Kuala Lumpur (ANTARA) - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau Jokowi dijadwalkan akan melakukan kunjungan resmi ke Kuala Lumpur, Malaysia, pada 9 Agustus 2019.
Kunjungan presiden asal Solo, Provinsi Jawa Tengah, ke Malaysia tersebut merupakan kunjungan resmi yang kedua kali selama periode pertama pemerintahannya.
Lawatan pertama dilakukan ke Sarawak pada 22 November 2018 ketika Perdana Menteri Malaysia masih dijabat Datuk Seri Najib Tun Razak dari pemerintahan koalisi Barisan Nasional.
Sedangkan saat ini pemerintahan Malaysia dipegang Pakatan Harapan di bawah pimpinan Tun Dr Mahathir Mohamad.
Presiden yang terpilih kembali untuk periode kedua ini dijadwalkan akan bertemu dengan Mahathir di Kantor Perdana Menteri Malaysia Putrajaya.
Pada 24 Februari 2019 lalu Presiden Jokowi sebenarnya telah dijadwalkan menghadiri "Pesta Rakyat 2019" di Gedung Dewan Tun Razak I PWTC Kuala Lumpur.
KBRI Kuala Lumpur sudah siap-siap menghubungi komunitas masyarakat Indonesia yang ada di Semenanjung Malaysia (wilayah Malaysia di luar Sabah - Sarawak), bahkan gedung sudah disewa dan flyer pengumuman juga sudah disiarkan ke publik.
Namun mendadak kunjungan tersebut dibatalkan tanpa ada penjelasan resmi mengenai penyebab pembatalannya.
Informasi yang beredar konon rencana kunjungan tersebut ramai dipergunjingkan netizen di sosial media karena dinilai sebagai ajang kampanye Pilpres 2019, apalagi ada ajakan dari pendukung pasangan 01 tersebut untuk hadir beramai-ramai di PWTC.
Menyambut kunjungan kali ini, Duta Besar RI di Malaysia Rusdi Kirana telah berinisiatif mengundang 15 reporter dari sejumlah media di Malaysia untuk melakukan kunjungan ke Jakarta pada 1-3 Agustus 2019 guna mewawancarai Presiden Jokowi.
Undangan tersebut spontan disampaikan Rusdi Kirana dalam media gathering di KBRI (24/7) setelah seorang wartawan senior Malaysia menanyakan tentang Manado.
Rusdi memiliki usaha Lion Hotel & Plaza di Manado dan maskapainya Lion Air Group mempunyai rute ke kota di Sulawesi Utara tersebut.
Jadilah 15 orang dari sejumlah media dengan didampingi staf lokal KBRI Kuala Lumpur berkunjung ke Jakarta.
Namun agenda wawancara dengan presiden tersebut tidak terlaksana karena surat permohonan wawancara terlalu pendek waktunya dan mesti ditandatangani Menlu terlebih dahulu, sedangkan waktu itu Menlu Retno Marsudi mengikuti pertemuan Menlu ASEAN di Bangkok.
“Saya minta maaf karena surat permohonan wawancara harus ditandatangani Menlu lebih dahulu. Selain itu pemeriksaan daftar pertanyaan juga perlu waktu,” kata Rusdi Kirana.
Rombongan media akhirnya hanya bisa berkunjung ke kantor PWI di Jalan Kebon Sirih yang diterima Ketua Dewan Kehormatan PWI Ilham Bintang dan Ketua Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia - Indonesia (ISWAMI) Asro Kamal Rokan.
Setelah itu dilanjutkan mengunjungi kantor pusat Lion Air Group di Balaraja Tangerang dan pusat simulator Lion Air di Bandara Soekarno Hatta.
Kendati tidak berhasil mewawancarai rombongan media mengaku mendapat banyak manfaat karena bisa bertukar pengalaman dengan media di Indonesia dan melihat industri penerbangan di tanah air.
"Pertemuan ini membuka pandangan kita bagaimana susahnya untuk membangun industri penerbangan yang kita tahu cuma keberangkatan dan kedatangan saja. Pertemuan dengan ISWAMI dan PWI amat menakjubkan dengan cerita-cerita orang lama untuk wartawan baru seperti saya," ujar Metra Syahril dari Utusan Malaysia.
Mengukuhkan Hubungan
Dihadapan media Malaysia di lantai 8 Lion Tower, Duta Besar Rusdi Kirana mengatakan Presiden ketujuh Indonesia tersebut mempunyai hubungan sangat dekat dengan Perdana Menteri Malaysia, Tun Dr Mahathir Mohamad.
Sehingga pastinya kunjungan Presiden Jokowi akan membawa agenda untuk mengukuhkan lagi hubungan kedua negara dalam lawatan resminya tersebut.
"Pak Jokowi sangat menghormati Pak Mahathir, ketika (Tun Mahathir) mau dilantik (sebagai Perdana Menteri Malaysia pada 10 Mei 2018), Pak Jokowi menjadi pemimpin (negara luar) pertama yang mengucapkan selamat,” katanya.
