"Hari ini kami spesifik membahas terkait symposia. Ini adalah pemaparan oleh para ahli dengan tujuan untuk penyerapan kemudian yang akan diimplementasikan terhadap pelayanan masyarakat khususnya di Indonesia," kata Ketua Komite Pelaksana APHC 2019 Dradjat R. Suardi di acara pembukaan APHC 2019.
Kongres APHC ini pertama kalinya di gelar di Indonesia dan Kota Surabaya dipilih menjadi tuan rumah karena kota ini disebut Kota Paliatif dan memiliki program layanan perawatan paliatif yang maju.
Acara yang diikuti oleh 24 negara dari Asia Pacific ini merupakan kongres yang membahas penanganan paliatif kepada pasien stadium akhir. Kongres ini sudah berlangsung selama 13 kali berkeliling di berbagai negara yang diikuti oleh tokoh-tokoh dunia ahli paliatif.
Selain itu, lanjut dia, kegiatan APHC yang melibatkan Masyarakat Paliatif Indonesia (MPI) dan Jaringan Perawatan Paliatif Asia Pasifik (APHN) itu diisi dengan berbagai kegiatan, seperti workshop paliatif, simposium, serta diskusi atau sharing bersama ahli paliatif.
Sementara itu, Ketua Jaringan Perawatan Paliatif Asia Pasific Cynthia kagum dengan program Surabaya pelayanan paliatif di Surabaya. Ia menjelaskan sebelumnya pelayanan paliatif ini hanya ditemukan di rumah sakit saja, namun di Surabaya mampu menghadirkan program Hospice home care (HHC).
"Bahkan di Surabaya ada Taman Paliatif atau Kota Paliatif, ini sangat mengesankan. Program semacam ini akan kami coba aplikasikan ke negara-negara lain," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyampaikan rasa terima kasih kepada seluruh pemangku kepentingan yang telah bersedia bekerja sama untuk menyelesaikan masalah bidang kesehatan, terutama di bidang paliatif.
Menurut Risma, Pemkot Surabaya telah membuat inovasi untuk memberikan kesejahteraan lebih kepada penderita kanker di antaranya adalah penyediaan makanan tambahan gratis untuk 927 pasien kanker serta layanan perawatan di rumah atau Hospice home care (HHC) yang bekerja sama dengan rumah sakit umum di Surabaya.
Sedangkan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kanker, Risma terus meningkatkan kualitas lingkungan di kotanya. Upaya yang dilakukan yakni meningkatkan kualitas udara, menanam pohon dan memperbanyak ruang terbuka hijau (RTH).
"Kemudian membangun lebih dari 450 taman meningkatkan sistem drainase dan kualitas sanitasi, terutama di daerah padat penduduk. Itu bertujuan untuk mengurangi dampak kerusakan lapisan ozon di bumi," katanya.
Baca juga: Taman Ngagel Surabaya bakal didominasi bunga warna kuning
Baca juga: Pemkot Surabaya kembangkan kawasan Taman Suroboyo
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019