Roma (ANTARA News) - Negara-negara produsen minyak telah menolak seruan untuk menaikkan produksi di tengah-tengah harga tinggi, yakni lima kali lebih tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pejabat Menteri Perminyakan Kuwait mengatakan, Minggu, pasokan dan permintaan bukanlah faktor-faktor penyebab melonjaknya harga minyak mentah, yang mencapai rekor tinggi baru pekan lalu. Harga minyak pada posisi tinggi di atas 117 dolar per barel di New York, menyusul serangan pada jaringan pipa minyak di Nigeria, negara produsen terbesar di Afrika. "Tingkat cadangan tidak berpengaruh pada harga di pasar dunia," kata Mohammad al-Olaim, di sela-sela forum energi di Roma yang dihadiri oleh negara-negara produsen minyak, berbagai perusahaan dan juga negara-negara konsumen. "Fundamental tersebut juga tidak berpengaruh pada pasar," katanya, seperti dilaporkan AFP "Jika diperlukan kenaikan produksi," para menteri OPEC, di mana Kuwait menjadi salah satu anggota, "akan membuat suatu keputusan," tambahnya. Sementara itu, Presiden Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Chakib Khelil mengatakan belum perlunya dilakukan kenaikan produksi minyak (output). Ia mengatakan bahwa OPEC "belum perlu menaikkan produksi dalam waktu dekat," katanya. Sedangkan Sekjen OPEC, Abdullah al-Badri, menyatakan Sabtu lalu bahwa para menteri dari negara-negara anggota OPEC belum perlu mengadakan pertemuan di sela-sela forum energi Roma, meskipun harga terus melonjak. Khelil mengatakan bahwa penurunan nilai tukar dolar AS telah mendorong harga minyak. "Pada saat dolar melemah satu persen, harga minyak mentah per barel naik dengan empat dolar," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008