New York, PBB (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon kemungkinan besar tidak akan menghadiri upacara pembukaan Pesta Olahraga Olimpiade di Beijing pada musim panas tahun ini, demikian menurut para pembantunya Kamis, dengan bersikukuh bahwa keputusan itu tidak berkaitan dengan aksi kerusuhan di Tibet. "Sekjen (PBB) itu telah menyampaikan kepada pemerintah China beberapa bulan lalu bahwa ia kemungkinan tidak dapat memenuhi undangan pemerintah China untuk menghadiri acara penting itu karena sudah memiliki sejumlah acara yang terjadwal," ujar wanita wakil jurubicara PBB Marie Okabe pada suatu taklimat pers. Seorang pejabat lain PBB, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan kepada AFP bahwa acara yang terjadwal itu berkaitan dengan "kunjungan yang sebenarnya" Sekjen PBB tersebut adalah rencana kunjungan ke China tahun ini. "Sudah jelas dalam pembicaraan kami dengan China bahwa ia (Ban) akan melakukan kunjungan yang sebenarnya tahun ini ke China," katanya. Menurut sumber-sumber PBB, Ban kemungkinan besar akan melakukan lawatan ke China saat ia melakukan perjalanan keliling Asia yang pada saat itu ia juga diperkirakan akan menghadiri pertemuan puncak G8 dari negara-negara industri utama di Jepang pada Juli mendatang. Pertemuan puncak G8 tersebut yang akan digelar di resor tepi danau Toyako di pulau Hokkaido, Jepang utara, menurut rencana akan di selenggarakan mulai 7 hingga 9 Juli. Para pejabat PBB menolak dugaan apa pun bahwa absennya Ban dari upacara pembukaan Olimpiade di Beijing akan cukup berarti untuk mendukung suatu pemboikotan dalam aksi-kasi protes terhadap tindak kekerasan China kepada para pengunjuk rasa di Tibet. Mereka menekankan bahwa Ban telah menyampaikan keputusannya tersebut kepada pihak berwenang China beberapa bulan lalu, jauh sebelum aksi-aksi unjuk rasa di Tibet meletus bulan lalu. Para pemimpin Tibet di pengasingan menyatakan lebih dari 150 orang tewas selama aksi kekerasan itu berlangsung di propinsi China barat itu. China tetap berpendapat bahwa pasukan keamanannya tidak menewaskan satu orang pun saat mereka berusaha meredakan aksi itu. Namun, menurut mereka para "perusuh" Tibet itu lah yang telah menewaskan 20 orang. Sejumlah pemimpin Barat telah menyatakan mereka tidak akan menghadiri upacara pembukaan di Beijing tersebut atau mengkaitkan kehadiran mereka itu dengan tuntutan agar dialog dimulai lagi antara Beijing dan pemimpin spritual Tibet, Dalai Lama. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008