Palangka Raya (ANTARA News) - Universitas Cambridge, Inggris, bersama Departemen Kehutanan sepakat melakukan penelitian bersama sistem pengelolaan kawasan hutan di wilayah hulu Barito, yang sebagian masuk kawasan hutan "Heart of Borneo".
"Tujuan kerja sama ini diantaranya untuk penelitian keanekaragaman hayati wilayah hulu Kalteng, dan upaya rehabilitasi areal hutan yang rusak," kata Kepala Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam Balitbang Dephut Anwar MSc, di Palangka Raya, Senin.
Selain itu, penelitian yang bernama "Project barito Ulu" melibatkan para ahli dari Universitas Cambridge, Dephut, maupun peneliti lokal juga akan mengupayakan peningkatan peran serta masyarakat lokal dalam pengelolaan hutan.
Nota kesepahaman peneilitian bersama itu telah ditandatangani untuk jangka waktu tiga tahun mendatang mulai 2008-2012, antara Departemen Kehutanan, Universitas Cambridge, dan Forestry Research and Development Agency (FORDA).
Menurut Anwar, inisiasi awal untuk program tersebut telah dilakukan selama 20 tahun terakhir di wilayah hulu Barito, yang sebagian besar berupa hutan perawan yang masih utuh.
Sementara itu, Manajer "Project Barito Ulu" Rupert Ridgeway mengatakan, pihaknya berencana melakukan peningkatan sistem perbaikan kerusakan hutan yang diakibatkan eksploitasi manusia, pertambangan, dan penebangan liar.
Penelitian juga mengupayakan peningkatan dukungan bagi pemerintah dan pihak terkait dalam memantau ekologi kawasan "heart of borneo", yang menjadi sumber air utama di Pulau Kalimantan.
"Areal kerja penelitian ini adalah kawasan bekas hak pengusahaan hutan (HPH) di hulu Sungai Barito. Wilayah ini menjadi daerah pelepasliaran orang utan sebanyak 36 ekor oleh Yayasan Penyelamat Orang utan (BOS)," jelas Rupert.
Sebagian besar kawasan hutan di Kalteng kini menghadapi masalah deforestrasi akibat konversi perkebunan sawit, pertambangan, penebangan liar, dan kebakaran hutan lahan.
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalteng sendiri sebelumnya memaparkan data tentang laju deforestrasi sejak tahun 1999. Data Walhi menyebutkan, laju deforestasi di Kalteng akibat pelepasan kawasan hutan menjadi nonhutan, mencapai 255.918 hektar per tahun.
Hingga tahun 2007, tercatat 2.559.180 hektar hutan telah terkonversi akibat deforestrasi yang terjadi. Menurut Walhi, dinas yang berwenang untuk mengelola hutanlah, yang semestinya bertanggung jawab.
Laju deforestasi yang tinggi itu disebabkan carut marutnya tata kelola kehutanan serta tumpang tindih kewenangan. Selain itu pemberian izin pemanfaatan kayu (IPK) dinilai juga memiliki andil, atas laju kerusakan hutan di Kalteng.
Kondisi hutan produksi di Kalteng sendiri berdasarkan data terakhir, yang masuk kategori kritis tercatat seluas 4,24 juta hektar dari total 8 juta hakter total luas hutan produksi. Jumlah hutan kritis itu terdiri atas 3,56 juta hektar untuk hutan produksi dan 579,63 ribu hektar untuk hutan produksi terbatas.
Permasalahan lain yang dihadapi hutan produksi eks HPH adalah adanya sejumlah klaim masyarakat terhadap kawasan hutan yang mempunyai perizinan yang sah dengan dalih wilayah hutan adat masyarakat setempat.
(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008