Semarang (ANTARA News) - Mantan Ketua MPR dan Menteri Penerangan Orde Baru, Harmoko, memiliki resistensi tinggi bila kembali terjun ke gelanggang politik, meskipun secara riil ada segmen masyarakat yang mendukungnya. Menurut analis politik Universitas Diponegoro Semarang, Dr. Adi Nugroho, Minggu, Harmoko akan menghadapi penolakan dari masyarakat perkotaan terdidik yang di masa lalu menghendaki pergantian kekuasaan yang dikendalikan Presiden Soeharto. Kelompok-kelompok tersebut yang saat ini mendominasi kursi DPR dan DPRD, kata Adi, tentu masih ingat bagaimana Harmoko yang dulu begitu dekat dengan Pak Harto, di saat kekuasaan rezim Orba di ujung tanduk, berbalik menuntut orang terkuat di Indonesia saat itu turun dari tampuk kekuasaan. Secara politik berbaliknya dukungan merupakan hal lazim, apalagi tekanan dari masyarakat agar Presiden Soeharto lengser demikian kuat, namun dari sisi etika politik, katanya, sikap Harmoko mencerminkan bahwa ia hanya mencari selamat. Karena itu, menurut Adi, Harmoko yang pada 19 April 2008 mendeklarasikan Partai Kerakyatan Nasional (PKN) itu nyaris tidak memiliki peluang untuk maju ke Pilpres 2009, kendati kesempatan untuk menjadi anggota DPR bisa saja diraih, bila PKN kelak bisa meraih suara meyakinkan dalam Pemilu 2009. Ketika ditanyakan apakah Harmoko masih memiliki nilai jual di zaman sekarang, Adi mengingatkan bahwa masyarakat sekarang demikian terfragmentasi dan memiliki persepsi beragam atas kinerja pemerintahan pasca-Orba. "Masyarakat sekarang terfragmentasi (terkotak-kotak, red.) dalam politik, tetapi saya kira sebagian kecil masyarakat sipil tetap ada yang mengapresiasi kembalinya Harmoko ke panggung politik," katanya. Ketika menjadi Menteri Penerangan, Harmoko merupakan salah seorang pejabat tinggi negara yang rajin turun ke bawah, termasuk menemui petani melalui program Kelompencapir. Harmoko kala itu juga sangat populer karena hampir setiap hari muncul di TVRI. Akan tetapi, kata Adi, kelompok masyarakat yang mengapresiasi kembalinya Harmoko ke panggung politik sangat kecil, apalagi saat ini wacana munculnya pemimpin muda yang cerdas dan berintegritas terus mengemuka. Pemimpin muda ini diberi tanggung jawab besar untuk menyelesaikan berbagai masalah pelik yang mendera bangsa ini sejak 10 tahun lalu. Menurut analisis Adi, kembalinya Harmoko ke panggung politik didorong keinginannya untuk ikut memperbaiki kondisi bangsa ini, seperti halnya tokoh generasi tua yang saat ini juga ramai-ramai terjun ke politik untuk meraih kekuasaan yang terbuka bagi siapa saja.(*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008