Kemudian ketika Mahathir mengadakan lawatan resmi ke Indonesia pada Juni 2018 Jokowi menyambut langsung kedatangan Mahathir di Bandara Soekarno - Hatta.
Dalam pandangan salah satu orang terkaya di Indonesia tersebut sambutan tersebut menunjukkan kedekatan Jokowi dan Mahathir.
Selain itu menurut Rusdi, Presiden Jokowi amat mengagumi kepemimpinan dan pengalaman pemimpin berusia 94 tahun tersebut.
Rusdi yakin Jokowi akan memfokuskan kerjasama yang lebih erat bersama Malaysia demi kepentingan dan kemakmuran bersama dalam periode keduanya.
Indonesia dan Malaysia perlu bekerjasama agar sama-sama menjadi negara maju apalagi Malaysia dan Indonesia merupakan serumpun, dan dalam berkolaborasi "dua tangan lebih baik dari pada satu tangan".
Kerjasama dan usulan yang bisa dilakukan seperti membangun proyek mobil bersama atau ASEAN Car, menjaga kepentingan serta diversifikasi produk sawit seperti biodiesel dan kerjasama baru dalam proyek ekonomi yang perlu diberikan penekanan dan perspektif baru.
"Saya juga seorang pengusaha (Pendiri Lion Air Group), pastinya saya mau Malaysia dan Indonesia melaksanakan proyek-proyek ekonomi bersama,” katanya.
Malaysia dan Indonesia adalah produsen getah terbesar dunia tetapi negara-negara ini mendirikan industri pembuatan asembling ban pesawat terbang yang diperlukan maskapai dan belum fokus membangun industri biodisel untuk pesawat.
"Kami terpaksa membawa ke negara lain untuk asembling ban pesawat terbang," katanya.
Sudah waktunya kedua negara mengetepikan persaingan di antara mereka dan mengabaikan hal-hal sepele. Sebaliknya, dua negara bertetangga ini perlu memfokuskan usaha menjadi negara maju.
Aneka Persoalan
Kehadiran Presiden Jokowi kali ini bersamaan dengan Program Pemulangan Pekerja Asing Tanpa Identitas (PATI) Ke Negara Asal atau "Back For Good", per 1 Agustus 2019 yang salah satu sasarannya adalah para pekerja tidak resmi dari tanah air.
Kemudian juga kedatangan asap atau jerebu dari pembakaran hutan atau ladang sawit di Sumatera yang masuk ke Malaysia.
"'Syabas' (lakukan dengan baik) perusahaan Malaysia di Sumatera dan perusahaan Indonesia juga, selain petani yang memberikan asap yang buruk pagi ini," ujar wartawan senior Malaysia Tan Sri Johan Jaffaar saat melihat debu sepanjang perjalanan ke Muar, Johor Bahru.
Rusdi Kirana juga mempunyai anggapan yang sama agar Indonesia dan Malaysia sama-sama membantu menanganinya.
"Hal berkaitan jerebu misalnya, janganlah marah Indonesia, kan kami sedang ditimpa musibah, hutan kami terbakar, kami pun mengalami jerebu, jerebu juga ke Malaysia, makanya, sama-samalah membantu kami tangani kebakaran hutan," katanya.
Dalam menyambut pemulangan PATI ke tanah air, persoalan keimigrasian masih dihadapi sejumlah TKI seperti jangka waktu pembuatan Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) yang hanya dua bulan, sementara Imigrasi Malaysia dan agen tiket pesawat hanya bisa melayani masa SPLP yang melebihi empat bulan.
Program "Back For Good" yang dibuka hingga 30 Desember 2019 kali ini lebih lunak persyaratannya seperti biaya hanya RM700 per orang, memiliki dokumen perjalanan pulang, memiliki tiket pulang yang masih berlaku dan langsung diurus di 13 kantor Imigrasi.
Sedangkan untuk kerjasama sektor perdagangan, Malaysia masih menjadi negara utama tujuan ekspor Indonesia di urutan ke enam sementara dalam lingkup ASEAN, Malaysia menduduki urutan ke dua dalam daftar negara mitra dagang.
Kedua negara sudah melakukan kerja sama melalui CPOPC (Council of Palm Oil Producing Countries), bahkan kedua Menteri Perekonomian baru-baru ini melakukan pertemuan di Kuala Lumpur, namun kedua negara masih sama-sama menganggap masing-masing melakukan dumping harga kelapa sawit.
Untuk sektor pariwisata, Kementrian Pariwisata Indonesia menargetkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara untuk pasar Malaysia sejumlah 2,9 juta wisatawan. Pada periode Januari - Mei 2019, jumlah wisatawan asal Malaysia yang berkunjung ke Indonesia sebanyak 1.308.813 orang.
Baca juga: Presiden Jokowi akan berkunjung ke Malaysia, Singapura pekan ini
Baca juga: Minggu ini berkunjung ke Malaysia, Jokowi minta Karhutla diselesaikan
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019