Mumbai (ANTARA News) - Lembaga pemeringkat internasional Moody`s Investors Service mengatakan perbankan Islam di kawasan Asia Timur berkembang lambat karena itu membutuhkan lebih banyak tindakan dari para otoritas regulasi untuk memantapkan secara hukum dan kerangka kerja yang teratur jika ingin meningkat secara signifikan di kawasan tersebut. Moody`s mengatakan, di luar Malaysia yang memiliki aset industri perbankan Islam 15,4 persen dari seluruh aset sistem perbankannya, penetrasi pasar di kawasan itu agak tersendat-sendat. Dikatakannya, perbankan Islam telah mencapai penetrasi pasar yang relatif tinggi di Brunei dan pertumbuhan aset di Indonesia telah berlangsung cepat meski pangsa pasarnya masih sekitar dua persen. Jasa perbankan Islam di Filipina, Singapura dan Thailand masih kecil, katanya. Lembaga rating itu menyatakan reformasi yang dilakukan pemerintah Malaysia selama 20-30 tahun sebelumnya telah membantu pengembangan institusi dan kerangka kerja yang teratur dan legal bagi industri untuk berkembang termasuk dalam penerapan berbagai insentif, seperi pengurangan pajak. Namun demikian perbankan Islam akan membutuhkan pengelolaan yang baik terkait dengan pertumbuhannya yang cepat sambil bersaing dengan perbankan konvensional. Permasalahan itu dapat diatasi jika perbankan tidak di bawah tekanan dalam mengembangkan aset yang terlalu cepat. Moody`s juga memeringkat kekuatan keuangan bank secara rata-rata (BSFR) dari bank-bank Islam di Asia Timur masih lebih rendah dibandingkan bank konvensional karena adanya biaya-biaya terkait hukum syariah dan kurangnya skala ekonomi. Namun demikian peringkat simpanan dan utang bank-bank Islam lebih tinggi secara signifikan dibandingkan level BSFR-nya terkait dukungan dari induknya dan otoritas regulasi, kata Moody`s seperti dikutip Thomson Finansial. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008