Mataram (ANTARA) - Suradipa The Journey dalam penampilannya di Taman Budaya Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (3/8) malam, membuka mata akan kayanya folksong di Bumi Lombok.
Pengertian folksong sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yakni, nyanyian atau lagu rakyat yang menyebar melalui pendengar secara turun-temurun.
Nah itulah pesan yang hendak disampaikan oleh musisi jazz kelahiran Lombok, melalui penampilannya bersama "And the Ganks" malam itu.
Mengapa tidak?, musik jazz yang selama ini dikenal hanya segelintir orang "berdasi" saja, ternyata bisa pula memainkan dan memperkenalkan aransemen lagu daerah.
Yakni, lagu daerah asalnya yang dikenal dengan nama Suku Sasak. Makna lagu-lagunya benar-benar sarat akan filosofi.
Seperti lagu, "Musim Mataq" atau musim panen. Bait-baitnya: Lamun ne dateng musim mateq, bebejangan pade begirasan, terune kende dedare.
Artinya ketika musim panen tiba para remaja berkumpul. Maknanya dari tembang itu riang gembiranya para remaja menikmati musim panen.
Eits, jangan lupa juga folksong itu diiringi pula petikan dawai gitar Suradipa jebolan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang ciamik.
Sehingga membuat audiens di auditorium Taman Budaya NTB terhipnotis. Suradipa tidak sendirian dia ditemani bassis Yuga, perkusi oleh Agus dan Sahru pada suling.
Folksong lainnya yang menarik didengar, "Kadal Nongak". Kadal nongaq leq kesambiq
Benang kataq setakilan
Aduh dende..Mun cempake siq kembang sandat Saq sengake jari sahabat.
Lagu Kadal Nongak bentuk syair nasihat yang sering kali diberikan untuk menjadi didikan terhadap anak-anak.
"Kami bertemu satu atmosfer belum genap 2 minggu atau masih seumur jagung menjadi sebuah grup tapi akan terus eksplore sebuah kekayaan NTB," katanya.
Meski singkat terbentuknya The Journey Suradipa, tapi telah membukakan mata akan kayanya folksong dari Suku Sasak.
Di lagu instrumen "Travel", Suradipa dengan memainkan gitar akustiknya bersama perkusi memberi ketenangan jiwa. Ketenangan yang diceritakan kembali setelah melewati pengalaman perjalanan panjangnya.
Perjalanan panjang yang dibayar untuk mengangkat lagu daerah Suku Sasak yang dinyanyikan turun temurun.
"Instrumen titel travel menggambarkan sebuah perjalanan entah sampai atau tidak perjalanannya, selamat menikmati," katanya.
Baca juga: 7 tahun rehat, JakJazz guncang lagi negeri dengan revolusi teknologi
Baca juga: Puncak Jazz Festival 2020 ajang musik dunia angkat kearifan lokal
Baca juga: Kolaborasi Syaharani dan Craig Burton di Berlin, Jerman
Baca juga: Alberto Marsico Trio pukau penonton Borneo Jazz Festival 2019
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019