Jakarta (ANTARA News) - Bagi dokter dan novelis Nova Riyanti Yusuf (30), inspirasi menulis bisa datang dari berbagai hal dimanapun ia berada, bahkan ketika berada di balik pintu kamar jaga malam dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Inspirasi itu dituangkan Riyanti menjadi puluhan esai dengan pendekatan populer yang dirangkum dalam buku terbarunya "Stranger Than Fiction". Buku ini diluncurkan di Jakarta, Rabu malam, dikemas dalam sebuah diskusi menghadirkan pembicara Budiman Sujatmiko, Garin Nugroho, Goenawan Mohamad, dan Sandiaga S Uno. "Buku ini adalah kumpulan esai kedua saya, isinya tentang realitas sosial dengan sedikit ulasan dari sudut pandang psikiatri. Sebagian besar ceritanya saya tulis di RSCM ketika sedang sepi pasien," ujar Nova dalam wawancara usai peluncuran buku. Esai dalam buku "Stranger Than Fiction" merupakan kumpulan tulisan Nova yang pernah dimuat di majalah "Djakarta" dan Koran Tempo. Awalnya terdapat 25 tulisan yang dikumpulkan Riyanti, setelah melalui proses penyuntingan terkumpul sebanyak 16 esai yang akhirnya dibukukan. Perempuan yang tengah menempuh program pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di FKUI ini mengungkapkan topik yang diangkat dalam esainya sebagian besar tentang politik, lingkungan hidup, social sickness, cinta, dan keluarga. "Gaya penuturan cerita dalam buku ini menggunakan bahasa anak muda yang "gaul" sehingga dapat dibaca dan dinikmati semua generasi," ujar editor "Stranger Than Fiction", Mirna Yulistianti. Mirna mengatakan judul buku tersebut dipilih dari beberapa judul yang ada di dalam buku setebal 96 halaman itu. "Stranger Than Fiction" dianggap sangat pas menggambarkan Nova yang telah lama terkenal sebagai novelis. "Realita kadang memang lebih aneh dibandingkan fiksi," kata Riyanti, menambahkan. Buku terbitan Gramedia Pustaka Utama ini merupakan karya Riyanti ke-9, setelah sebelumnya ia menerbitkan karya diantaranya novel "Mahadewa Mahadewi" dan "Imipramine", serta beberapa novel adaptasi "30 Hari Mencari Cinta", "Betina", "Garasi", dan "Garasi". Kini Riyanti terus mengasah kemampuannya menulis di antara kesibukan sebagai pengurus DPP Partai Demokrat, pendiri Metafora Institute, dan menyelesaikan studi Pendidikan Doktor Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa di FKUI.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008