Jayapura (ANTARA News) - Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar yang duduk di Komisi I, Hajriyanto Thohari mengatakan kekalahan beruntun kader Partai Golkar dalam Pilkada Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Sumatera Utara bukan lonceng kematian bagi partai berlambang pohon beringin itu."Kekalahan ini memang sangat pahit dan merupakan pukulan yang amat telak bagi pimpinan Partai Golkar sekarang ini. Kekalahan politik ini memang harus disesalkan, tetapi tidak perlu diratapi secara berlebihan, apalagi dipolitisasi," kata Thohari kepada ANTARA News di Jayapura, Kamis.Thohari menjelaskan hal tersebut terkait adanya pihak-pihak yang meminta Ketua Umum DPP Partai Golkar, Jusuf Kalla bertanggungjawab dan mundur karena kegagalan pada tiga Pilkada itu. Menurut Sekretaris Fraksi Partai Golkar di MPR RI, kekalahan di Pilkada itu justru harus dihadapi dengan melakukan introspeksi dan koreksi, "Iya, introspeksi dan koreksi itu harus dilakukan segera, terutama strategi maupun taktik politik yang digunakan selama ini dalam menghadapi agenda politik seperti Pilkada Gubernur atau Pilkada Bupati dan Walikota," ungkapnya. Menurutnya, koreksi itu harus dilakukan secara mendasar dan total, terutama mengkoreksi paradigma politik Partai Golkar dalam memandang pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota secara langsung. Selama ini, menurutnya, Partai Golkar terlalu yakin, bahwa ada paralelisme antara hasil Pemilu Legislatif dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). "Pandangan ini jelas `misleading`. Di bawah alam sadar, pimpinan Partai Golkar masih ada pandangan, bahkan keyakinan, bahwa di daerah-daerah yang Golkar menang, maka calon dari Golkar pasti akan menang juga. Padahal Pemilu Presiden (Pilpres) 2004 sudah memberikan pelajaran yang sangat jelas dan terang benderang," ungkapnya. Kedua, koreksi dilakukan terhadap cara dan mekanisme penentuan calon gubernur atau bupati dan walikota. "Dalam hal ini, Golkar harus melakukan rekrutmen dan seleksi secara obyektif dan demokratis dengan melibatkan partisipasi rakyat secara memadai. Gokar juga tidak harus malu kalau memang tidak memiliki calon internal dan struktural yang layak jual," katanya. Ketiga, Partai Golkar harus melakukan koreksi mental, dengan mengubah mentalitas `rumongso biso` (merasa bisa, merasa laku, atau `GR` alias `gegeden rumangsa`) dan mengubahnya menjadi `bisa rumangsa` (bisa merasa dan tahu diri). Thohari juga mengatakan pimpinan PG di semua jajaran, terutama Dewan Pimpinan Pusat (DPP), terlebih lagi yang selama ini sering berbicara atas nama partai, harus mengubah kesukaan bicara muluk-muluk.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008