Tokyo (ANTARA) - Kurs yuan China di pasar luar negeri jatuh ke level terendah sepanjang masa pada perdagangan Selasa pagi, setelah pemerintah Trump menyebut Beijing sebagai manipulator mata uang, menandai peningkatan tajam dalam perang perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia.
Langkah ini juga mendorong dolar AS turun terhadap yen dan euro sementara saham berjangka AS jatuh di tengah kekhawatiran konflik perdagangan dengan China akan merusak pertumbuhan ekonomi AS serta keuntungan perusahaan.
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin (5/8/2019) bahwa pemerintah telah menentukan bahwa China memanipulasi mata uangnya dan bahwa Washington akan terlibat dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk menghilangkan persaingan tidak adil dari Beijing.
Tindakan AS itu terjadi setelah China membiarkan yuan melemah melewati level kunci tujuh per dolar pada Senin (5/8/2019) untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, menyusul keputusan Trump untuk mengenakan tarif tambahan 10 persen pada 300 miliar dolar AS impor dari China, mengakhiri gencatan senjata perdagangan selama sebulan.
"Trump telah menghantam China dengan banyak tarif, kami tidak yakin apa lagi yang bisa ia lakukan sekarang karena ia menyatakan China manipulator mata uang," kata Takuya Kanda, manajer umum penelitian di Gaitame.Com Research Institute di Tokyo.
“Perang dagang telah memasuki fase baru dan kami sangat tidak yakin apa yang akan terjadi selanjutnya. Ketidakpastian jenis ini akan membuat yuan lemah dan dolar melemah terhadap yen. "
Yuan di luar negeri jatuh ke 7,1265 per dolar AS, terendah sepanjang masa.
Dolar AS turun 0,3 persen terhadap yen Jepang menjadi 105,61. Greenback sebelumnya merosot ke 105,51 yen, terendah sejak kejatuhan pada Januari yang mengguncang pasar mata uang.
Euro naik 0,3 persen terhadap dolar AS menjadi 1,1238, level terkuat sejak 19 Juli.
Baca juga: Buntut pelemahan yuan, AS nilai China manipulasi mata uang
Baca juga: Dolar AS melemah tajam imbas meningkatnya kekhawatiran perdagangan
Baca juga: Bank sentral: China yakin menjaga yuan stabil
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019