Jakarta (ANTARA News) - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan bantuan tunai langsung (BLT/cash transfer) mungkin akan diluncurkan kembali pada 2009 di luar Pulau Jawa, jika pemerintah ingin mencapai target penurunan kemiskinan 8,2 persen. "Kenapa dilakukan BLT? Ini harus dipahami terutama di daerah yang angka kemiskinannya tinggi tapi penduduknya sedikit. Ini di luar Jawa," kata Meneg PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta usai pengarahan Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat (Rakorbangpus) di Jakarta, Rabu. Menurutnya, jumlah penduduk miskin di pulau Jawa terlalu besar sehingga mereka akan diarahkan dengan bantuan langsung yang dikaitkan dengan penciptaan lapangan kerja yaitu transfer cash for work (bantuan tunai untuk kerja). "BLT di Jawa juga nantinya malah dikaitkan dengan politik uang karena kan menjelang pemilu," tambahnya. BLT tersebut, katanya, terlepas dari Program Keluarga Harapan (PKH) yang sebenarnya merupakan program BLT bersyarat. Selain BLT tersebut, tambahnya, program-program kemiskinan lainnya tetap akan diberikan kepada masyarakat miskin terutama di pedesaan pada 2009 sehingga program pengurangan angka kemiskinan 8,2 persen semakin bisa tercapai. "Pada 2008 kita menargetkan angka kemiskinan turun jadi 14 persen, bahkan harus lebih dari itu jika ingin mencapai target 2009," katanya. Dijelaskannya, pada APBNP 2008 seluruh program kemiskinan seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), program Beras untuk Masyarakat Miskin (Raskin), dan Asuransi Kesehatan Miskin (Askeskin) tidak akan dikurangi anggarannya, namun juga tidak akan ditambah. "Ini kita optimalkan anggaran yang ada," katanya. Sementara itu, Direktur Penanggulangan Kemiskinan Bappenas Endah Murniningtyas mengatakan, program BLT tersebut tidak akan serupa dengan program BLT yang pernah diberikan pascakenaikan harga BBM pada 2005. "Kita akan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari PKH. Memang yang ini tidak bersyarat, tapi kita juga ingin melihat sejauh mana hasil PKH sehingga tidak dimulai dari nol," katanya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008