Samarinda (ANTARA News) - RSUD AW Sjahranie Samarinda, Kaltim, merawat seorang anak berusia 10 tahun yang memiliki kelainan prilaku, yakni terbiasa memakan tanah dan dedaunan, sehingga mengalami kurang gizi, dan diduga lama tinggal di hutan di Kalimantan Tengah. Anak wanita yang diberi nama Kasih itu, sejak Rabu, 16 April 2008, kata Kahumas RSUD AW. Sjahranie, dr. Nurliana Adriati Noor, menjalani perawatan intensif di ruang Melati, di bawah pengawasan dokter spesialis anak dan ahli gizi. "Anak itu dibawa oleh seorang staf rumah sakit yang menemukannya di sebuah yayasan sosial. Karena kondisinya, sangat kurus dan terdapat gambaran menderita gizi buruk, staf rumah sakit tersebut meminta yayasan membawanya ke rumah sakit," kata Nurliana di Samarinda, Jumat. Dijelaskannya, Kasih yang memiliki tinggi 120 centimeter dengan berat badan hanya 14 kilogram, memiliki prilaku tak responsif respon terhadap orang lain dan lingkungan. "Idealnya, anak seusia dia (Kasih, red) berat badannya 25 hingga 30 kilogram. Komunikasi terhadap lingkungan juga berbeda dengan anak seusianya," imbuhnya. "Hasil pemeriksaan laboratorium dan radiologi, tidak ditemukan adanya kelainan organ dalam tubuhnya, walaupun menurut keterangan yayasan yang merawat Kasih, selama ini anak itu hanya mengkonsumsi tanah dan daun," katanya. Kasih yang didampingi dua staf Yayasan JAM (Joint Adulam Ministry) terlihat merespon dengan cara 'meringkuk' atau menyilangkan tangan di kedua dagunya, layaknya orang kedinginan sambil menggeretakkan giginya ketika wartawan mengambil gambarnya. "Dia (Kasih, red) hanya bisa mendengar bunyi, tetapi tidak mampu berbicara. Respon seperti itu, menggambarkan rasa senang dan malu," kata staf JAM, Ita, yang mengaku mendampingi Kasih selama tiga bulan. Hampir seluruh tubuh Kasih terlihat dipenuhi panu. Kata Ita, anak itu ditemukan Ketua Yayasan JAM, Yohan Ruben D, dalam hutan di Kalimantan Tengah Kalteng). "Motorik gerak dan komunikasinya, walaupun hanya melalui gerakan tangan sudah mengalami perubahan. Saat pertama kali dibawa ke yayasan, Kasih sama sekali tidak bisa berkomunikasi layaknya manusia, dan hanya makan tanah dan daun-daunan," ujar Ita. Sementara itu, staf JAM lainnya, Yusuf, menjelaskan Kasih merupakan satu dari 103 orang yang menjalani terapi di Yayasan JAM. Namun, kondisi anak wanita berusia 10 tahun tersebut berbeda dengan pasien lainnya. "Saat pertama kali datang ke yayasan, Kasih sering memunguti daun yang jatuh kemudian memakannya atau menggali tanah lalu memakannya. Saat pertama kali diberi nasi, Kasih langsung mencret dan sampai saat ini dia belum mau minum susu," ujar Yusuf. Ketua Yayasan JAM, Yohan Ruben D, ditemui Kamis sore mengatakan Kasih diserahkan warga sebuah desa di Kalimantan Tengah sejak tahun 2006 silam. "Dia ditemukan warga terkurung di sebuah pondok lalu dibawa ke yayasan kami (JAM, red) di Kalteng. Kondisinya sangat memprihatinkan saat pertama kali kami rawat, namun saat ini sudah ada perubahan, baik prilaku maupun komunikasinya dengan orang lain. Sampai saat ini, kami belum tahu siapa orang tua anak itu," kata Yohan. Dikatakan Ketua Yayasan JAM itu, Kasih sempat beberapa kali menjalani perawatan di puskesmas dan rumah sakit akibat mengalami penurunan kondisi tubuh. "Anak itu seolah tidak mengenal lingkungan layaknya manusia normal. Dia terus kami rangsang untuk berinteraksi dengan orang lain, walaupun kondisi tubuhnya sering mengalami drop (turun, red) . Kondisi itu kemungkinan akibat perubahan pola makan, karena sebelumnya dia hanya mengkonsumsi tanah dan daun," ungkap Yohan. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008