Jakarta (ANTARA News) - Kemenangan calon presiden dari Partai Demokrat dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) dapat membawa perubahan dalam pola hubungan antara Indonesia dan AS dilihat dari sudut persepsi dan substantif, kata pengamat politik Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar, di Jakarta, Senin. "Ditinjau dari sudut persepsi, kemenangan calon presiden Partai Demokrat atau Partai Republik akan memberi kesan berbeda," kata Dewi kepada ANTARA, seusai forum diskusi terbuka tentang Perspektif mengenai Pemilihan AS 2008" yang diselenggarakan Masyarakat AS-Indonesia (Usindo) dan the Habibie Center. Forum tersebut yang dihadiri sejumlah mantan diplomat, termasuk mantan Dubes RI untuk AS Arifin Siregar, mengundang John Towriss, mantan wakil kepala biro CNN dan direktur Liputan Berita di Washington DC, sebagai pembicara. Menurut Dewi, Partai Demokrat agaknya tak terlalu bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan Partai Republik, misalnya sebagai pemrakarsa perang terhadap terorisme. "Jika calon presiden Partai Demokrat menang, persepsi masyarakat Indonesia terhadap AS juga cenderung positif dan lebih mudah memaafkan atas kebijakan-kebijakan yang dilakukan Partai Republik sebelumnya," katanya. Ia lebih jauh mengatakan jika senator asal Illinois Barack Obama, yang pernah tinggal di Indonesia ketika masih kanak-kanak, menang dalam pemilihan presiden, masyarakat Indonesia akan sangat terkesan karena antara lain kandidat dari kaum minoritas mampu menjadi orang nomor satu di negara adidaya itu. Namun, katanya, secara substantif Partai Demokrat lebih bersikap proteksionis dan tak selalu pro perdagangan bebas, berbeda dari Partai Republik yang konservatif. Jika memerintah, Partai Demokrat memiliki kecenderungan memberlakukan pembatasan-pembatasan atas masuknya barang-barang dari luar negeri, seperti Indonesia, China dan negara-negara Asia lainnya yang memandang negara itu sebagai pasar terbesar bagi barang-barang mereka. "Indonesia jangan terlalu naif kalau Obama berkuasa," ujarnya. Dewi, yang juga sebagai direktur program dan riset the Habibie Center, mengatakan bahwa kawasan Asia Tenggara dengan penduduk mencapai 500 juta jiwa belum menjadi perhatian utama para calon presiden dari dua partai tersebut. "Mereka masih menjadikan Irak sebagai isu utama. Irak jadi isu domestik bukan internasional karena banyak anak muda AS yang dikirim ke Irak untuk bertempur dan jumlah mereka yang tewas cukup banyak," ujarnya. Hillary vs Obama Sementara John Towriss memprsentasikan peluang dua calon presiden dari Partai Demokrat yakni senator Barack Obama dan senator asal New York yang juga mantan ibu negara AS, Hillary Rodham Clinton, dan satu lagi dari Partai Republik yakni John McCain. "Masing-masing calon tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Tapi pada dasarnya para pemilih ingin ada perubahan setelah Presiden George W. Bush lengser," ujar Towriss. Ia pun merasa sulit untuk memberikan jawaban jelas ketika ditanya siapa di antara ketiga tokoh yang cocok menjadi presiden yang ideal untuk Amerika Serikat setelah masa kekuasaan Presiden Bush berakhir Januari nanti. Saat ini di Partai Demokrat, senator Barack Obama dan senator Hillary Rodham Clinton, merupakan dua calon dari Partai Demokrat yang akan memperebutkan tiket dari partai tersebut untuk bertarung dalam Pemilu Presiden AS bulan November. Kedua kandidat masih bersaing ketat untuk mendapatkan dukungan melalui serangkaian pemungutan suara yang dilakukan di berbagai negara bagian, baik dengan melibatkan warga yang telah terdaftar sebagai pemilih Demokrat maupun mereka yang independen. Partai Republik sendiri saat ini telah memiliki calon untuk menghadapi Obama atau Hillary pada November nanti, yaitu John McCain. Hasil jajak pendapat menunjukkan dukungan yang diberikan oleh para pemilih Demokrat masih lebih banyak diperoleh Obama dibandingkan Hillary. Hasil jajak pendapat yang diumumkan New York Times/CBS News Poll baru-baru ini juga menjabarkan perkiraan persaingan antara Obama dan Hillary masing-masing melawan John McCain, senator dari negara bagian Arizona. Menurut hasil jajak pendapat tersebut, Obama mendominasi dukungan atas McCain, dengan catatan 47 persen berbanding 42 persen. Persentase tersebut juga merupakan penurunan dari bulan Februari yaitu 58:38. Sementara Hillary, juga digambarkan masih memimpin perolehan dukungan responden, yaitu 48:43 persen. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008