Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah berkomitmen untuk terus merevitalisasi pabrik-pabrik gula sehingga dapat beroperasi secara efisien dan memperoleh laba, dibarengi dengan inovasi, kata Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil di Bandung. "Revitalisasi bertujuan antara lain agar pabrik gula mencapai produktivitas tinggi dan rendemen tebu yang dihasilkan sebanding dengan rendemen di negara-negara penghasil gula di dunia," kata Menteri Sofyan seusai penyerahan Forum Masyarakat Gula Indonesdia (FMGI) Awards 2008 kepada tiga tokoh yang memajukan pergulaan di Indonesia dan pemangku kepentingan industri gula berprestasi. Pemerintah menyadari bahwa rendemen tebu yang dihasilkan pabrik gula relatif masih rendah, mencapai 7,5 persen. Ini berarti dari 100 kwintal tebu yang digiling menghasilkan gula seberat 7,5 kg. Sebagai perbandingan, berat tebu yang sama jika diolah di pabrik gula di Thailand akan menghasilkan 13 kg gula pasir sedangkan pabrik gula di Australia mencapai rendemen 16 persen. Rendahnya produksi gula nasional ini ditengarai karena masih digunakannya mesin-mesin yang telah berusia tua dan tertinggal secara teknologi. Mesin tersebut bahkan telah digunakan sejak masa penjajahan Belanda. Lain halnya dengan mesin di penggiling tebu di China yang sangat modern. Ampas tebu yang keluar dari mesin sangat kering dan tipis. Menteri Sofyan juga mengharapkan para petani tebu perlu diberi insentif dan bantuan teknis agar kinerja pabrik-pabrik gula dan para petani meningkat sehingga target swasembada gula tercapai. "Perlu ada inovasi di bidang pergulaan sehingga kebutuhan gula di dalam negeri dapat terpenuhi dan Indonesia mampu mengekspor gula sebagaimana kita yakin tahun depan dapat mengekspor beras," katanya. Ia menambahkan bank-bank pemerintah seperti BRI juga ditugaskan membantu menyediakan dana agar program revitalisasi berjalan dengan baik. Seusai pertemuan para administratur dan general manajer pabrik gula, Deputi Meneg BUMN Bidang Agro Agus Pakpahan mengatakan kepada wartawan bahwa Indonesia menargetkan swasembada gula pada tahun 2010-2011. Untuk konsumsi langsung, kata Agus yang juga Ketua Umum FMGI, Indonesia sebenarnya sudah mencapai swasembada gula yang mencapai 15 kilogram per tahun, melebihi China (12 kg per tahun). Program revitalisasi yang dijalankan di semua pabrik gula rata-rata mencapai 50 persen, kecuali pabrik gula di bawah PT (Pesero) Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Group yang mencapai 90 persen, kata Agus yang yang disertai antara lain Dirut PT RNI Bambang Prijono Basoeki. "Dengan program ini, produksi nasional gula diharapkan terus meningkat dan target tahun ini mencapai 2,7 juta ton," kata Agus. PT RNI memiliki anak perusahaan yang bergerak di sektor industri gula dengan total 10 pabrik gula yang berada di bawah PT PG Rajawali I, PT PG Rajawali II dan PT PG Madu Baru. "Kami menargetkan dapat memenuhi 25 persen dari produksis nasiosnal," kata Bambang Prijono Basoeki. Dikatakannya, revitalisasi oleh PT RNI dilakukan sejak 2005 di on farm dan off farm. Bambang juga mengatakan bahwa program ini berhasil menurunkan penggunaan residu sebagai bahan bakar dari 16 juta liter per tahun pada 2004 menjadi 2-3 juta liter sesuai perkiraan pada 2008. "Kami bertekad bisa mencapai produksi gula sebanyak 460.000 ton tahun ini," katanya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008
pak mentri buat apa revitalisasi kalo gula tidak terjua?
Pak mentri jangan setengah hati donk,masak sih g berani ama mentri industri dan mentri dagang...kalo demi rakyat kenapa tidak bersuara lantang?