Manokwari (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Manokwari, mencatat intensitas gempa bumi di wilayah Provinsi Papua dan Papua Barat sejak tahun 2013 hingga 2019 terjadi peningkatan dengan kekuatan ringan hingga sedang.
"Ini hanya dari cacatan saya berdasarkan kejadian dan informasi yang saya tindaklanjuti. Bisa jadi kalau kita liat data geologi kejadiannya lebih banyak dari yang saya catat," kata Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Manokwari, Papua Barat Denny Putiray, Kamis
Ia menyebutkan, pada tahun 2013 di Papua dan Papua Barat terjadi gempa sebanyak 59 kali, khusus untuk Papua Barat 18 kali. Tahun 2014 turun menjadi 42 kali khusus Papua Barat 14 kali.
Pada 2015 kembali terjadi peningkatan sebanyak 62 kali. 22 kali terjadi di Papua Barat sisanya di Papua. 2016 terjadi 58 gempa, Papua dan Papua Barat masing-masing 29 kali kejadian.
"Tahun 2017 meningkat lagi menjadi 93 kejadian gempa. cukup Papua Barat dominan mencapai 69 gempa," katanya.
Tahun 2018 intensitasnya kembali meningkat menjadi 154 gempa. Khusus di Papua Barat meningkat hampir dua kali lipat dari tahun 2017. Dari total gempa itu, 116 di antaranya terjadi di Papua Barat.
Sementara untuk tahun 2019 sejak Januari hingga 1 Agustus ini sudah terjadi sebanyak 125 kali gempa bumi. Khusus di Papua Barat sudah mencapai 87 kejadian.
"Ini baru pertengahan tahun tapi peningkatannya sudah cukup lumayan tinggi. Berdasarkan data tahun ini gempa lebih banyak terjadi di wilayah Sorong dan Kaimana," kata Denny lagi.
Seluruh kejadian tersebut, sebut Denny, sudah termasuk gempa yang terjadi di Tambrauw dan Pegunungan Arfak terasa hingga Manokwari pada Kamis(1/8). 70 hingga 80 persen pusat gempa berada di darat.
Ia menjelaskan, gempa pada dua daerah ini dipengaruhi oleh aktivitas empat lempeng bumi yakni lempeng Asia, Australia, Pasifik serta lempeng kecil Filipina. Akhir-akhir ini yang paling aktif adalah sesar Sorong.
"Bagi saya semua sesar bisa menimbulkan bahaya, termasuk sesar Ransiki, Tambrauw dan Kaimana. Kita harus tetap waspada, paling tidak kalau bangun rumah harus pastikan konstruksinya benar-benar kuat," sebutnya.
Beberapa pekan lalu terjadi gempa di wilayah Perairan Maluku Tenggara dengan kekuatan mencapai 7,7 skala Ricther. Guncangan akibat gempa itu terasa hingga di wilayah Papua Barat.
"Itu masuk kategori gempa dalam, namun cukup kuat sehingga dampak guncangan meluas bukan hanya di Papua Barat, bahkan terasa hingga di wilayah Nusa Tenggara Barat. Kalau gempa dangkal, waktu itu bisa memicu tsunami," ujarnya lagi.
Menurutnya, sesar gempa di Maluku Tenggara dan Papua Barat bukanlah satu jalur, begitu pula sesar gempa yang terjadi di Halmahera Maluku Utara beberapa waktu lalu.***3***
Pewarta: Toyiban
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019