Jakarta (ANTARA) - Bola-bola berukuran kecil dengan tekstur kenyal dan rasa manis, yang disebut boba dalam minuman brown sugar boba, kini menjadi menjadi populer dan banyak dicari di berbagai gerai minuman waralaba khas Taiwan.

Jenis minuman tersebut merupakan campuran dari susu dingin, dengan karamel gula aren, dan boba atau yang biasa disebut bubble atau tapioca pearls.

Tak cuma menyajikan minuman, beberapa gerai menghadirkan proses memasak boba dari tepung tapioka, kemudian dimasak dengan gula aren, hingga menjadi minuman manis nan menyegarkan.

Cara penyajian minuman boba itu termasuk sangat unik dan belum pernah ada di Indonesia. Tak ayal, hal itu membuat penasaran penikmat minuman boba.

"Brown Sugar Boba disini rasanya lebih empuk, soalnya dibuat langsung di tempat. Sudah kedua kalinya mengantre karena seenak itu," ujar Aurel, salah satu pembeli minuman Brown Sugar Boba.

Demi segelas minuman tersebut, Aurel dan penikmat minuman Brown Sugar Boba lainnya rela mengantri sekitar kurang lebih satu jam, dari antrean mengular ketiga dari belakang hingga menuju meja kasir.

Adapula yang penasaran dengan rasanya, seperti yang diungkapkan salah satu pengunjung bernama Ditya. Dia mengaku mengantre kurang lebih satu setengah jam untuk pemesanan.

"Karena penasaran sama rasanya, banyak lihat juga di Instagram saking hitsnya. Apalagi untuk buat boba-nya katanya enggak mudah," ujar Ditya.

Selain pengunjung yang mengantre membeli Brown Sugar Boba, turut pula pengemudi ojek daring mengantre bersama untuk mengambil pesanan Brown Sugar Boba.

"Sebenernya mau tolak pesanan karena banyak yang bilang untuk pesan saja harus antre lama, tapi yang pesan bilang sedang ngidam, ya enggak apa antre," ujar pengemudi ojek daring Nur Cholis.
Proses pembuatan bola-bola jeli boba di salah satu gerai minuman Brown Sugar Boba (ANTARA News/Devi Nindy)


Awal mula Boba

Penggunaan pugasan boba, yang kini menjadi tren dalam makanan dan minuman sebenarnya bukanlah hal yang baru.

Boba pertama kali dikenal sebagai bahan tambahan dalam minuman teh susu, yang kemudian disebut "bubble tea."

Dalan artikel "History of Bubble Tea: How Boba, Born of a Staff Competition in Taiwan, Became a Global Phenomenon" di laman web South China Morning Post (18/6), disebutkan bubble tea sudah ada sejak 1987.

Konon, Chen Shui Tang di Taichung, Taiwan menjadi rumah minum teh pertama yang memperkenalkan bubble tea. Pendirinya, Liu Han-chien, fokus menjual teh oolong berkualitas.

Namun suatu hari, Liu ingin mengubah cara orang menikmati teh dengan menaruh teh susu tradisional miliknya dalam gelas pengocok (cocktail shaker) dan es. Teh itu pada awalnya tidak terisi boba.

"Saya pikir ini semacam revolusi dalam sejarah teh [China] karena disajikan dalam keadaan dingin pada waktu itu. Orang-orang berpikir kami gila... Tetapi anak-anak muda sangat menyukainya," jelas putri Liu, Angela Liu Yen-Ling.

Baru di tahun 1987, muncul boba sebagai pugasan teh susu saat Liu menggelar kompetisi di antara stafnya untuk menciptakan menu kreatif.

Manajer rumah minum teh, Lin Hsiu-hui, sangat suka "fen yuan" atau bola tapioka untuk makanan penutup. Kemudian, Lin menambahkan makanan penutup favoritnya itu ke dalam teh susu.

