Dili (ANTARA News) - Timor Leste, Rabu meningkatkan keamanan dan poster-poster raksasa selamat datang Presiden Jose Ramos Horta dipasang di rute ke rumahnya menjelang kedatangannya dua bulan setelah ia nyaris tewas dalam satu usaha pembunuhan.Pemenang hadiah perdamaian Nobel yang berusia 58 tahun, terbang ke Kota Darwin, Australia untuk menjalani perawatan medis setelah ia ditembak dan luka parah di rumahnya di Dili pada 11 Februari, akan pulang, Kamis.Pejuang kemerdekaan itu, yang selalu mengelak pengawalan keamanan yang ketat, mengatakan ia akan pulang ke kediamannya di pinggiran kota Dili kendatipun para pejabat keamanan menganjurkan ia pindah ke tempat yang lebih aman. "Polisi di Timor Leste akan bekerjasama dengan tentara Timor Leste dan Pasukan Stabilisasi Internasional untuk membantu keamanan bagi presiden itu sepanjang waktu di kediamannya, selama dalam perjalanan dan di kantor," kata Juan Carlos Arevelo , deputi kepala Polisi PBB. "Kami memiliki satu konvoi yang lengkap untuk melindungi presiden dengan bantuan dan partisipasi semua unsur keamanan di negara itu." Poster-poster yang mengatakan "Mr Presiden, Timor mendoakan dan menunggu anda" di pasang di rute dari bandara sampai ke rumahnya di bagian timor Dili dan dekat sebuah daerah panti turis yang dikenal sebagai Pasir Putih . Ramos Horta hampir tewas ketika ia ditembak dua kali oleh pria-pria bersenjata yang setia pada pemimpin pemberontak Alfredo Reinado melancarkan serangan-serangan subuh terhadap presiden itu dan PM Xanana Gusmao, Februari lalu. Ramos Horta mengemukakan kepada stasiun televisi CNN ia merindukan hari-hari di mana ia dapat bergaul dengan rakyatnya tanpa memikirkan tentang keamanan. "Pada waktu-waktu lain , saya akan meninggalkan penjagaan keamanan dan rombongan saya dan naik sebuah minibus pulang ke kota. Seperti halnya negara-negara berkembang lainnya, minibus-minibus kami biasanya memuat dengan 20-30 penumpang . Mereka akan kaget dan senang melihat saya dalam bus dan duduk bersama mereka," katanya kepada CNN. Timor Leste memperoleh kemerdekaan penuh dari Indonesia tahun 2002 setelah referendum yang disponsori PBB tahun 1999. Sebagai sebuah negara termuda Asia, Timor Leste tidak bisa stabil sejak kemerdekaannya, kendatipun sumber-sumber minyak dan gas, Tentara Timor Leste terbelah dua berdasarkan garis-garis daerah tahun 2006, di mana sekitar 600 tentara dipecat, yang menimbulkan aksi kekerasan antar faksi yang menewaskan 37 orang dan sekitar 150.000 orang mengungsi, banyak diantara mereka masih tinggal di kamp-kamp pengungsi. Lebih dari 2.500 tentara asing dan polisi tetap di negara itu untuk membantu pasukan keamanan lokal menjaga stabilitas, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008