Jakarta (ANTARA News) - Pembentukan holding (perusahaan induk) BUMN bidang pertambangan yang akan memayungi PT Timah, PT Aneka Tambang, dan PT Tambang Batubara Bukit Asam, belum juga terealisasi karena terganjal birokrasi. "Memang kalau perusahaan negara ini lamban dalam memutuskan sesuatu karena ada birokrasi yang harus dilalui," kata Menteri Negara BUMN, Sofyan Djalil, di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan, hingga kini rencana pembentukan IRC (Indonesian Resources Company), nama holding BUMN dimaksud, yang semula ditargetkan rampung Februari 2008 (mundur dari rencana semula pada September 2007) masih menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah (PP). Pihaknya telah mengajukan draft PP kepada Menteri Keuangan dan saat ini masih dalam pembahasan di tingkat departemen. "PP sudah dikirim ke Menkeu dan nanti Depkeu yang akan mengajukan. Sekarang ini masih dalam proses itu," katanya. Permasalahan utama yang mengganjal terbentuknya IRC adalah banyaknya stakeholder (pemangku kepentingan) yang harus dilibatkan untuk konsultasi dan memberikan persetujuan. Menteri mengakui, birokrasi yang panjang dan berbelit-belit itulah yang menjadi kelemahan tersendiri bagi perusahaan negara. Oleh karena itu, menurut dia, sudah saatnya meng-go public-kan BUMN agar salah satunya lebih cepat dalam membuat keputusan. "Kalau tidak begitu nanti kita tidak akan bisa bersaing karena perkembangan dunia usaha itu kan cepat sekali," katanya. Sebelumnya, Kantor Menteri Negara BUMN juga telah mengirim surat kepada Ketua Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengenai rencana pembentukan holding BUMN pertambangan antara Antam, Timah, dan Bukit Asam. Surat itu dikirim ke Bapepam pada 25 Januari 2006 dengan nomor S-6/ D4.NBU-2006. Tiga BUMN tambang itu dalam pelaksanaannya nanti akan berbeda dengan perusahaan holding. IRC akan menggabungkan tiga BUMN tambang, yaitu PT Aneka Tambang Tbk (Antam), PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, dan PT Timah Tbk. termasuk memasukkan pengelolaan saham minoritas di PT Freeport Indonesia dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) di bawah induk BUMN pertambangan. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008