Jakarta (ANTARA News) - Indonesia berpotensi menerbitkan obligasi global berdenominasi selain dolar AS, yaitu euro dan yen Jepang, mengingat dolar AS tengah mengalami depresiasi terhadap mata uang utama dunia dan pembagian risiko nilai tukar. "Bahkan sekarang cadangan devisa kita yang hampir semuanya dolar AS akan mengalami penyusutan nilai nominalnya," kata Sekretaris Meneg PPN/Bappenas, Syahrial Loetan, di Jakarta, Selasa. Dijelaskannya, pada masa lalu Indonesia pernah berencana memiliki obligasi internasional berdenominasi ketiga mata uang tersebut, agar risiko nilai tukar bisa terbagi. "Namun karena perekonomian AS itu menyangkut 40 persen perekonomian global, maka obligasi global kita masih terpaku pada dolar AS," jelasnya. Meskipun demikian, tambahnya, ekonomi Eropa dan Jepang yang semakin terbuka membuat penerbitan obligasi global berdenominasi euro dan yen menjadi pilihan yang patut dipertimbangkan Departemen Keuangan. "Kesempatannya besar, tinggal persiapannya," katanya. Persiapan yang dimaksud, tambahnya, antara lain seperti pasar yang berminat terhadap obligasi berdenominasi tersebut, kebutuhan pembiayaan APBNP 2008, serta pasar obligasi internasional itu sendiri. Sebelumnya, Kepala Badan Pengawas Pasar Modal/Lembaga Keuangan (Bapepam/LK), Fuad Rahmany mengatakan, kondisi ekonomi Indonesia sangat "sustainable", bahkan dengan defisit 2,1 persen dari PDB (sekitar Rp97 triliun), karena Indonesia memiliki Surat Berharga Negara (SBN), baik domestik maupun internasional, yang mampu menutupi defisit tersebut. "Indonesia baru menerbitkan Obligasi Internasional berdenominasi dolar AS, apalagi kalau berdenominasi euro atau yen Jepang," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008