Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden (Wapres), M. Jusuf Kalla, mengatakan bahwa pertumbuhan perbankan syariah Indonesia masih rendah dengan salah satu indikasi belum banyak masyarakat yang memanfaatkannya."Belum banyak masyarakat yang memanfaatkan bank syariah, yakni baru dua hingga tiga persen," katanya, saat memberikan pengarahan pada acara pembukaan Semiloka Mahasiswa dan Kongres ke-7 Forum Mahasiswa Syariah se-Indonesia (Formasi) di Istana Wapres, Jakarta, Rabu.Ia mengatakan, pangsa pasar untuk pertumbuhan bank syariah di Indonesia cukup besar namun petumbuhannya masih sangat kecil. Padahal, lanjut Wapres, investasi di sektor perbankan syariah dapat menjadi alternatif pendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Menurut Wapres, untuk meningkatkan pertumbuhan harus ada kepercayaan yang kuat antara bank dan nasabah. "Jika bank untung atau rugi, maka dia harus memberikan hak nasabahnya sesuai kondisi yang dihadapi saat itu. Demikian juga nasabah, harus seratus persen percaya pada bank untuk menyimpan keuangannya," kata Kalla.Selain kepercayaan yang tinggi antara kedua pihak, perlu ada pemahaman yang benar dan mendalam tentang ekonomi atau perbankan syariah, sehingga pelaksanaannya benar-benar dapat memberikan keadilan dan kemaslahatan umat.Keadilan penting pula ditegakkan dalam pelaksanaan ekonomi syariah, mengingat kekayaan yang dimiliki adalah titipan Allah SWT."Namun, keadilan itu masih sangat sulit ditegakkan. Lihatlah, negara yang paling kaya di dunia adalah negara-negara Islam, karena sumber-sumber minyaknya, seperti Qatar, Kuwait. Tetapi, negara yang paling miskin juga Islam, seperti Bangladesh, Somalia dan sebagainya," katanya.Jika berpegang teguh pada syariah, Wapres mengemukakan, maka seharusnya ada tranfers dana dari kegiatan ekonomi dari negara-negara kaya kepada negara-negara miskin."Namun, kenyataannya justru negara-negara miskin itu memberikan `dana`nya kepada negara-negara kaya untuk membeli minyak mentah dunia yang kini harganya makin tinggi," ujar Wapres.Hasil penjualan minyak mentah dunia, yang kini harganya berkisar 114 dolar AS per barel, justru digunakan untuk membeli senjata dan kemewahan, tambah Jusuf Kalla. Pemerintah menetapkan, peningkatan pangsa pasar bank syariah 1,7 persen dari total aset bank konvensional menjadi 5 persen pada akhir 2008. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008