Surabaya (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), Senin, memasang enam pipa cerobong setinggi empat meter dengan diameter enam inci di gorong-gorong Jalan Raya Porong untuk menetralisasi konsentrasi gas metana yang sudah lebih dari 100 persen di dalam gorong-gorong. Humas BPLS, Ahmad Zulkarnain ditemui di Sidoarjo, mengatakan, dengan dipasangnya pipa cerobong diharapkan pula bisa mengurangi polusi udara di lingkungan warga. Namun upaya ini bersifat sementara karena tidak menutup kemungkinan ada perubahan penanganan jika upaya ini dinilai tidak efektif. "Sebelumnya, BPLS telah memasang beberapa pipa saja di gorong-gorong, dan sejak itu konsentrasi gas menurun. Jika semula kandungan gas lebih dari 100 persen, kini sudah turun menjadi 70 persen. Untuk itu kini kami memasang pipa cerobong lagi," katanya. Ia menambahkan, langkah ini akan tetap efektif dilakukan jika kadar Low Explosive Limit (LEL) turun signifikan. Kini LEL masih 40 persen, akan dinilai turun signifikan jika kadar LEL sudah turun sampai 30 persen. Sebelumnya, pengukuran dari tim pemantau gas Fergaco, LEL atau gas mudah terbakar jenis metana di gorong-gorong sekitar semburan sudah melebihi 100 persen dalam radius 25 meter. Ini artinya, gorong-gorong itu sudah berbahaya dan sangat mudah terbakar jika tersulut api. Metana merupakan gas yang sangat mudah terbakar. Kandungan metana 5-15 persen di udara sudah cukup untuk menimbulkan ledakan jika ada api. Namun jika dihirup tidak beracun, karena gas tersebut tidak ditemukan kandungan racun Hydrogen Sulfide (H2S). Meski demikian, metana bisa menyebabkan orang mati lemas karena gas itu mengurangi konsentrasi oksigen yang dihirup manusia. Sejak itu, BPLS terus berencana meminimalisasikan risiko tejadinya kebakaran, mengingat gorong-gorong berada di pinggir Jalan Raya Porong, tepatnya di Desa Siring Barat. Salah satunya, memasang pita pengaman di sekitar muara gorong-gorong yang terhubung dengan sebuah kali kecil. Selain itu, BPLS juga membuat ventilasi dengan membuka tutup gorong-gorong, agar gas dapat keluar dan tidak terkonsentrasi dalam jumlah besar. Meski kondisi dua pompa di tanggul titik 35 rusak, namun masih diniai aman oleh BPLS. Menurut BPLS, tidak beroperasinya dua pompa itu tidak mempengaruhi kondisi tanggul, karena sebagian lumpur mengalir ke titik 41. Sementara itu di titik 41 telah dioperasikan enam pompa untuk mengalirkan lumpur dari 10 pompa yang tersedia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008