Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, sesi sore ditutup menguat menjauhi angka Rp9.200 per dolar AS, karena sentimen positif menjelang pertemuan bank sentral AS (The Fed) yang berencana menurunkan lagi tingkat suku bunganya. Pasar masih positif terhadap pergerakan rupiah menjelang pertemuan The Fed) yang akan menurunkan suku bunga Fedfund sebesar 50 basis poin menjadi 1,75 persen," kata Analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan, rupiah pada pekan depan masih positif untuk mendekati level Rp9.100 per dolar AS, asalkan tidak ada gejolak negatif yang menekan pergerakan mata uang Indonesia itu. Faktor penghambat yang menekan rupiah terutama datang dari eksternal seperti kenaikan harga minyak mentah dunia dan merosotnya pasar saham regional akibat melemahnya bursa Wall Street, katanya. Rupiah, lanjut dia sejak dua hari lalu terus menguat, setelah hampir sebelumnya berkutet dalam kisaran sempit antara Rp9.200 per dolar AS sampai Rp9.220 per dolar. Mata uang lokal itu juga terpicu oleh melemah dolar AS terhadap yen dan euro yang memicu pelaku lokal aktif membeli rupiah di pasar domestik, ucapnya. Menurut dia, pelaku pasar juga optimis ekonomi Indonesia masih tetap tumbuh, bahkan sejumlah investor asing akan masuk ke Indonesia untuk menginvestasikan dananya terutama pada sektor agrobisnis dan pertambangan. Karena itu Indonesia dinilai merupakan pasar potensial untuk digarap lebih jauh yang memiliki berbagai sumber kekayaan alam, katanya. Apalagi, lanjut dia faktor yang menarik lainnya adalah tingkat suku bunga rupiah terhadap dolar AS semakin tinggi apabila The Fed jadi menurunkan suku bunganya. Jadi peluang BI Rate untuk turun pada bulan berikut cukup besar melihat selisih bunga antara rupiah dan dolar AS yang besar itu , katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008