Mekkah (ANTARA) - Bagi Retno Murniati salah satu perawat jiwa di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daerah Kerja Mekkah, pekerjaannya adalah bagian dari ibadah, maka tak heran ketulusan hatinya tercermin dalam melayani pasien.

Perawat yang sehari-hari bertugas di RSJ Grhasia Yogyakarta itu, saat ini ditugaskan untuk memperkuat tim kesehatan di ruang perawatan psikiatri KKHI Mekkah untuk melayani jamaah haji yang sakit di ruang perawatan psikiatri.

Perawatan terhadap jamaah haji Indonesia pun dianggapnya menjadi bagian dari ibadahnya yang tak terkira hingga bagi perawat sejak 1998 itu jadi patokan bagi kemaburan haji seorang petugas sebagaimana dirinya. “Bagi saya, tugasku adalah ibadahku,” katanya.

Rasa empati makin mendalam tatkala merawat pasien jamaah haji Indonesia yang biasanya seorang lansia yang mengalami dimensia dan banyak dari mereka yang hanya bisa berkomunikasi dalam bahasa daerah.

Ia pun sebagai perawat jiwa kemudian punya strategi khusus agar dapat tetap bisa berkomunikasi dengan pasiennya.

“Betapapun kami tidak bisa memahami bahasa mereka, kami berusaha tetap berkomunikasi ditambah dengan sentuhan tangan. Dan ditambah dengan pendekatan dan bahasa isyarat,” katanya.

Sentuhan dan komunikasi yang disampaikan dengan keikhlasan kata Retno kerap kali menjadi bahasa yang sangat efektif sehingga dapat dipahami oleh pasien jamaah Indonesia.

Maka melihat jamaah yang dirawatnya kemudian bisa tersenyum sudah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Retno.

Ia menyadari bahwa perhatian yang tulus menjadi kunci utama dalam pelayanan kepada jamaah di ruang ranap psikiatri yang mengalami gangguan kejiwaan karena berbagai hal.

KKHI Mekkah

Retno di KKHI bertugas di Ruang Rawat Inap Psikiatri bersama delapan rekan perawat jiwa lainnya yang biasa bertugas di berbagai rumah sakit jiwa di Indonesia.

Retno bersyukur karena meskipun baru dipersatukan, tim tersebut sangat kompak dalam memberikan pelayanan. “Kami bisa saling mengisi dan mensupport satu sama lain demi satu tujuan haji sehat haji mabrur,” katanya.

Menurut dia, hal lain yang harus diperhatikan bagi jamaah haji yang mengalami dimensia selain pengobatan dan perawatan yang optimal juga dari sisi asupan gizi dan mengkondisikan suasana ruang rawat seperti suasana rumah.

“Dan kami semua mengganggap semua pasien adalah keluarga kami, seperti nenek, kakek, orang tua, keluarga kami sendiri,” katanya.

Maka wajar jika ruang rawat psikiatri yang terletak di lantai 5 KKHI di Mekkah begitu terasa kehangatannya, kerap terdengar interaksi antara perawat dan pasien layaknya dalam keluarga sesama saudara.

“Pasien sering kami ajak interaksi, sering kami ajak keluar kamar perawatan. Sekadar muter ruang perawatan, berbincang-bincang, dan bersosialisasi dengan pasien lain, juga makan bersama. Hal itu juga terutama untuk membantu mengorientasikan jemaah haji yang dimensia,” katanya.

Tak berhenti sampai di situ, ia bersama rekan-rekan sejawatnya kerap mengingatkan kepada pasiennya untuk beribadah bahkan membimbing mereka untuk senantiasa berdzikir dan bertalbiyah.

“Saat waktu shalat tiba pun kami mengingatkan bahkan mengajak pasien untuk shalat berjamaah. Sebisa mungkin jamaah haji yang dirawat juga bisa beribadah shalat dan untuk menunjang kegiatan keperawatan kami pun saat ini terfasilitasi dengan adanya audio yang ada di ruang perawatan psikiatri sebagai salah satu inovasi kami sehingga suasana ruang psikiatri akan lebih terasa hangat,” katanya.

Jamaah dimensia

Retno bersama timnya menghabiskan sebagian besar waktunya untuk merawat pasien yang seringkali datang karena menderita dimensia.

Dimensia merupakan sekumpulan gejala terjadinya gangguan fungsi kognitif antara lain menurunnya daya ingat, kemampuan berpikir sehingga pasien sering lupa akan dirinya, siapa dirinya, dimana ia berada, dan hal-hal lain. Hal itu Bisa diawali dengan adanya pemicu faktor kurangnya cairan tubuh juga kelelahan serta situasi, hingga perbedaan cuaca yang cukup panas.

Retno mengatakan dalam merawat jamaah haji yang mengalami dimensia, ia dan timnya tetap mengedepankan rasa aman dan nyaman agar bisa dirasakan pasien.

Penanggung Jawab Keperawaran KKHI Mekkah Ns Nasrul Mangngirate pun senantiasa mendukung suasana di rawat inap psikiatri agar selalu bisa menghadirkan kehangatan bagi pasien. Menurut dia, pendekatan, komunikasi, serta perhatian petugas membuat jamaah haji yang mengalami dimensia bisa kembali tersenyum.

“Kami pun melihat beberapa inovasi telah dilakukan di ruang perawatan psikiatri, salah satunya adanya terapi musik juga peningkatan kognitif pasien,” katanya.

Sebagai tim mereka memiliki slogan PPIH sHar'i (sigap handal amanah responsif dan inovatif) yang menjadi pedoman dalam melaksanakan tugas.

KKHI Mekkah selama musim haji melayani pasien yang menderita depresi, stres, ataupun gangguan kejiwaan lantaran shock culture dan kaget dengan perbedaan suhu yang ekstrem di Tanah Suci.

Tantangan menjadi semakin besar manakala prevalensi pasien yang mengalami gangguan kejiwaan di Indonesia semakin tinggi atau mencapai 1 banding 5 dari populasi umum.

Dari tahun-tahun sebelumnya, dua masalah umum yang kerap kali dialami jamaah saat berhaji adalah demensia dan delirium.

Terlebih karena sebagian besar jamaah haji Indonesia sudah berusia di atas 60 tahun sehingga risiko mengalami dua gangguan jiwa tersebut semakin tinggi.

Baca juga: Mewaspadai fenomena demensia pada jamaah haji

Baca juga: Ahli: minimental tes bisa petakan tingkat demensia jamaah haji

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019