Fredrick yang turun di nomor lompat tinggi galah senior memiliki kesempatan untuk melompati mistar 5,32 meter atau lebih tinggi 0,02 dari Rekornas.
Kesempatan itu tidak dimaksimalkan Fredrick dan harus selesai di lompatan 5,20 meter. Meski gagal mencetak rekor, ia tetap berhak mendapatkan medali emas bagi DKI Jakarta di nomor lompat galah senior.
Ia berhasil mengungguli rekannya saat di SEA Games 2017 lalu, Teuku Tegar Abadi (5,00 meter) dan di tempat ketiga, diraih Dedi Irawan dengan tinggi lompatan 4,90 meter.
Menurut Fredrick, lompatan 5,32 meter merupakan pengalaman pertama yang dirasakan. Selama Pelatnas maupun bertanding, catatan terbaiknya sebelum Kejurnas Atletik 2019 hanya 5,00 meter.
Faktor stamina yang sudah terkuras juga dianggap menjadi salah satu faktor ia sulit untuk memecahkan rekor nasional.
"Saya latihan hanya di 5,20 meter, 5,10 meter, ga pernah 5,32. Karena dimulai dari siang, kurang daya tahan, kurang speed juga, kurang pengalaman juga di 5,32. Capek juga karena banyak peserta," katanya.
Selain itu tidak memiliki tongkat galah yang mendukung untuk ketinggian 5,10 meter lebih, membuat atlet kesulitan untuk terus mencapai titik tinggi mistar galah.
"Kalau kita lebih tinggi mencoba perlu galah yang lebih tinggi lagi. Karena mistar 5,30 dipotong sama box kedalaman 10 cm, sedangkan galah yang saya pakai 4,75 meter, mestinya pakai galah 5,10 meter," katanya.
Baca juga: Jawa Timur sapu bersih medali emas estafet 4x400 meter
Baca juga: Idan Fauzan sumbang emas bagi Jabar di lompat galah
Baca juga: Tujuh Rekornas tercipta hingga hari kelima Kejurnas Atletik
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2019