Jakarta (ANTARA News) - Rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta, Kamis sore, bergerak menguat ke bawah level 9.200 per dolar AS di tengah isu kemungkinan bank sentral AS (The Fed) kembali menurunkan suku bunga Fedfund pada pertemuan akhir bulan ini. Pada pukul 16.00 WIB rupiah ditransaksikan pada kisaran 9.190/9.200 per dolar AS, lebih kuat 24 poin dibanding posisi penutupan Rabu (9/4) 9.214/9.220. "The Fed pada pertemuan akhir bulan ini berencana menurunkan kembali suku bunga Fedfund sebesar 50 basis poin menjadi 50 basis poin menjadi 1,75 persen dari sebelumnya 2,25 persen," kata analis Valas PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova, di Jakarta. Rully memprediksi, rupiah masih akan menguat pada akhir pekan ini karena kuatnya pengaruh berita mengenai The Fed, setelah beberapa hari sebelumnya melemah dalam kisaran sempit. Kenaikan rupiah ini juga didukung oleh melemahnya dolar AS terhadap yen di pasar regional, ujarnya. Kenaikan rupiah, lanjut dia, kemungkinan akan tertahan oleh naiknya harga minyak mentah dunia yang mencapai 110,64 dolar AS per barel dari sebelumnya 109 dolar. Rully Nova mengatakan, rupiah kemungkinan akan tetap menguat, setelah pemerintah melakukan berbagai upaya menarik investasi asing di daerah yang potensial. Apabila investor asing berminat untuk menginvestasikan dana lebih jauh terutama dari Timur Tengah, maka pasar Indonesia akan menjadi pasar yang potensial yang berkembang lebih cepat, katanya. Indonesia saat ini, menurut dia memang dilanda oleh tingginya laju inflasi dan tingkat pengangguran yang tinggi, namun dengan masuknya investasi dalam jangka panjang, maka pertumbuhan ekonomi nasional akan semakin baik. Meski saat ini ekonomi global masih lesu, namun pasar ekspor di negara-negara Asia masih cukup tinggi, apalagi pasar komoditi cenderung meningkat, ucapnya. (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008