"Kualitas udara memburuk, harus digiatkan dengan energi baru terbarukan, untuk kurangi polusi, salah satunya ya PLTN itu," kata Kurtubi di Gedung DPR, Jakarta, Selasa.
Menurutnya, dengan kemajuan teknologi saat ini, keamanan dari PLTN sudah teruji sejak kejadian di Chernobyl dan di Jepang.
Ia menjelaskan dengan adanya PLTN maka percepatan energi baru terbarukan untuk menggantikan energi fosil akan cepat tercapai.
Kualitas udara Ibu Kota Jakarta pada Minggu pagi (4/8) berdasarkan pantauan di situs AirVisual.com berstatus tidak sehat, bahkan terburuk kedua di dunia setelah Dubai.
Jakarta tetap menempati posisi kedua sebagai kota yang memiliki kualitas udara terburuk di dunia dengan US Air Quality Index (AQI) atau indeks kualitas udara di angka 152 atau setara parameter PM2.5 dengan konsentrasi polutan 57.5 µg/m³.
Posisi pertama untuk kualitas udara terburuk di dunia diisi oleh Dubai yang terletak di Uni Emirat Arab dengan indeks kualitas udara 158 dengan status udara tidak sehat setara dengan parameter PM 2.5 69.5 µg/m³.
Kolkata di India dan Lahore di Pakistan secara berturut-turut menempati posisi ketiga dan keempat untuk kualitas udara terburuk di dunia dengan status tidak sehat untuk kelompok sensitif dengan AQI 149 dan 134.
Terakhir untuk kualitas udara terburuk di dunia pada posisi kelima diisi oleh Astana di Kazakhstan dengan nilai indeks kualitas udara 122 atau setara PM2.5 dengan konsentrasi polutan 41 µg/m³.
Baca juga: BATAN: PLTN bisa bantu ketahanan dan keamanan pasokan energi
Baca juga: PLTN untuk kurangi polusi dukung energi kendaraan listrik dibutuhkan
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019