Jakarta (ANTARA News) - Partai ganda campuran antara unggulan pertama asal Indonesia Nova Widianto/Lilyana Natsir melawan pasangan China Xie Zhongbo/Zhang Yawen bisa jadi adalah salah satu ajang paling ditunggu di Kejuaraan Asia.Paling tidak kedua negara asal dua pasangan tersebut berharap-harap cemas menunggu hasil pertandingan perempatfinal yang digelar di Bandaraya Stadium, Johor Baru, Malaysia, Jumat (18/4) petang itu.Apa yang membuat pertandingan pada turnamen kelas Grand Prix Gold itu menjadi sangat istimewa? Tentu saja karena kejuaraan tersebut adalah turnamen besar terakhir yang menyediakan poin bagi pebulutangkis-pebulutangkis Asia untuk lolos ke Olimpiade Beijing. Dan keberadaan dua ganda campuran terbaik Indonesia, Nova/Lilyana dan Flandy Limpele/Vita Marissa di Johor membawa misi penting, menjegal China agar tidak meloloskan tiga pasangan campuran ke Olimpiade. Sejauh ini dua ganda campuran China sudah dipastikan mendapat tiket ke Olimpiade yang akan digelar 8-24 Agustus melalui pasangan peringkat dua dunia Zheng Bo/Gao Ling dan ranking tiga He Hanbin/Yu Yang. Tuan rumah Olimpiade itu masih berpeluang memasukkan satu lagi ganda campuran, pasangan Xie Zhongbo/Zhang Yawen yang saat ini menduduki peringkat lima dunia, jika pasangan tersebut naik ke peringkat empat menggeser posisi Flandy/Vita. Aturan BWF (Federasi Bulutangkis Dunia) menyebutkan bahwa satu negara berhak mengirim tiga pemain/pasangan ke Olimpiade jika ketiganya berada di peringkat 1-4 dunia. Didukung hasil undian pertandingan yang menguntungkan Indonesia, karena Zhongbo/Yawen sudah harus bertemu unggulan pertama di perempatfinal, sedangkan langkah Flandy/Vita mulus hingga semifinal tanpa menemui satu pun unggulan, membuat misi tersebut berjalan sesuai harapan. Unggulan kedua Zheng Bo/Gao Ling yang diprediksi dapat mempersulit Flandy/Vita di semifinal, secara mengejutkan tersingkir di putaran pertama, begitu pula unggulan ketujuh asal Korea Han Sang Hoon/Hwang Yu Mi. Misi itu hampir dipastikan berhasil manakala pasangan juara dunia Nova/Lilyana berhasil menyisihkan Zhongbo/Yawen, meskipun harus melalui perjuangan keras selama lebih dari satu jam untuk membukukan kemenangan 21-18, 18-21, 21-15. Di lain pihak, pasangan Flandy Limpele/Vita Marissa melaju ke semifinal dengan kemenangan atas pasangan Singapura Hendri Kurniawan Saputra/Li Yujia 21-8, 21-12. Peringkat Baru Kekalahan bagi pasangan China itu bersamaan dengan keberhasilan Flandy/Vita, sebenarnya sudah menjadi indikasi bahwa misi sudah behasil untuk menghadang China agar tidak meloloskan tiga ganda campuran ke Olimpiade. Namun kepastiannya masih harus menunggu daftar peringkat yang akan dikeluarkan pada 1 Mei, setelah kualifikasi Olimpiade berakhir pada 30 April. Salah seorang pelatih Indonesia yang mendampingi para pemain di Johor, Aryono Miranat mengatakan, China sudah dipastikan tidak menambah pasangan campuran di Olimpiade. Namun manajer tim Indonesia, Lius Pongoh belum berani memastikannya. "Harus melihat daftar peringkat yang baru nanti," katanya. China sendiri tampaknya telah menyadari kegagalan tersebut. Laporan dalam situs resmi Asosiasi Bulutangkis China (CBA) mengatakan, hasil tersebut mengandung arti bahwa ganda campuran mereka sudah tidak mungkin meraih tiga tiket ke Olimpiade. "Setelah kalah dalam pertandingan tersebut, Zhongbo/Yawen sudah tidak bisa mengungguli pasangan Flandy/Vita ke urutan keempat dunia," tulis laporan tersebut. Namun laporan itu juga menyebutkan bahwa meski tidak bisa meloloskan tiga pasangan dari empat peringkat teratas, bukan berarti pasangan Zhongbo/Yawen sudah tidak berpeluang berlaga di Beijing. Menurut aturan BWF, satu negara yang pemainnya berada pada peringkat 1-16 berhak mengirim dua pemain/pasangan. Itu berarti, China masih bisa memilih dua di antara tiga pasangan Zheng Bo/Gao Ling, Yu Yang/He Hanbin dan Xie Zhongbo/Zhang Yawen untuk berlaga di Olimpiade Beijing. Namun apapun keputusan yang akan diambil Negeri Tirai Bambu itu, peluang mereka untuk meraih jumlah maksimal untuk ganda campuran sudah hampir mustahil.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008