"Awalnya ia tidak memberi tahu ayahku. Dia benar-benar menguji coba langsung pada beberapa pelanggan dan mereka menyukainya," ungkap Angela.

Lin bahkan menjual teh susu dengan campuran boba selama satu minggu, kemudian memberi tahu Liu bahwa ia sudah menjualnya.

Selanjutnya, mereka mencari ide untuk mengganti nama "fen yuan," yang kemudian tercipta kata "black pearl" atau mutiara hitam, merujuk pada bentuk boba.

Saat ini, boba tak hanya populer menjadi campuran minuman saja. Beberapa restoran mengadaptasi boba untuk campuran makanan mulai dari roti bakar, sushi, hingga ramen.
Campuran boba dalam karamel gula aren untuk membuat satu gelas Brown Sugar Boba (ANTARA News/Devi Nindy)


Tren Brown Sugar Boba

Menu Brown Sugar Boba dipopulerkan pada akhir 2017 oleh gerai minuman Tiger Sugar di Taichung, Taiwan. Minuman tersebut diciptakan untuk membangkitkan rasa nostalgia dari makanan penutup tradisional khas Taiwan.

Pembuatannya pun sangat sederhana. Hanya menggunakam susu dingin, dan boba yang dimasak bersama karamel gula aren. Boba dimasak bersama karamel gula aren dalam api kecil, sehingga dapat menyerap rasa "smokey" dan karamel manis, kemudian ditambahkan ke atas susu segar dingin.

Brown Sugar Boba tersebut disajikan dengan tampilan memanjakan mata, dengan garis-garis karamel seperti corak harimau, yang mencuat dari dalam cangkir minuman.

Tampilan minuman tersebut membuat para penikmatnya rela antre selama tiga jam, demi mendapat gambar corak harimau yang bagus dari minuman tersebut untuk ditampilkan ke Instagram.

Baca juga: Taiwan ajak masyarakat Indonesia coba "bubble tea" di tempat asalnya

Potensi Kegemukan

Di samping popularitas Brown Sugar Boba, ahli gizi berpendapat minuman tersebut berpotensi menyebabkan kegemukan karena mengandung lebih banyak gula yang dibutuhkan untuk tubuh.

Ilmuwan gizi dari University of Alabama at Birmingham di Amerika Serikat, Matthew Blaylock menyarankan untuk menghindari konsumsi Brown Sugar Boba secara berlebihan.

"Minuman sejenis itu tidak mengandung banyak vitamin dan mineral, jadi tidak ada manfaat buat tubuh kita. Sebab, banyak gula itu berarti banyak kalori, dan terlalu banyak kalori menyebabkan orang tambah gemuk," ujar Matthew.

Mengacu pada panduan "gizi seimbang" di Indonesia atau "myplate" di Amerika Serikat tentang pola makan yang sehat, Matthew menyebut jumlah gula yang dianjurkan untuk tubuh tidak lebih dari 50 gram per hari.

Sedangkan kandungan gula yang terdapat dalam satu gelas Brown Sugar Boba, menurut Matthew, melebihi jumlah gula yang dianjurkan untuk tubuh. Gula terdapat pada susu, boba, dan karamel gula aren yang jumlahnya tidak tertakar dengan semestinya.

Oleh karenanya, jika mengonsumsi satu gelas Brown Sugar Boba, seseorang perlu melakukan aktivitas fisik tambahan untuk membakar kalori yang ada pada minuman tersebut.

"Misalnya, jika satu gelas Brown Sugar Boba kira-kira 150-200 kalori, itu berarti seseorang perlu jalan kaki selama kurang lebih 45 menit untuk membakar kalori dalam satu gelas itu," ujar dia.



Baca juga: Benarkah bubble tea tak menyehatkan?

Baca juga: Menikmati waffle telur ala Indonesia

Baca juga: Sate lokan dan pendap sajian Lebaran Gubernur Bengkulu

Pewarta: Devi Nindy
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019