Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Azerbaijan menyeru dunia peduli dan turut menyelamatkan bukti sejarah dan peradaban, yang tersisa di wilayah Nagorno dan Karabakh --wilayah Azerbaijan diduduki Armenia-- melalui buku bertajuk "War Against Azerbaijan: Targeting Cultural Heritage".Saat ditemui sesudah acara bedah buku tersebut di Jakarta pada Selasa, Dutabesar Azerbaijan untuk Indonesia Ibrahim Hajiyev menyatakan buku 280 halaman itu bertujuan mengingatkan dunia akan ancaman kehilangan sebuah cagar budaya."Serbuan Armenia ke Nagorno dan Karabakh menimbulkan banyak kehancuran cagar budaya dan tempat bersejarah," katanya seusai pemutaran film dokumenter, yang menggambarkan kerusakan pada sebagian cagar budaya itu. Menurut Hajiyev, yang ironis adalah cagar budaya dan tempat bersejarah itu, yang beberapa di antaranya merupakan peninggalan zaman prasejarah, dengan sengaja dihancurkan oleh Armenia untuk tujuan tertentu. "Ini bukan semata-mata dampak perang," katanya dengan menambahkan bahwa Armenia berniat menghapus jejak Azerbaijan dan bangsa lain di wilayah itu agar dapat menyatakan wilayah tersebut sepenuhnya miliknya, sehingga menghancurkan segala hal terkait dengan budaya atau agama lain," katanya. Hajiyev mencontohkan bagaimana makam tua diratakan untuk membangun perumahan, masjid dialihgunakan menjadi peternakan, museum dihancurkan atau dibiarkan terlantar dan koleksi berharga sejumlah museum raib. "Vandalisme itu seharusnya tidak dibiarkan," katanya. Disebutkannya, selama pendudukan Armenia, lebih dari 900 desa, 700 bangunan umum, 366 lembaga kesehatan dan pendidikan, 927 perpustakaan, enam teater, 22 museum, dan 44 tempat ibadah dimusnahkan. Hajiyev mengatakan bahwa kehilangan sebuah cagar budaya dan warisan sejarah, milik negara mana pun, adalah kehilangan besar bagi peradaban manusia. Saat ditanya mengenai upaya pemerintah Azerbaijan menyelamatkan cagar budaya atau tempat bersejarah tersisa, Hajiyev mengatakan bahwa pemerintah Azerbaijan tidak dapat berbuat banyak sepanjang wilayah itu masih diduduki Armenia. "Kami tidak dapat masuk ke sana," katanya. Ketiadaan akses menuju daerah itu mengakibatkan jumlah pasti cagar budaya dan bangunan bersejarah tersisa juga tidak dapat terlacak dengan pasti. Dalam buku dilengkapi berbagai gambar berwarna itu, pemerintah Azerbaijan mendasarkan tuduhan mereka pada citra satelit. Dari citra satelit itu tampak sejumlah bangunan bersejarah hancur, musnah atau beralihpakai. Buku terbitan pemerintah Azerbaijan bersama dengan yayasan Heydar Aliyev itu menjelaskan kerusakan bangunan sejarah di lebih dari 10 daerah, yang dikuasai Armenia, antara lain Susha, Kalbajar, Gubadly, dan Aghdam. Sengketa Armenia-Azerbaijan memperebutkan wilayah Nagorno dan Karabakh itu dimulai pada ahir 1987, dengan serangan terhadap warga Azerbaijan di Khankandi dan Armenia, yang mengakibatkan banjir pengungsi dan orang hilang.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008