Jakarta (ANTARA News) - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan, Indonesia membutuhkan strategi pangan nasional, selain strategi pertanian nasional sehingga harga komoditas global yang tengah kencang-kencangnya ini bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Staf Ahli Bappenas bidang Revitalisasi Pedesaan, Pertanian dan Pemberdayaan Masyarakat Deddy M. Maskur Riady di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa strategi pangan nasional ini harus melibatkan banyak pihak karena selain menyangkut masalah zonasi lahan tanaman pangan, hal itu juga menyangkut pembiayaan program pengadaan lahan, benih, pupuk, hingga pemasaran tanaman pangan tersebut.
"Begitu juga kalau kita mau menggunakan teknologi rekayasa genetika untuk menghasilkan tanaman pangan, seperti tanaman hibrida, hendaknya hal itu jangan membuat masalah baru, yaitu ketergantungan karena biasanya bibit hibrida itu didapatkan dari luar. Kalau kita mau mengembangkan itu, kita harus betul-betul bertumpu pada kemauan sendiri," katanya.
Dia menambahkan, strategi pangan nasional hendaknya juga mengatur tentang diversifikasi bahan pangan, sehingga tidak ada ketergantungan pada satu jenis bahan makanan.
"Kalau di Gorontalo, bisa juga dengan jagung. Jadi tidak melulu soal beras," katanya.
Dia mengatakan, tingginya harga pangan dunia seharusnya bisa dimanfaatkan Indonesia yang secara historis merupakan negara agraris, namun untuk memproduksi bahan makanan pangan dibutuhkan waktu yang tidak singkat.
"Lebih banyak yang tertarik memproduksi bahan makanan non pangan atau mengalihkan bahan makanan pangan untuk bioenergi," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008