Padang (ANTARA News) - Pengamat Hukum Tata Negara dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, Saldi Isra, menilai penangkapan anggota Komisi IV DPR RI HM Al Amin Nur Nasution SE (36) oleh KPK merupakan pertanda baik dalam pemberantas tindak pidana korupsi di negeri ini.
"KPK sudah mulai menunjukkan kerja yang efektif dan berani masuk ke lingkungan DPR dalam upaya pemberantasan korupsi. Kita perlu berikan apresiasi dan dukungan terhadap KPK," kata Saldi Isra juga Direktur Pusat Studi Konstitusi (PUSaKO), Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang, Rabu.
Saldi mengemukakan hal itu ketika diminta tanggapan tentang penangkapan anggota DPR RI dari Fraksi PPP itu oleh KPK di Hotel The Ritz Carlton, Jakarta, pada Rabu (9/4) sekitar pukul 02:00 WIB.
Amin ditangkap bersama Sekretaris Daerah Kabupaten Bintan Azirwan, sekretaris Amin, sopir Azirwan, dan seorang perempuan dengan barang bukti berupa uang senilai Rp71 juta yakni Rp4 juta disita saat penangkapan dan kurang lebih Rp67 juta disita dari kendaraan Amin.
Kader PPP itu, ditangkap KPK atas dugaan tindak pidana suap senilai Rp3 miliar memuluskan pengalihan hutan lindung menjadi hutan tanaman industri (HTI) di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Menurut Saldi, upaya yang dilakukan KPK hendaknya tidak berhenti sampai pada penangkapan anggota Komisi IV DPR itu saja dan harus dikembangkan terus.
Kendati, masih banyak kasus lain yang harus diungkap, seperti indikasi kasus suap aliran dana Bank Indonesia (BI) ke DPR senilai Rp31 miliar periode 1999 - 2004, terkait membahas sejumlah undang-undang bersama BI.
Untuk meloloskan Undang-undang itu, BI diduga memberikan sejumlah uang kepada anggota Dewan, lanjut Saldi, kasus ini belum terlihat perkembangannya.
Menurut dia, kasus dugaan suap BI ke anggota DPR itu, semestinya harus dioptimalkan juga oleh KPK, sehingga kinerja dalam pemberantasan korupsi ke depan makin positif.
Gebrakan KPK mesti didukung semua elemen bangsa ini, karena selama ini DPR sulit tersentuh, tetapi KPK mampu menangkap anggota dewan, dan tidak takut dengan kekuatan politik, tegasnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008