Singapura (ANTARA News) - Harga minyak tetap berada pada posisi mendekati rekor tinggi di perdagangan Asia, Kamis, dipicu oleh menurunnya cadangan energi Amerika Serikat dan juga melemahnya dolar, sehingga menarik bagi para investor untuk membidik berbagai komoditi yang memiliki harga tinggi, para analis menyatakan.
Kontrak utama berjangka New York minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Mei, lebih rendah hanya 10 sen pada posisi 114,83 dolar per barel setelah ditutup pada rekor 114,93 dolar di bursa komoditas New York Mercantile Exchange (NYMEX), Rabu.
Dalam perdagangan elektronik setelah sesi Rabu, harga menembus 115 dolar per barel untuk pertama kalinya dan mencapai rekor tinggi baru 115,21 dolar per barel.
Minyak mentah Laut Utara Brent untuk pengiriman Juni enam sen lebih tinggi pada posisi 112,72 dolar, dari penutupan 112,66 dolar Rabu di London.
Minyak mentah Brent di London kenaikannya bahkan lebih tinggi dalam beberapa jam perdagangan, di mana berada pada puncaknya 112,83 dolar.
Kontrak berjangka juga mencapai rekor tinggi Selasa, di tengah mencuatnya kekhawatiran pasar seputar ketatnya pasokan.
Kekhawatiran tersebut ditunjukkan, Rabu, dalam laporan mingguan Departemen Energi Amerika Serikat (DoE) yang menunjukkan bahwa cadangan energi Amerika Serikat anjlok dalam pekan yang berakhir 11 April lalu.
Dolar AS pada Kamis pagi diperdagangkan pada posisi 1,5936 euro setelah menurun menjadi 1,5979 euro pada Rabu, menyusul laporan ekonomi pemerintah Amerika Serikat yang menambah rintangan terhadap penurunan tingkat suku bunga.
Cadangan minyak mentah AS merosot 2,3 juta barel pekan lalu dibanding dengan konsensus penurunan para analis sebesar 1,8 juta barel. (*)
Copyright © ANTARA 2008