Hal ini, karena pasar juga masih membutuhkan dolar AS untuk impor minyak mentah, meski di sisi lain investor asing juga kembali menempatkan dananya di pasar domestik, katanya. Rupiah, lanjut dia, sulit untuk bisa menguat tajam, meski faktor positif cukup besar mendukungnya seperti isu positif dari bank sentral AS (The Fed) yang berencana akan menurunkan lagi suku bunganya pada pertemuan akhir bulan ini. Posisi rupiah yang pasti masih tetap berada di bawah angka Rp9.200 per dolar AS yang kemungkinan besar akan bisa menguat lagi mencapai Rp9.150 per dolar AS, ucapnya. Ia mengatakan, rupiah memang berada dalam kisaran yang sempit, karena dolar AS di pasar regional juga menguat terpicu oleh merosotnya pendapatan perusahaan raksasa AS, Citigroup yang juga akan melakukan pengurangan pegawai. Dolar AS terhadap yen naik 0,2 persen menjadi 103,93, euro stabil terhadap dolar AS pada 1,5815, dan euro terhadap yen menjadi 164,32. Rupiah, menurut dia, pada penutupan sore nanti masih berada dalam kisaran sempit dalam kondisi yang cenderung naik antara dua hingga tiga poin. Peluang rupiah untuk menguat cukup besar, namun agak tertahan oleh kenaikan harga minyak mentah dunia, sehingga pelaku hati-hati untuk masuk pasar lebih jauh, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008