Survei ini untuk memastikan, daerah mana saja yang perlu dilakukan hujan buatan, dan memenuhi kriteria atau tidak, kata Agung Budiono Abadi kepada Antara di Kupang, Minggu, terkait rencana hujan buatan.
"Rencana hujan buatan itu masih mau proses survei, daerah mana saja yang perlu hujan buatan, dan memenuhi kriteria atau tidak," kata Agung.
Menurut dia, ada sejumlah kriteria yang harus dipenuhi, antara lain kondisi awan dan cuaca, arah kecepatan angin dan suhu udara di wilayah itu mendukung.
Dia menambahkan, hujan buatan atau dikenal dengan sebutan modifikasi cuaca dengan cara menembak awan yang tebal.
"Kami pernah melakukan hujan buatan di Makasar. Jadi ada awan rendah, awan menengah dan awan tinggi. Kalau tidak ada awan, apa yang mau ditembak," katanya menjelaskan.
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk menciptakan hujan buatan di beberapa provinsi akan dimulai. Operasi di kawasan yang mengalami kekeringan tersebut dijadwalkan berlangsung sampai akhir September.
"Tapi, tetap ada kemungkinan bisa sampai November," kata Plh. Kapusdatin dan Humas BNPB Agus Wibowo di Jakarta, (22/7).
Operasi tersebut melibatkan beberapa instansi. TNI akan menyediakan pesawat untuk melakukan persemaian awan dan mengangkut logistik serta personel.
Dan Badan Pengkajian dan Penerapata Teknologi (BPPT) menyediakan peralatan dan bahan baku semai. Sementara BMKG bakal menjadi radar untuk mendeteksi awan potensial dan target sasaran TMC. Adapun BNPB akan menjadi koordinator dalam operasi ini. *
Baca juga: BPBD: Karhulta di Aceh Barat hanya bisa dipadamkan dengan hujan buatan
Baca juga: Ketua Komisi D DPRD DKI minta Anies pertimbangkan solusi hujan buatan
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019