Ini sungguh kerugian yang sangat besar bagi kami selaku pengelola kawasan wisata hutan mangrove Muaragembong
Cikarang, Bekasi (ANTARA) - Sebanyak 300 ribu pohon bakau atau mangrove di pesisir utara Kabupaten Bekasi, Jawa Barat terancam mati akibat terdampak insiden tumpahan minyak di area anjungan lepas pantai Pertamina Hulu Energi di blok Offshore North West Java yang berlokasi di sekitar dua kilometer dari Pantai Utara Jawa, Kabupaten Karawang.
"Ini sungguh kerugian yang sangat besar bagi kami selaku pengelola kawasan wisata hutan mangrove Muaragembong," kata Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Alipbata, Sonaji di Cikarang, Rabu.
Jumlah pohon bakau tersebut diketahui setelah pihaknya melakukan peninjauan dan pendataan langsung ke lokasi terdampak tumpahan minyak di Pantai Muara Bungin dan Pantai Beting, Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muaragembong.
Pada 300.000 pohon itu ditemukan batang pohon dalam kondisi sobek, terkelupas, hingga melepuh terkena panas minyak sementara daunnya layu dan mengering.
"Karena malam hari air pasang sehingga daun mangrove seluruhnya terendam air laut yang telah terkontaminasi tumpahan minyak itu," katanya.
Akibat insiden itu pula, objek wisata hutan mangrove Muaragembong yang biasanya selalu ramai dikunjungi wisatawan dalam sekejap berubah menjadi sepi pengunjung.
"Kami meminta kepada pihak berwenang terkait untuk segera menyelesaikan persoalan ini. Kami sedih karena kami ikut menanamnya juga dulu, karena sebagian pohon itu atau 59.597 di antaranya merupakan sumbangan CSR perusahaan dan relawan selama empat tahun terakhir yang dipercayakan kepada kami," kata Sonaji.
Dia juga mengatakan selain berdampak pada kelangsungan hidup hutan mangrove, insiden tumpahan minyak itu juga mengakibatkan penurunan hasil tangkapan serta penjualan nelayan setempat.
"Bibit udang maupun benih ikan di tambak turut mati. Tangkapan nelayan turun 90 persen pas dijual harganya ikut anjlok karena terkena isu ikan beracun. Belum lagi kemarin ada 120 warga pesisir yang terkena penyakit gatal-gatal dan sesak napas akibat bau menyengat. Kami berharap warga yang dirugikan segera menerima kompensasi," katanya lagi.
Anggota DPRD Kabupaten Bekasi, Nyumarno meminta pihak Pertamina merealisasikan pemberian kompensasi kepada para nelayan dan petambak yang terdampak tumpahan minyak.
"Saya sudah ke Muaragembong kemarin. Setidaknya ada tiga desa yang terdampak tumpahan minyak mentah pertamina yakni Desa Pantai Bahagia, Pantai Bakti, dan Desa Pantai Sederhana," katanya.
Nyumarno, nelayan Muaragembong menyatakan tangkapan nelayan menurun drastis pascainsiden tersebut dari semula enam hingga tujuh kilogram ikan, udang, rajungan, dan cumi per hari menjadi hanya satu kilogram. Bibit ikan dan udang di tambak tepi laut juga banyak yang mati.
"Hal ini diduga disebabkan banyaknya ikan yang mati karena limbah tersebut. Di Desa Pantai Bahagia banyak benih ikan dan udang di tambak tepi laut yang ikut mati," katanya.
Nyumarno mendesak PT Pertamina segera memberikan ganti rugi kepada petani, nelayan, dan petambak di Kabupaten Bekasi juga meminta Pemerintah Kabupaten Bekasi segera mendata mereka yang terdampak.
"Kompensasi juga harus diberikan kepada warga kami, jangan hanya warga Karawang saja. Masyarakat Kabupaten Bekasi jangan hanya dibayar karena turut membersihkan limbah pertamina saja namun harus diberikan ganti rugi juga," katanya.
Diketahui tumpahan minyak Pertamina Hulu Energi di blok Offshore North West Java yang berlokasi di Pantai Utara Jawa, Kabupaten Karawang mulai memasuki perairan pesisir utara Kabupaten Bekasi sejak Minggu (21/07) lalu. Hingga kini Pertamina setiap harinya melakukan pembersihan minyak dengan merekrut tenaga kebersihan yang direkrut dari nelayan setempat.
Baca juga: DLH: tumpahan minyak mentah belum berdampak ke hutan mangrove
Baca juga: Nelayan Muaragembong Bekasi keluhkan pencemaran limbah ke RK
Baca juga: Hutan bakau Bekasi susut 1.000 hektare per tahun
Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019