Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Selasa pagi, turun empat poin menjadi Rp9.194/9.199 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.190/9.197, karena pelaku pasar membeli dolar AS.
"Pembelian dolar AS itu, terjadi setelah sejumlah perbankan menyatakan kekhawatiran atas krisis keuangan global yang akan dirasakan mulai pertengahan tahun ini," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta.
Namun Bank Indonesia (BI) sendiri merasa optimis perbankan domestik akan mampu mengatasi gejolak krisis keuangan global yang diperkirakan akan semakin meningkat, apalagi melihat Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) rata-rata mencapai 19 persen di atas patokan BI delapan persen.
Dikatakannya, rupiah sepanjang pekan lalu sampai saat ini berada dalam level yang aman di bawah angka Rp9.200 per dolar AS, dengan aktifnya BI mengawal mata uang lokal.
BI tetap menjaga rupiah agar berada dalam posisi yang stabil, ujarnya.
Rupiah, lanjut dia, kemungkinan masih tetap berada dalam kisaran sempit antara Rp9.200 sampai Rp9.220 per dolar AS, karena pelaku pasar hati-hati untuk bermain di pasar.
Pelaku pasar sedang menunggu data indikator AS dan kuartal pertama 2008 dari lembaga keungan AS, ucapnya.
Akibatnya, menurut dia, aktivitas pasar kurang ramai, sehingga jual beli terhadap kedua mata uang berada dalam kisaran yang tidak melebar, meski rupiah cenderung tertekan.
Dolar AS sendiri di pasar regional juga agak melemah, akibat kekhawatiran pelaku bahwa kasus subprime mortgage (krisis perumahan di AS) akan berlanjut, katanya.
Dolar AS terhadap yen turun menjadi 101,09 dan euro stabil terhadap dolar AS pada 1,5825.
Ia mengatakan, pasar juga menunggu pertemuan bank sentral AS (The Fed) yang berencana akan menurunkan lagi suku bunga Fed fund.
Apabila The Fed jadi menurunkan suku bunganya maka diperkirakan akan memberikan sentimen positif terhadap mata uang Indonesia, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008