Jakarta (ANTARA) - Perseroan Terbatas Jakarta Propertindo menyebutkan pemilahan sampah antara jenis anorganik dan organik menjadi kunci pengoptimalan fasilitas pengolahan sampah terpadu atau intermediate treatment facility (ITF).
"ITF Sunter, misalnya, bisa mengolah kedua jenis sampah jadi energi. Namun, akan lebih baik jika kedua jenis sampah tersebut dipisahkan sehingga menghasilkan energi optimal," kata Sekretaris Korporat Hani Sumarno di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Jakpro target pembangunan ITF Sunter capai 20 persen di akhir tahun
Baca juga: Pembangunan ITF Sunter mulai dikerjakan
Hani mendukung industri kecil atau wirausaha baru yang bergerak di bidang pemilahan sampah untuk membantu pembangkit listrik tenaga sampah pertama di Jakarta itu bekerja dengan maksimal jika sudah beroperasi.
"Kalau jenis sampahnya semua besi atau semua jenis sampahnya kulit pisang, kalori yang tercipta akan lebih baik untuk menghasilkan energi daripada semua jenis sampah digabung," ujar wanita berkacamata itu.
Pihak Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta juga turut mendukung adanya gerakan kesadaran pemilahan sampah dan pengurangan sampah sebagai upaya pengelolaan sampah yang optimal di Ibu Kota.
Baca juga: Ini alasan pembangunan ITF Sunter tertunda
"Kami berupaya juga mengurangi sampah dari hulu lewat sosialisasi kepada masyarakat mengelola sampah dengan baik," kata Kepala Unit Pengolahan Sampah Terpadu DKI Jakarta Asep Kuswanto saat ditemui ANTARA.
ITF yang direncanakan di empat wilayah, yaitu Sunter, Cilincing, Marunda, dan Cengkareng diproyeksikan dapat mengubah 2.200 s.d. 2.300 ton sampah per hari menjadi energi listrik sebesar 35 megawatt.
Hingga saat ini, dari keempat ITF tersebut baru satu ITF yang direalisasikan, yaitu ITF Sunter yang menempati lahan bekas Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019