"Mendatangkan rektor asing bukan solusi untuk peningkatan ranking universitas. Tidak terlalu mendesak kalau menurut saya, karena mengelola pendidikan memerlukan niat baik,," ujar Ketua Tim Advokasi ADI, Prof Faisal Santiago, dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan merekrut rektor asing akan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Ditambah lagi, kemungkinan besar rektor asing akan membawa gerbong paling tidak 10 hingga 20 orang.
Rektor yang diperlukan disamping sebagai seorang akademisi yang mengerti dan paham mengenai pendidikan dan pengembangannya, juga diperlukan orang yang mempunyai jiwa kepemimpinan dan ditunjang oleh keahlian manajemen yang tinggi.
"Juga ditunjang dengan jiwa kewirausahaan dan juga teknologi. Mencari rektor yg seperti ini memang tidak mudah, tapi mengimpor rektor asing bukan jalan keluar," ujarnya.
Dia menambahkan apakah rektor asing bisa menjalankan tali komando manajemen kalau masih sumber daya manusia di kampus masih orang yang sama.
Dia juga menjelaskan bahwa sudah menjadi rahasia umum rektor yang ada khususnya Perguruan Tinggi Negeri (PTN) kental campur tangan pemerintah dan itu yang menghambat sebagian kinerja rektor menjadi tidak maksimal.
"Serahkan rektor kepada anak bangsa tapi dengan cara yang jujur, saya yakin kampus akan menjadi perguruan tinggi kelas dunia."
Sekjen DPP ADI, Amirsyah Tambunan, mengatakan perekrutan rektor asing akan membuat perguruan tinggi jadi "gamang" dalam menjalankan otonomi kampus.
Amirsyah menyarankan agar ada diskusi lebih lanjut mengenai wacana rektor asing tersebut.
Baca juga: Wapres: Pendidik asing jangan langsung menjabat rektor
Baca juga: Rektor dalam negeri mampu berkompetisi
Baca juga: Puan sebut rektor asing demi perbaikan universitas
Pewarta: Indriani
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019